Temukan Nuansa Tempo Doeloe, di Kampoeng Djawa Guesthouse Yogyakarta

 

IMAG0566

Berkunjung ke Yogyakarta tentu tidak akan lepas dari tempat penginapan. “Hendak menginap dimanakah, kita?”. Pastinya itu adalah sebuah pertanyaan yang umum untuk dilontarkan, ketika berniat untuk datang berlibur ke Yogyakarta. Kecuali, kalau memang mempunyai sanak-saudara, ataupun family di kota gudheg ini, maka tak perlu repot-repot memikirkan akan tempat penginapan.

IMAG0565

Bagi kami (saya dan suami), berlibur ke Yogyakarta, pasti akan mencari tempat penginapan. Mengingat memang kami tak ada sanak family disini (Yogyakarta). Kalau teman, kenalan, ada, tetapi tidak mungkin kami akan menginap dirumahnya. Lebih enak cari penginapan saja, lebih santai, dan tidak membuat repot orang lain. Kan tujuannya memang liburan, bisa lebih dari sehari dua hari untuk menginap.

IMAG0557

Cari-mencari, akhirnya ketemulah Kampoeng Djawa Guesthouse. Melihat-lihat beberapa foto yang ada dihalaman site-nya, kami cocok. Mencari tempat yang cocok dan harga yang cocok ini, bukanlah perkara yang gampang. Pertama cocok tempat, karena kami akan menginap selama enam hari, maka mencari tempat yang nyaman. Kedua cocok harga, kami mencari tempat yang tidak usah mahal-mahal, namun fasilitas layak memadai. Maka, dua hari sebelum sampai di Yogyakarta, satu kamar di Kampoeng Djawa Guesthouse telah kami pesan untuk enam hari.

IMAG0560

Pagi sekali kami telah sampai di Yogyakarta. Yang pertama kami tuju, tentu Kampoeng Djawa Guesthouse. Letaknya ada di Jalan Prawirotaman I/40, Yogyakarta. Untuk mencari Jalan Prawirotaman, bukanlah hal yang sulit bagi tukang becak ataupun taksi-taksi di Yogya. Dengan menumpang taksi, mulailah kami mencari tempatnya. Agak sedikit bingung juga memasuki Jalan Prawirotaman I ini, karena dikanan kiri banyak betebaran hotel-hotel. Kampoeng Djawa Guesthouse belum terlihat juga. Sampai di ujung jalan Prawirotaman I, barulah terlihat Kampoeng Djawa Guesthouse. Ternyata disitu tempatnya, bagaimana tidak terlihat, dari depan terlihat kecil menyempit, pun dengan gerbangnya yang seukuran daun pintu ganda! Yang terlihat papan nama diatas,”KAMPOENG DJAWA GUESTHOUSE”.

IMAG0558

Tetapi tunggu dulu, jangan buru-buru menilai kalau guesthouse ini amatiran dalam segala segi. Masuk ke pintu gerbang yang terlihat sempit tadi, perlahan tapi pasti, kawan sekalian akan langsung jatuh hati dengan Kampoeng Djawa Guesthouse ini. Mengapa?? Mulai dari lobi, tamannya, dapurnya, teras kamarnya, sampai didalam kamarnya, hingga didalam kamar mandinya, semuanya serba klasik, etnik. Digambarkan dengan konsep tempat “tempo doeloe”. Penasaran?? Inilah yang menarik disini (Kampoeng Djawa Guesthouse). Maka tak heran, tamu-tamu yang menginap disini semuanya adalah turis mancanegara.

Mulai dari lobi-nya…masuk kedalam tempatnya memang memanjang kedalam. Disebelah kanannya tertata rapi meja kursi kayu yang khas. Dan lihatlah temboknya, sebagian batu batanya dibiarkan dengan warna aslinya, tanpa di plester halus. Dibiarkan begitu saja, hanya disusun miring. Sementara bagian yang diplester halus, dinding-dinding itu dicat dengan warna klasik. Suasana semakin erat dengan tempo doeloe, jaman kuno, dengan pajangan sepeda onthel. Melihat keatas langit-langit nya berhiaskan anyaman bambu. Menarik bukan??

IMAG0559

Masuk kedalam, setelah melewati lobi, langsung berhadapan dengan taman yang asri. Yang juga terdapat kandang burung jalak. Kandangnya ini ukurannya besar, tapi sayang sekali burung jalaknya hanya satu. Padahal kalau ada dua atau tiga, pasti cerewet sekali burung jalaknya. Sebelah kanan dari lobi ada tempat/ ruang dimana kita para tamu guesthouse, bisa membuat kopi atau teh sendiri, kapan saja kita mau, dan tidak dibatasi. Sementara sebelah kiri masuk dari lobi, disitu ada dapur. Dapur guesthouse ini sangat menarik, berdinding anyaman bambu. Dan sebagian kamar akan berderet disekeliling taman ini. Artinya, taman asri ini tepat berada ditenga-tengah. Dan kamar kami terletak dideretan ini. Wah..Serasa dirumah sendiri jadinya…

Diteras kamar ada seperangkat meja kursi yang klasik juga tentunya. Terbuat dari bambu kursinya, pun begitu juga dengan tempat menjemur handuk. Tempat menjemur handuk ini terbuat dari bambu juga. Keren..kan..bambu bisa diolah menjadi sebuah barang yang bernilai. Dan lihatlah lampu-lampu teras disetiap kamar. Lampu-lampu ini khas bernuansa tempo doeloe bukan…serasa berada dijaman tahun ’40-an. Kalau siang-siang, cuaca panas, teras ini sangat asik sebagai tempat bersantai. Sayangnya saya dan suami, setiap pulang kepenginapan sudah sore bahkan malam. Bisa bersantai diteras ini kalau sarapan pagi, dan afternoon tea saja.

Masuk didalam kamar-nya, tetap berkonsep “tempo doeloe”. Mulai dari dinding, tempat tidur, meja rias klasik, lemari pakaian, sampai didalam kamar mandinya. Semuanya unik bukan?? Tak ketinggalan pula lampu didalam kamanya, sama seperti lampu- lampu kuno yang ada diteras kamar. Yang terlihat modern karena ada TV-nya, dan AC. Semua yang ada didalam kamar ini, bahan kayu mendominasi. Tetapi jangan berpikir bahwa kayu-kayu ini adalah murahan, coba saja angkat kursi rias yang terlihat kecil dan ringan. Saya coba menggesernya (kursi rias), butuh tenaga ekstra karena berat. Dapat dipastikan kayu yang gunakan adalah kayu jati, entah itu kayu jati tua atau muda. Kalau kata suami saya, itu kayu jati masih muda. Kalau kayu jati tua bahannya, pasti saya tak mampu hanya sekedar menggeser kursi rias itu.

Ini nih yang paling dicari, fasilitas internet. Menginap di Kampoeng Djawa Guesthouse, kita tak perlu khawatir tidak bisa mengecek email, atau tidak bisa membaca berita online. Di Kampoeng Djawa Guesthouse, ada WIFI..meski ada diwaktu-waktu tertentu tidak lancar jalannya. Tinggal minta saja password-nya, maka dengan bebas kita bisa menggunakan fasilitas ini. Tapi lagi-lagi, kami tidak begitu antusias menggunakannya. Setiap pulang penginapan badan sudah lelah, setelah seharian pergi.

Bagaimana dengan sarapan, ada atau tidak?? Sarapan pagi jelas ada, dengan menu yang terus berganti-ganti setiap harinya. Ada gudheg, opor ayam, kadang roti berselai, macam-macam menunya. Selang-seling dengan masakan Indonesia, juga masakan luar negeri, mengingat tamu-tamu-nya kebanyakan dari mancanegara. Sarapan ini dibatasi hanya sampai pukul 9.30 pagi saja. Jadi, kalau sudah lebih dari jam-jam sarapan, dapat dipastikan sarapan pagi terlewatkan. Untuk sore hari ada afternoon tea. Afternoon tea ini dimulai dari pukul 5 sore sampai 6 sore. Apa ya menunya? Pastinya teh lengkap dengan gula batunya, beserta gorengan. Gorengan ini berganti-ganti juga setiap harinya, misal hari ini tempe goreng, dengan pisang molen, esoknya, bakwan dengan makanan terbuat dari singkong, begitu seterusnya. Seperangkat teko teh pun disajikan dengan unik. Dimana teko ini terbuat dari tanah liat, begitu juga dengan cangkir tehnya. Benar-benar mengesankan bukan…

Untuk masalah dibersihkan atau tidak setiap harinya, kamar yang kita tempati, tergantung dari kita sendiri. Kalau minta tiap hari dibersihkan, boleh-boleh saja, dengan senang hati mereka akan membersihkannya. Kurang lebihnya sama dengan hotel-hotel berbintang. Tingkat pelayanan dan keramahan mereka sama dengan hotel-hotel yang berkelas.

Bagaimana dengan harganya?? Untuk kamar yang kami tempati selama enam hari ini, harganya Rp 200.000;/ malam. Dengan fasilitas tadi, kamar mandi dalam lengkap dengan handuk dan sabun mandi, AC, TV, meja rias, tempat tidur, juga satu buah lemari pakaian, ditambah dengan fasilitas internet, sarapan, dan afternoon tea. Karena biasanya ada hotel yang harus bayar lagi bila kita ingin mengunakan fasilitas internet, ataupun sabun mandi. Untuk hotel ini tak perlu saya sebutkan. Dengan fasilitas yang sama, kecuali AC, yang diganti dengan kipas angin, harganya kurang lebih Rp 160.000;/ malam. Adakah harga yang lebih murah lagi di Kampoeng Djawa Guesthouse ini?? Saya perkirakan ada. Karena masuk kedalam masih ada kamar-kamar. Juga diatas, dilantai dua, masih ada kamar-kamar. Dimana diantaranya itu kamar mandi bersama.

Dengan harga yang relative lebih murah, kita bisa mendapatkan tempat penginapan yang sangat nyaman, asri, dan klasik, dengan fasilitas yang memadai. Bagi yang suka dengan nuansa “tempo doeloe”, jelas ini salah satu pilihan sebagai tempat beristirahat yang nyaman sekali, makanya banyak turis mancanegara yang datang ke guesthouse ini. Jadi jangan heran, kalau Kampoeng Djawa Guesthoese ini, selalu penuh, orang silih berganti keluar masuk. Baru saja ada yang cek out, tak lama kemudian ada yang cek in, begitu seterusnya.

Selain itu, disepanjang Jalan Prawirotaman I ini, jalannya tidaklah begitu padat dan ramai, seperti Jalan lainnya. Jalan Prawirotaman ini cukup bersahabat bagi yang suka jalan kaki. Dengan lebar jalan yang sempit, tak membuat banyak kendaraan berlalu-lalang di jalan ini. Disepanjang jalan ini hanya terlihat berjajar becak, yang siap mengantarkan para turis untuk berkeliling kota Yogyakarta. Selain berjajar hotel dan guesthouse, disepanjang Jalan Prawirotan ini juga dapat dijumpai resto yang menyajikan makanan tradisonal, tempat penjualan batik, tempat penjualan benda-benda antik, juga terdapat tempat rental sepeda ataupun sepeda motor. Bagi yang ingin menggunakan jasa travel untuk berwisata, misal ke Candi Borobudur, atau ke Merapi, di sepanjang jalan Prawirotaman ini terdapat agen-agen travel.

Jadi, selain tempatnya nyaman, Kampoeng Djawa Guesthouse ini, juga strategis. Mau keliling kota Yogyakarta dengan rental sepeda atau sepeda motor, ada disampingnya tempat rentalnya. Atau mau mencari makanan juga ada. Bahkan bila ingin laundry-pun banyak tempat-tempat laundry disekitarnya. Atau mau berwisata ke Merapi, ke Candi Borobudur, agen travel-nya persis disamping Kampoeng Djawa ini. Tidak ada salahnya, bila berkunjung ke Yogyakarta, menginap saja di Kampoeng Djawa Guesthouse Yogyakarta, pasti takkan mengecewakan.

Catatan :

  • Semua gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah dokumentasi pribadi/ milik pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini tanpa menyertakan sumbernya, link artikel ini, blog serta nama penulisnya, yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti

No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...