Menyambangi Chinese Garden, Bertemu Hua Mulan Hingga Master Oogway

 
IMAG1497

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Demi mengisi hari libur nasional (Singapura), 1 may 2013, kemarin hari rabu. Kami berembug (musyawarah), kira-kira mau kemana liburan nasional kali ini. Saya inginnya sih ke pasar malam yang ada di Jurong East. Sementara suami mengajak ke Chinese garden. Setelah beberapa saat, ya saya setuju saja ke Chinese Garden, asal tempatnya tak jauh. Dengan pertimbangan, sudah setahun tinggal di Bukit Batok, tapi kok belum pernah ya ke Chinese Garden?? Ada apa si di sana (Chinese Garden)??

IMAG1535

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Siang itu setelah makan siang yang telat, kamipun menuju halte terdekat. Untuk menuju kearah Chinese Garden, bisa menggunakan bus dengan nomer 66. Kalaupun ingin menggunakan MRT juga bisa, tapi harus kestasiun MRT dulu. Masalahnya, stasiun MRT nya lebih jauh ketimbang dengan halte bus. Perjalanan menuju Chinese Garden, hanya butuh beberapa menit saja dari tempat tinggal kami ini. Hanya melewati empat halte saja kami sudah berada di Chinese Garden. Eits, tunggu dulu, ternyata tidak langsung turun sampai ketempat tujuan. Karena untuk menuju kesana, kami harus berjalan kaki lagi, yang kalau diperkirakan lumayan jauh. Berhubung, pemandangan sekitar sangat sejuk (banyak pohon dan perdu, aliran sungai, serta danau), tak terasa maka kamipun sudah sampai ditempat yang dituju. Inilah…Chinese Garden di Singapura….

IMAG1534

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Saya sudah tidak heran lagi ketika memasuki pintu gerbang Chinese Garden harus melewati jembatan yang berwarna merah, yang diujung jembatan ada patung singanya. Kenapa?? Ya, ini tandanya memang yang namanya Chinese Garden, pasti pernak-pernik yang ada didalamnya berhubungan/ identik dengan khas-khasnya orang cina, seperti warna merah ini. Jembatan ini terbuat dari kayu, dengan alas dasar berwarna cokelat kayu, warna asli kayunya, dan berwarna merah dipembatas pinggirnya. Dikanan-kiri jembatan, mata kita hanya akan disuguhi pemandangan air (danau) dan pepohonan, juga ikan-ikan yang ada didalam air. Setelah sampai diujung jembatan, kita akan disambut oleh dua singa. Jangan takut, itu hanya patung singa yang mengucapkan selamat datang….Dan ada sebuah ban lengkap dengan tali penarik yang menggantung, yang bisa dipakai untuk menolong orang, apabila ada yang tercebur keair.

IMAG1532

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sebelum memasuki pintu gerbang (yang ada disebelah timur), disebelah kanan ada penjual makanan kecil dan minuman. Bagi yang ingin membawa makanan dan minuman kedalam dan lupa tak membawanya, bisa membelinya disini. Saya dan suamipun tak membawa makanan kecil dan minuman, tapi kami tidak juga berminat membeli makanan dan minuman untuk dibawa masuk. Perkiraan, didalam pasti ada juga yang menjual minuman. Setelah itu, kamipun memasuki pintu gerbangnya dengan gratis…Ya, untuk memasuki Chinese Garden, kita tidak perlu membeli tiket. Jadi ini wisata gratis?? Yup, benar sekali…wisata gratis yang pasti akan mengesankan dan takkan mengecewakan!

IMAG1503

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Berhadapan langsung dengan pintu gerbang ini, kami langsung dihadapkan dengan sebuah peta. Waduh…kok luas sekali ya ternyata?! Ya, Chinese Garden ini terkoneksi dengan Japanese Garden. Ambil arah kanan, maka kami akan menuju Chinese Garden, ambil kearah kiri, kami akan menuju ke Japanese Garden. Melihat peta Chinese Garden nya saja sudah begitu luas untuk dijelajahi, pasti waktunya tidak cukup. Dipeta ini kami tahu jam berapa garden ini buka dan tutup. Kalau Chinese Garden, buka jam 6 pagi tutup jam 11 malam. Japanese Garden, buka jam 6 pagi tutup jam 7 malam. Karena sedari awal, niat kami datang untuk menyambangi Chinese Garden, maka saya dan suamipun memilih kearah yang menuju Chinese Garden, kearah kanan dari peta. Bila waktunya cukup, ya, ke Japanese Garden, kalau tidak cukup waktunya, ya lain kali datang lagi tapi focus ke Japanese Garden.

IMAG1506

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Berjalan kearah kanan, tak jauh dari peta, telah berdiri dengan megah dan indah sebuah bangunan pagoda nan tinggi menjulang (high rises pagoda). Menurut saya bangunannya memang khas sekali dan memang indah. Karena tingginya pagoda itu, kamipun urung untuk melangkah naik hingga kelantai tujuh. Mengingat luasnya Chinese Garden, dan ada banyak tempat yang hendak kami sambangi, jadi tidak ingin terasa lelah duluan. Memang boleh masuk dan naik keatas ya?? Tentu saja boleh, tanpa dipungut biaya apapun. Semua pengunjung boleh masuk dan naik ke pagoda. Pagoda tinggi ini, tentu saja bernuansa warna merah menyala pada atapnya, berelif indah menawan. Itu rerif dipagodanya kalau saya bilang seperti motif batiknya Singapura. Hewan-hewan simbol shio juga menghiasi pagoda tinggi ini. Patung ayam kecil misalnya, menghias disetiap sudut pada atap pagoda. Untuk dilantai atas selanjutnya, saya kurang tahu apakah patung ayam ini masih menghiasi sudut atap pagoda, ataukah berganti dengan simbol shio yang lainnya, karena kami tidak masuk dan naik kelantai atas pagoda. Tapi kalau saya kira-kira, sepertinya sama, masih patung ayam yang menghias disetiap ujung atapnya. Sementara, disekeliling pagoda, tampak taman yang ditata rapi. Tanam-tanaman ditata sedemikian rupa, hingga menambah kesejukkan mata memandang sekeliling. Bunga asoka, bunga kamboja, ikut menghiasi keindahan taman disekitar pagoda.

IMAG1510

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Lanjut terus menyusuri arah kanan, kami menemukan delapan orang pahlawan, ya sang heroes dari daratan Cina. Mereka ini dalam bentuk patung-patung yang menjulang dan gagah ditengah-tengah tanaman bunga asoka yang berwarna-warni bak pelangi. Yang pertama kami jumpai adalah Lin Zexu. Siapakah dia?? Saya juga baru tahu setelah ke Chinese Garden ini. Dari keterangan yang ada di bawah patungnya itu kami mengetahui, bahwa ia lahir dimasa Dinasti Qing. Ia adalah seorang court official, yang melarang impor opium, dan menyita serta memusnahkannya (opium). Selanjutnya ada Zheng He. Hidup semasa Dinasti Ming. Seorang navigator dan telah berkunjung tujuh kali ke Asia selatan-timur. Hebat kan?? Ketiga, ada Wen Tianxiang, hidup semasa Dinasti Sung bagian selatan. Wen Tianxiang, seorang pahlawan pemberani dimedan perang. Ketika ditangkap, Wen Tianxiang menulis lagu dan puisi. Nah, inilah hero selanjutnya, sang jenderal favorit saya, Hua Mulan…Suami saya sempat terkejut, karena dalam pikiran suami saya, Hua Mulan hanyalah cerita fiksi sebuah film. Tak pernah berpikir bahwa itu adalah legenda dan kisah nyata sang heroic dari daratan Cina. Tapi ternyata…sebuah legenda yang nyata dari daratan Cina. Saya sendiri pernah melihat filmnya versi kartun yang dibuat oleh Disney, yang berjudul Mulan. Versi film mandarinnya juga sudah menontonnya. Siapa kah Hua Mulan?? Hua Mulan lahir di Shang Qui, diakhir Dinasti Wei sebelah utara. Legendanya sama seperti di filmnya, Hua Mulan menyamar sebagai seorang pria untuk bergabung dengan tentara, untuk menggantikan ayahnya. Hua Mulan memperlihatkan sebuah persamaan derajat antara wanita dan pria. Ooo seorang Kartini dari daratan Cina?? Barangkali bisa begitu. Kelima ada Yue Fei, yang seorang jenderal juga. Jenderal semasa Dinasti Sung bagian selatan. Ia terlahir dari keluarga miskin. Sebelum berangkat kemedan perang, ibunya mentatoo punggungnya dengan “jin zhong bao guo”. Maksudnya agar Yue Fei melayani/ melindungi tanah kelahirannya dengan setia. Lanjut ke sang pahlawan berikutnya, ada Guan Yu. Guan Yu juga adalah seorang jenderal, jenderal Shu Han dari era tiga kerajaan. Dia dihormati sebagai Guan Gong karena menjadi “immortal tales”. Yang ke tujuh ada Qu Yuan. Siapa Qu Yuan ini?? Lahir di Negara bagian Chu selama periode perang. Dia adalah seorang konselor. Ketika negeranya (Chu) diambang kehancuran, Qu Yuan, menenggelamkan diri di sungai Mi-Lo sebagai bentuk loyalitasnya. Kini, orang-orang makan nasi dumpling dan balap perahu naga untuk mengenang kematiannya. Yang terakhir..adalah..Confucius. Siapakah dia?? Dilahirkan dinegara bagian Lu. Dia adalah seorang filosofis dan pendidik. Ajarannya adalah kemanusiaan, dan kepatutan, yang ditulis didalam “Analect”. Kalau saya pernah lihat filmnya, ajarannya itu ditulis dalam rangkaian bamboo selayaknya sebuah buku.

IMAG1539

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Selesai bertemu dengan pahlawan-pahlawan dari daratan Cina, kamipun melanjutkan perjalanan dengan terus menyisir arah kanan yang telah ditunjukkan oleh si peta tadi. Nah sampailah di sebuah toilet yang unik dank has berwarna merah. Uniknya untuk toilet pria diberi petunjuk gambar kaisar. Sementara untuk toilet wanita diberi petunjuk dengan gambar sang ratu. Semuanya benar-benar identik dengan Cina nih?? Ya iya pastinya, namanya juga Chinese Garden…

IMAG1541

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Tak jauh dari toilet yang unik tadi. Kini giliran tiba disebuah pagoda. Pagoda lagi?? Yup, benar sekali pagoda lagi. Kali ini kami sampai pada Twin Pagoda. Pagoda kembar ini bentuknya tak jauh beda dengan pagoda tingggi tadi. Berwarna merah pada atapnya, berhiaskan patung ayam disetiap sudut atapnya. Hanya lebih pendek, tiga tingkat saja. Pagoda kembar ini sangat menarik lhoo..Apa yang menarik dari si pagoda kembar ini?? Letaknya, satu pagoda ada dipinggir danau, yang satu lagi dibangun agak menjorok kedanau. Kita bisa melihat banyak ikan disekitar pagoda kembar ini. Ikannya besar-besar, dan tampak oleh mata bila melihatnya. Selain ikan, ada juga banyak keong disini. Karena begitu banyaknya hingga kitapun bisa melihat telur keong yang menempel disela-sela kaki pagoda. Pemandangannyapun tak kalah menarik, apabila kita naik keatas pagoda hingga kelantai tiga. wow…Serasa dinegeri para dewa.

IMAG1542

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Beralih ketempat yang lain, kali ini saya tertarik dengan sesuatu yang dipasang didinding semacam pagar. Saya tertarik apa sih yang ada disana. Dari kejauhan nampak seperti gambar-gambar biasa. Tetapi begitu mendekat, ternyata yang menempel didinding itu adalah material sisa-sisa. Seperti pipa, plastic, sendok, garpu, pecahan-pecahan kaca, pipet (sedotan). Ya, itulah material sisa-sisa yang dimanfaatkan untuk membentuk sebuah karya seni, yaitu hewan-hewan zodiac.

IMAG1616

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Selesai mengamati karya seni material sisa, kamipun menuju sebuah museum untuk bertemu master Oogway (si kura-kura yang ada di film Kung Fu Panda). Saya sebut master Oogway, karena anak-anak pada berteriak memanggil “Oogway….” pada si kura-kura. Memang ada ya museum kura-kura?? Tentu saja ada, yang telah mendapat pengakuan dari Guinness World Record, karena mempunyai koleksi terbesar (kura-kura), sekitar 3.456 koleksinya. Wah…banyak sekali ya...Yuk kita lihat ada kura-kura apa saja didalam museum kura-kura yang ada di Chinese Garden ini.

IMAG1556

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Untuk memasuki museum master Oogway ini ternyata harus membeli tiket, kawan. Tapi…jangan takut dengan harga tiket ini. Kemarin itu saya dan suami beli dua tiket hanya mengeluarkan uang $S 10 saja. Jadi perorang tiketnya $S 5. Murah kan?? Ditempat pembelian tiket ini, kita juga bisa membeli kangkung seharga $S 2. Buat apa kangkung?? Untuk memberi makan kura-kura yang ada didalam. Asik kan…ini masuk museum kura-kura apa masuk kebun binatang ya??

IMAG1557

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Memasuki museum ini, langsung kita akan disambut oleh tiga deret ponds disebelah kanan pintu masuk. Disana ada Asian Soft Shelled Turtle, Alligator Snapping Turtle, dan African Tortoises. Dan peringatan, jangan coba-coba untuk mendekat ke Alligator Snapping, karena..sekali gigit tulang bisa remuk. Sayapun tak berani untuk mendekat, hanya melihat dari jauh. Karena saya sendiri lihat saja sudah takut, mirip buaya. Saat sedang asik melihat-lihat tiga ponds itu, tiba-tiba saja diikuti oleh kura-kura yang terlepas. Eh tunggu dulu ini kura-kura melarikan diri dari kandangnya atau memang sengaja dilepas ya?? Ternyata ini nih gunanya membeli kangkung, untuk memberi makan kura-kura darat ini. Banyak pengunjung yang menyukai moment ini. Moment langka dan seru, seru karena bisa dikejar-kejar kura-kura kalau kita tidak memberinya makan. Selain membeli kangkung seikat dengan harga $S 2, saya dan suami juga membeli makanan kura-kura yang telah diplastik rapi dan dihargai $S 1 saja. Kami membelinya setelah berada didalam museum, ditengah-tengah kolam yang telah dipenuhi oleh kura-kura. Untuk membeli makanan yang telah dipack ini, kita tinggal memasukkan koin $S1 kedalam kotak, dan tinggal mengambil pack makanan kura-kura sesuai harga, didalam sebuah wadah yang ada disebelah kotak koin tadi. Selanjutnya…nikmatilah sensasi memberi makan kura-kura yang jumlahnya mungkin mencapai ratusanan!

IMAG1573

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Didalam museum kura-kura ini, banyak ponds yang diisi oleh jenis-jenis kura-kura. Selain tiga jenis kura-kura yang saya sebutkan diatas, diponds yang lain ada Malaysian Giant Turtle, juga ada Asian Brown Tortoise. Kura-kura yang berada diakuariumpun banyak jenisnya. Beberapa diantaranya, Leaf Turtle, Pig Noise Turtle, Indian Star Tortoise, Burmese Peacock Turtle, Yellow Spotted Amazon River Turtle, Snake-necked Turtle, Matamata, Red-Footed Tortoise, Golden Temple Turtle, dll.

IMAG1596

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Museum ini tidaklah besar, namun kami sangat puas berada didalam museum master Oogway ini. Selain bisa dekat dengan kura-kura yang belum pernah sekalipun memegang cangkangnya sebelumnya, kami juga jadi tahu banyak jenis kura-kura yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya. Karena sebelumnya yang saya tahu hanya penyu hijau, dan jenis belimbing saja. Setelah masuk museum ini, paling tidak saya bisa tahu banyak lagi jenisnya. Sangat menarik dan sangat memberikan banyak pengetahuan. Dimuseum ini, disediakan juga tempat untuk kura-kura bertelur. Saat melewatinya kami tak melihat telur-telur itu. Atau mungkin saja kami yang tak memperhatikan. Karena spot itu (tempat untuk bertelur), tempatnya dibuat berbatu-batu, dan diberi gua-gua buatan . Yang pasti seru dan asik masuk kemuseum kura-kura.

IMAG1592

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Puas melihat kura-kura, agenda selanjutnya adalah mencari penjual minuman. Tepat seperti tebakan semula, didalam pasti ada yang jual minuman. Nah tempatnya ada dimuseum kura-kura ini. Sambil beristirahat sebentar, duduk-duduk dan minum, kami menuju sebuah tempat yang diberi nama “Fishes paradise”. Sebentuk kolam ikan yang lumayan besar, dengan dikelilingi bangunan khas tiongkok. Ikannya pasti ikan koi, mulai dari yang kecil hingga yang besar ada disini. Sungguh pemandangan yang menentramkan. Bila ingin memberi makan ikan-ikan ini boleh saja tapi jangan sembarangan. Kita sebagai pengunjung boleh memberi makannya (ikan), dengan ikut bergabung dengan pengelola saat memberi makan, yaitu jam 1 siang sampai jam 1.30 siang.

IMAG1623

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Dibelakang bangunan museum kura-kura ini, kita bisa melihat tanaman padi juga. Ya, dengan melewati batu-batuan yang unik, yang ada disamping bangunan museum kura-kura, kami langsung menuju sebuah tempat yang ada tanaman padinya. Wah beruntung sekali saat kami datang, itu padinya sepertinya sudah mau panen. Ah, mungkin pemandangan biasa buat kawan-kawan sekalian. Tetapi buat saya pribadi, sudah lama sekali tidak melihat sawah-sawah dengan padi-padi yang menguning. Indah sekali…serasa didesa.

IMAG1621

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Di Chinese Garden ini, ada sebuah tempat yang bernama Garden of Fragrance. Melihat papan pemberitahuan itu saya agak bingung, apanya yang wangi ya?? Setelah beberapa saat memasuki garden itu, hidung saya mulai mencium bau harum seperti bunga melati. Dari manakah asal bau harum itu?? Ternyata bau harum itu berasal dari bunga-bunga yang ada disekitar taman itu. Saya sudah sering melihat tanaman ini ditaman tempat tinggal kami. Memang kalau sedang berbunga baunya luar biasa wangi. Saya tidak tahu apa nama tanaman bunga ini, kalau saya boleh katakan inilah melatinya Singapura. Nah di Garden of Fragrance ini, jelas tercium bau wangi, karena disitu ditanam banyak bunga-bunga ini.

IMAG1636

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sebenarnya kami ini sangat ingin melihat Bonsai Garden. Namum, setelah sampai ditempat, ternyata Bonsai Garden sudah tutup, pintu gerbangnya sudah terkunci rapat. Ya, mungkin karena hari sudah sore, jadi tutup Bonsai Garden. Kecewa?? Iya pasti, karena dilihat dari luar terlihat berbagai macam bonsai-bonsai yang indah. Ya, harap maklum, saya ini suka dengan tanaman, jadi sangat tertarik dengan Bonsai Garden. Tetapi rasa kecewa ini, terobati dengan melihat sekilas Bambu Garden.

IMAG1640

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Perjalanan kami di Chinese Garden berlanjut dengan menyeberangi danau dengan melewati batu-batuan yang memang sengaja disusun sebagai sebuah jembatan. Ya, serasa berada disungai. Ditempat ini banyak terlihat ikan-ikan yang sangat besar sekali. Kalau ingin melihatnya, tebarkan saya remahan kue. Kebetulan saat itu ada pengunjung yang menebar remahan kue, jadi kami bisa melihat ikan-ikan yang besar itu. Selain itu, saya juga bisa melihat telur-telur keong lebih dekat. Wah…telur-telur keong ini mengingatkan akan hobi saya dulu sewaktu masih tinggal dirumah orangtua, yaitu memelihara keong-keong didalam sebuah kolam mungil.

IMAG1618

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Perjalanan kami di Chinese Garden ini, berakhir di sebuah tempat yang bernama “Garden of Abundance”. Ini garden apa ya?? Didalam Garden Abundance ini, kita bisa menemukan shio kita masing-masing. Ya, kata gampangnya, ini adalah sebuah taman shio. Patung hewan shio ada disini, ayam, naga, harimau, tikus, kuda, monyet, kelinci, lembu, kambing, ular, babi dan anjing. Masing-masing dari patung hewan shio ini dilengkapi dengan keterangan tahun-tahun kelahiran beserta karakter-karakter dari masing-masing shio. Nah, silahkan cari yang mana shio punya kita dan baca karakter diri kita. Sama atau tidak ya antara karakter shio dengan karakter kita??

IMAG1651

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Inilah cerita perjalanan kami di Chinese Garden Singapura dalam rangka mengisi hari libur nasional (1 May 2013). Bila kawan sekalian ada yang ingin berkunjung/ berlibur ke Singapura, coba saja datang ke Chinese Garden. Karena menurut hemat saya, wisata ini murah meriah, tanpa membayar tiket masuk yang mahal, tetapi kita akan dipuaskan dengan keindahan yang ada didalamnya.

IMAG1668

Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Catatan :
  • Semua gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah dokumentasi pribadi/ milik pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini, juga semua gambar/ photo didalamnya tanpa menyertakan sumbernya, link tulisan/ artikelnya, blog juga nama penulisnya, yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti






















Menikmati Segarnya Soto Winong Yang Menggelegar

 

IMAG0878

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya dan suami memilih untuk berlibur ke Yogyakarta, kami menikmati banyak hal disana. Selain mengunjungi tempat-tempat wisata, berkunjung keseorang kenalan, kami juga memburu banyak makanan. Tidak hanya memburu nasi kucing, tempe penyet, sate, beragam gorengan, kami juga memburu soto winong. Salah satu menu makanan wajib yang telah terdaftar dalam deret makanan yang akan kami nikmati selama liburan tiba, adalah soto winong.

Sebelum mengakhiri masa liburan, kami memang benar-benar memberi waktu untuk memburu soto winong ini. Soto winong bukanlah makanan yang baru kemarin sore saya kenal dan tahu. Sudah sejak masa menempuh pendidikan di kota pelajar ini (Yogyakarta), saya sudah mengenal seperti apa itu soto winong. Dengan dikenalkan oleh seorang ibu kos pada masa itu, yang sering membeli soto winong, dan sering bercerita betapa nikmat dan segarnya soto winong ini. Sebuah kesegaran yang selalu dirasakan dan dirasa berbeda, itulah daya tarik soto winong.

Ternyata tempatnya masih sama seperti yang dulu. Soto winong ini beralamat di Jalan Ngeksigondo No. 4 Yogyakarta, dengan nomer telepon 0274-383360. Untuk menuju kesana, lebih mudah dengan menggunakan trans Jogja, turun di shelter Ngeksigondo. Kalau sudah turun dishelter Ngeksigondo ini, tinggal menyeberang jalan saja, karena soto winong ada berada persisi diseberang shelter Ngeksigondo ini. Dari saya pertama kali kenal tempat ini (soto winong), hingga terakhir kemarin sewaktu liburan di Yogyakarta, masih sama, warungnya berada disebelah toko kayu-kayu. Tempatnyapun mudah dikenali, karena memasang plang nama besar didepannya. Selain itu kalaupun tanya orang disekitar situ juga pasti akan tahu dimana soto winong berada. Sekalipun tempatnya hanya warung yang biasa saja, dan tak banyak perubahan dari dulu hingga sekarang, namun pembelinya banyak, terutama dijam-jam makan. Pembelinya dari semua kalangan, kalangan pegawai, mahasiswa, juga warga .

Waktu itu saya dan suami memesan masing-masing satu porsi perorang ditambah dengan masing-masing segelas minuman (es jeruk). Melihat semangkok soto winong dihidangkan didepan mata, rasanya sudah ingin menelan panas-panas. Benar-benar menggugah selera makan, dengan perpaduan tauge, kol, daging sapi, ditambah seledri dan bawang goreng. Sebelum memakannya, saya memberinya air jeruk lemon yang telah disediakan. Untuk masalah kecap, saya memilih tak mencampur soto winong ini dengan kecap. Untuk saya pribadi suka soto yang bening-bening saja, dengan rasa asam karena dicampur perasan air jeruk lemon tadi. Buat saya, soto winong ini ajaib, saya yang tak pernah mau makan daging-dagingan, tapi takluk didepan soto winong.

Rasanya benar-benar segar, dengan kuah berbumbu special warung soto winong dengan rupa yang bening, membuat kami hingga menambah porsi makan. Tambah lagi…memang masih muat tuh perut?? Saya dan suami tak peduli, habis segar banget ditengah cuaca panas waktu itu, benar-benar santapan makan siang yang pas! Tanpa sungkan dan malu pada pembeli yang lain, kami memesan untuk masing-masing satu porsi lagi! Mungkin pembeli yang lain yang kebetulan semeja dengan kami dan duduk didepan kami bertanya-tanya, “ini orang rakus amat ya…”. Itu baru soto winongnya saja yang baru nambah, padahal saya juga memesan lagi es jeruk. Belum lagi kami berdua juga menghabiskan sebungkus keripik tempe, sebungkus kerupuk, juga sebungkus emping melinjo, untuk menemani soto winong saat disantap. Benar-benar dahsyat sekali pengaruh soto winong ini untuk kami. Benar-benar membuat kami membabi buta, mulut rasanya ingin makan terus, dan perut sepertinya tak merasa kenyang-kenyang.

Tak perlu khawatir masalah harga, karena daftar harganya sudah dipasang besar-besar didalam warungnya. Untuk saat itu sewaktu kami makan disana, harganya bermacam macam. Seporsi soto campur yang kami pesan harganya Rp. 8.000. Ada juga jenis soto yang lain yang bisa dipesan disoto winong ini, berikut daftar harganya, untuk soto pisah harganya Rp. 9.000; , soto babat harganya Rp. 8.000; , iso goreng harganya Rp. 8.000; , dan nasi putih seporsi harganya Rp. 2.500. Sementara untuk minuman juga sudah dipasang harga, soda gembira harganya Rp. 6.500; , susu (panas/ dingin) dihargai Rp. 3.500; , tape (memakai es/panas) harganya Rp. 2.500; , teh (panas/ dingin) harganya Rp. 2.500; , Kopi (panas/ dingin) juga Rp. 2.500; , dan jeruk (panas/ dingin) juga sama harganya Rp. 2500;. Lah..lengkapkan…sudah ada daftar harganya jadi tak perlu takut masuk warung soto winong, tinggal pesan saja, dan nikmati kelezatannya…

IMAG0879

Dan jangan salah tempat bila kebetulan datang ke Yogyakarta dan akan menghampiri soto winong yang satu ini. Warung soto winong ini hanya satu-satunya, kalau ada tempat lain yang menamakan warung soto winong jangan dipercaya, karena soto winong yang sudah saya kenal sejak bertahun-tahun yang lalu ini tidak membuka cabang. Soto winong yang asli, ya, hanya di Jalan Ngeksigondo No. 4 Yogyakarta. Jadi, jangan salah tempat, kalau salah tempat rasa soto winong yang segar menggelegar itu takkan bisa didapatkan.

Catatan :

  • Gambar/ photo dalam artikel/ tulisan ini adalah milik pribadi/ dokumentasi pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artiikel saya ini tanpa menyertakan sumbernya, link tulisan/ artikelnya, blog, juga penulisnya, yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti

Kres…Kres…Renyahnya Menikmati Ikan Bakar Gambiran di Yogyakarta

 

IMAG3112

Membicarakan tentang kota Yogyakarta rasanya tidak akan ada matinya. Banyak hal menarik, unik, dan selalu membuat ketagihan untuk menyambanginya. Salah satunya adalah makanannya. Selain bisa menemukan jajanan tradisional disana, kita juga bisa menemukan menu-menu makanan yang sangat menggugah selera. Ini nih salah satunya, Ikan Bakar Gambiran! Ditempat itu kita bisa menikmati lezatnya si ikan bakar yang begitu crispy, kres..kres...

Kalau mau diingat-ingat dulu didaerah gambiran-Yogyakarta, belum ada nih tempat makan bernama Ikan Bakar Gambiran, atau mungkin saya yang tidak tahu ya ??... Sewaktu mengambil liburan akhir tahun kemarin, karena semua hotel sudah banyak yang penuh (daerah Prawirotaman), maka terpaksalah kami memesan hotel yang ada di Jalan Perintis Kemerdekaan-Yogyakarta untuk dua hari saja, sisanya pindah kesalah satu hotel yang ada di Prawirotaman. Berhubung berada ditempat baru, kami suka melihat-lihat ada apa saja disekitar, terutama ada penjual makanan apa saja sih yang disekitar hotel. Maka bertemulah untuk yang pertama kalinya, tempat makan yang bernama Ikan Bakar Gambiran.

IMAG3097

Ikan Bakar Gambiran letaknya berada didaerah Gambiran, Umbulharjo-Yogyakarta. Lebih tepatnya ada di Jalan Perintis Kemerdekaan No 62B, Yogyakarta. Bila hendak datang tetapi kesulitan menemukannya, Ikan Bakar Gambiran ini letaknya tidak jauh dari XT square Jogja. Atau tahu terminal lama Yogyakarta?? Ya letaknya tak jauh dari sana. Belum ketemu juga??..Maka lihatlah Hotel Bintang Fajar (BIFA), tinggal menyebrang jalan raya, maka terlihatlah Ikan Bakar Gambiran. Kalau masih repot mencarinya, langsung lihat peta saja.

IMAG3099

Masuk ketempat makan ini, sekilas ya biasa saja. Tempat masak dan tempat pembuatan minuman ada didepan sebelah kiri kita masuk. Dikanannya terdapat bangku panjang dan meja panjang berjajar. Lebih masuk kedalam ada kolam kecil yang berisi ikan-ikan mungil. Bila kita hendak memilih makan sambil santai bersila, kita bisa memilih tempat makan lesehan yang tak jauh dari kolam mungil itu. Tapi bila kita ingin menikmati makan bersama keluarga serasa dirumah sendiri berada dimeja makan, bisa memilih tempat duduk yang ada disisi lainnya. Oya, ditempat makan Ikan Bakar Gambiran free Wi-Fi lho....Saya lihat secara keseluruhan konsep tempat makan ini berkonsep pedesaan, alami/ natural, dimana bangunan ini didominasi dengan bahan bambu. Yang kurang cuma satu, tidak ada pemandangan sawah.

IMAG3096

Meski berdiri ditempat yang tidak begitu ramai, namun tempat makan ini sangat ramai pengunjung. Waktu malam hari kami hendak makan malam, kursi-kursi yang ada didalam sudah terisi penuh. Siang hari juga begitu, sama-sama ramainya. Mungkin kalau baru buka pagi hari, masih belum banyak yang datang untuk bersantap. Kebanyakan mereka yang datang adalah berkeluarga, ataupun berpasangan. Kalau yang sendirian saya tidak melihatnya, lagi pula tidak asik kan makan enak kok sendirian?!...Disini kita juga bisa lho booking tempat untuk acara makan-makan bersama keluarga besar atau bersama teman-teman. Jadi sebelum datang, meja sudah disiapkan oleh para pelayan, dan masakan juga sudah disiapkan. Atau ingin beli tapi tak mau repot datang, telpon saja nanti diantar. Mana nomer telponnnya, 0274-7171377 (Telpon/ Delivery order).

IMAG3114

Tempat makan Ikan Bakar Gambiran menawarkan menu apa saja?? Menu yang ditawarkan banyak sekali sampai-sampai saya lupa nama-nama per-menunya. Beragam masakan hasil hewan laut ada disana, sepeti cumi, udang, juga ikan. Selain itu, disini menawarkan macam-macam masakan ala cina. Sesuai dengan namanya, menu andalan/ menu primadona jelas ikan bakarnya. Ada lele bakar, gurameh bakar, nila bakar, bawal bakar. Namun bila ingin mencoba ayam bakar, Ikan Bakar Gambiran juga memiliki menu ayam bakar. Ada yang dibumbu pedas, ada yang dibumbu manis pedas, dan ada pula yang dibumbu sambal ijo. Minuman yang ditawakan juga bermacam-macam, ada soup buah, aneka jus buah, es jeruk dll...

IMAG3094

Menu yang selalu kami pilih selama beberapa kali makan disana adalah ikan bakarnya. Saya suka dengan nila bakar, suami saya suka dengan ikan bakar sambal ijo-nya. Tak hanya pesan ikan bakar, kami juga memesan lalapan (seperti biasa terdiri dari hijaunya daun kemangi, segarnya kubis, potongan tomat, dan potongan timun), sambal terong, terong bakar. Kalau ingin makan dengan nasi, bisa pesan nasi. Terkadang suami memesan menu lainnya, seperti ayam bakar dan mangut. Yang kurang apa nih?? Minumnya belum pesan, biasanya sih kami suka memesan es jeruk porsi besar. Maklum...tak pernah menemukan es jeruk di Singapura, begitu ada kesempatan minum es jeruk maka kami ini gelap mata. Tak hanya es jeruk, es tape juga es kelapa muda menjadi minuman pilihan kami.

IMG-20140319-WA0003

Semua pesanan sudah ada didepan mata, tak sabar untuk segera menyantapnya. Perlahan kami mulai sibuk dengan hidangan yang ada dipiring masing-masing. Kesan pertama ketika menikmati ikan bakar, rasanya begitu crispy! Kres kres...renyah dan terasa sekali bumbunya, begitu meresap sampai kedalam daging ikan. Hasil bakarannya pas,daging luar-dalam matang, dan kering. Mungkin kawan sekalian penasaran, keringnya seperti apa sih?? Karena kering dan begitu renyahnya, makan ikan bakar di Ikan Bakar Gambiran tak ada yang tersisa, bagian kepala ikan, ekor serta sirip tak ada yang tersisa. Semua saya makan, kecuali tulangnya yang besar itu. Bau amis ikan hilang, tergantikan oleh aroma sedap bumbu yang menusuk-nusuk hidung. Makin mantap dengan pilihan ikan bakar sambal ijo, suami saya sampai menambah porsi nasi!

IMG-20140319-WA0002

Setelah kepedasan, lidah terasa meleleh, segeralah kami menyejukkan mulut yang sudah seperti naga mengeluarkan bara api, dengan minuman dingin, yaitu es jeruk! Segar sekali rasanya....kerongkongan terasa lega terbebas dari panasnya rasa sambal. Bayangkan saja, sudah memesan terong sambal, terong bakar yang bersambal pedas, masih harus menambah menu makan dengan ikan bakar bumbu pedas. Minuman kelapa muda dan es tape ketan tak kalah segar dan nikmat. Nah untuk minuman kelapa muda, khusus disediakan dengan gula cair, bila suka manis tambahkan gula, tapi kalau tidak suka terlalu manis seperti saya, ya tidak perlu menambahkan gula cair.

IMAG3113

Masalah harga bagaimana?? Menurut saya sih tergantung ya mahal atau murah. Saya tidak bisa bilang apakah harga yang dipatok itu mahal ataukah murah. Kalau untuk ukuran gaji saya dulu sewaktu kerja dikota itu (Yogyakarta), ya jelas mahal. Tapi kalau untuk ukuran kantong mahasiswa, ya tergantung lagi, kalau mahasiswanya seperti saya dulu ya tak sanggup masuk dan makan ditempat makan ini. Jangankan dulu, kalaupun sekarang jadi seorang mahasiswa di Yogyakarta, saya tetap tak sanggup kalau harus mengeluarkan uang diatas Rp. 20.000 untuk sekali makan disana (Ikan Bakar Gambiran). Terus kira-kira berapa uang yang harus kita siapkan untuk makan di Ikan Bakar Gambiran??... Kami berdua makan disana, Ikan Bakar Gambiran, ya kira-kira Rp. 70.000; lebih. Kalau bertiga, uang yang dikeluarkan untuk bisa menikmati renyahnya Ikan Bakar Gambiran, ya diatas Rp. 100.000;-an. Mahal atau murah, silahkan kawan-kawan sekalian yang menilai.

IMG-20140319-WA0000

Nah, tertarik untuk menyantap ikan bakar yang renyah dan sedap berbumbu?? Silahkan mampir untuk mencoba, mencicipi, kelezatan ikan bakar yang ditawarkan oleh tempat makan Ikan Bakar Gambiran. Dijamin perut akan kenyang! Namanya makan pasti kenyang ya...beda kalau makan disini, tak hanya menbuat perut kenyang, lidah terasa dimanjakan dengan menikmati ikan berbumbu ala Ikan Bakar Gambiran.Selamat mencoba, salam kres..kres....

Catatan :

  • Semua gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah milik pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini tanpa menyertakan sumbernya, link tulisan/ artikelnya, juga blog serta nama penulisnya, yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti

Temukan Nuansa Tempo Doeloe, di Kampoeng Djawa Guesthouse Yogyakarta

 

IMAG0566

Berkunjung ke Yogyakarta tentu tidak akan lepas dari tempat penginapan. “Hendak menginap dimanakah, kita?”. Pastinya itu adalah sebuah pertanyaan yang umum untuk dilontarkan, ketika berniat untuk datang berlibur ke Yogyakarta. Kecuali, kalau memang mempunyai sanak-saudara, ataupun family di kota gudheg ini, maka tak perlu repot-repot memikirkan akan tempat penginapan.

IMAG0565

Bagi kami (saya dan suami), berlibur ke Yogyakarta, pasti akan mencari tempat penginapan. Mengingat memang kami tak ada sanak family disini (Yogyakarta). Kalau teman, kenalan, ada, tetapi tidak mungkin kami akan menginap dirumahnya. Lebih enak cari penginapan saja, lebih santai, dan tidak membuat repot orang lain. Kan tujuannya memang liburan, bisa lebih dari sehari dua hari untuk menginap.

IMAG0557

Cari-mencari, akhirnya ketemulah Kampoeng Djawa Guesthouse. Melihat-lihat beberapa foto yang ada dihalaman site-nya, kami cocok. Mencari tempat yang cocok dan harga yang cocok ini, bukanlah perkara yang gampang. Pertama cocok tempat, karena kami akan menginap selama enam hari, maka mencari tempat yang nyaman. Kedua cocok harga, kami mencari tempat yang tidak usah mahal-mahal, namun fasilitas layak memadai. Maka, dua hari sebelum sampai di Yogyakarta, satu kamar di Kampoeng Djawa Guesthouse telah kami pesan untuk enam hari.

IMAG0560

Pagi sekali kami telah sampai di Yogyakarta. Yang pertama kami tuju, tentu Kampoeng Djawa Guesthouse. Letaknya ada di Jalan Prawirotaman I/40, Yogyakarta. Untuk mencari Jalan Prawirotaman, bukanlah hal yang sulit bagi tukang becak ataupun taksi-taksi di Yogya. Dengan menumpang taksi, mulailah kami mencari tempatnya. Agak sedikit bingung juga memasuki Jalan Prawirotaman I ini, karena dikanan kiri banyak betebaran hotel-hotel. Kampoeng Djawa Guesthouse belum terlihat juga. Sampai di ujung jalan Prawirotaman I, barulah terlihat Kampoeng Djawa Guesthouse. Ternyata disitu tempatnya, bagaimana tidak terlihat, dari depan terlihat kecil menyempit, pun dengan gerbangnya yang seukuran daun pintu ganda! Yang terlihat papan nama diatas,”KAMPOENG DJAWA GUESTHOUSE”.

IMAG0558

Tetapi tunggu dulu, jangan buru-buru menilai kalau guesthouse ini amatiran dalam segala segi. Masuk ke pintu gerbang yang terlihat sempit tadi, perlahan tapi pasti, kawan sekalian akan langsung jatuh hati dengan Kampoeng Djawa Guesthouse ini. Mengapa?? Mulai dari lobi, tamannya, dapurnya, teras kamarnya, sampai didalam kamarnya, hingga didalam kamar mandinya, semuanya serba klasik, etnik. Digambarkan dengan konsep tempat “tempo doeloe”. Penasaran?? Inilah yang menarik disini (Kampoeng Djawa Guesthouse). Maka tak heran, tamu-tamu yang menginap disini semuanya adalah turis mancanegara.

Mulai dari lobi-nya…masuk kedalam tempatnya memang memanjang kedalam. Disebelah kanannya tertata rapi meja kursi kayu yang khas. Dan lihatlah temboknya, sebagian batu batanya dibiarkan dengan warna aslinya, tanpa di plester halus. Dibiarkan begitu saja, hanya disusun miring. Sementara bagian yang diplester halus, dinding-dinding itu dicat dengan warna klasik. Suasana semakin erat dengan tempo doeloe, jaman kuno, dengan pajangan sepeda onthel. Melihat keatas langit-langit nya berhiaskan anyaman bambu. Menarik bukan??

IMAG0559

Masuk kedalam, setelah melewati lobi, langsung berhadapan dengan taman yang asri. Yang juga terdapat kandang burung jalak. Kandangnya ini ukurannya besar, tapi sayang sekali burung jalaknya hanya satu. Padahal kalau ada dua atau tiga, pasti cerewet sekali burung jalaknya. Sebelah kanan dari lobi ada tempat/ ruang dimana kita para tamu guesthouse, bisa membuat kopi atau teh sendiri, kapan saja kita mau, dan tidak dibatasi. Sementara sebelah kiri masuk dari lobi, disitu ada dapur. Dapur guesthouse ini sangat menarik, berdinding anyaman bambu. Dan sebagian kamar akan berderet disekeliling taman ini. Artinya, taman asri ini tepat berada ditenga-tengah. Dan kamar kami terletak dideretan ini. Wah..Serasa dirumah sendiri jadinya…

Diteras kamar ada seperangkat meja kursi yang klasik juga tentunya. Terbuat dari bambu kursinya, pun begitu juga dengan tempat menjemur handuk. Tempat menjemur handuk ini terbuat dari bambu juga. Keren..kan..bambu bisa diolah menjadi sebuah barang yang bernilai. Dan lihatlah lampu-lampu teras disetiap kamar. Lampu-lampu ini khas bernuansa tempo doeloe bukan…serasa berada dijaman tahun ’40-an. Kalau siang-siang, cuaca panas, teras ini sangat asik sebagai tempat bersantai. Sayangnya saya dan suami, setiap pulang kepenginapan sudah sore bahkan malam. Bisa bersantai diteras ini kalau sarapan pagi, dan afternoon tea saja.

Masuk didalam kamar-nya, tetap berkonsep “tempo doeloe”. Mulai dari dinding, tempat tidur, meja rias klasik, lemari pakaian, sampai didalam kamar mandinya. Semuanya unik bukan?? Tak ketinggalan pula lampu didalam kamanya, sama seperti lampu- lampu kuno yang ada diteras kamar. Yang terlihat modern karena ada TV-nya, dan AC. Semua yang ada didalam kamar ini, bahan kayu mendominasi. Tetapi jangan berpikir bahwa kayu-kayu ini adalah murahan, coba saja angkat kursi rias yang terlihat kecil dan ringan. Saya coba menggesernya (kursi rias), butuh tenaga ekstra karena berat. Dapat dipastikan kayu yang gunakan adalah kayu jati, entah itu kayu jati tua atau muda. Kalau kata suami saya, itu kayu jati masih muda. Kalau kayu jati tua bahannya, pasti saya tak mampu hanya sekedar menggeser kursi rias itu.

Ini nih yang paling dicari, fasilitas internet. Menginap di Kampoeng Djawa Guesthouse, kita tak perlu khawatir tidak bisa mengecek email, atau tidak bisa membaca berita online. Di Kampoeng Djawa Guesthouse, ada WIFI..meski ada diwaktu-waktu tertentu tidak lancar jalannya. Tinggal minta saja password-nya, maka dengan bebas kita bisa menggunakan fasilitas ini. Tapi lagi-lagi, kami tidak begitu antusias menggunakannya. Setiap pulang penginapan badan sudah lelah, setelah seharian pergi.

Bagaimana dengan sarapan, ada atau tidak?? Sarapan pagi jelas ada, dengan menu yang terus berganti-ganti setiap harinya. Ada gudheg, opor ayam, kadang roti berselai, macam-macam menunya. Selang-seling dengan masakan Indonesia, juga masakan luar negeri, mengingat tamu-tamu-nya kebanyakan dari mancanegara. Sarapan ini dibatasi hanya sampai pukul 9.30 pagi saja. Jadi, kalau sudah lebih dari jam-jam sarapan, dapat dipastikan sarapan pagi terlewatkan. Untuk sore hari ada afternoon tea. Afternoon tea ini dimulai dari pukul 5 sore sampai 6 sore. Apa ya menunya? Pastinya teh lengkap dengan gula batunya, beserta gorengan. Gorengan ini berganti-ganti juga setiap harinya, misal hari ini tempe goreng, dengan pisang molen, esoknya, bakwan dengan makanan terbuat dari singkong, begitu seterusnya. Seperangkat teko teh pun disajikan dengan unik. Dimana teko ini terbuat dari tanah liat, begitu juga dengan cangkir tehnya. Benar-benar mengesankan bukan…

Untuk masalah dibersihkan atau tidak setiap harinya, kamar yang kita tempati, tergantung dari kita sendiri. Kalau minta tiap hari dibersihkan, boleh-boleh saja, dengan senang hati mereka akan membersihkannya. Kurang lebihnya sama dengan hotel-hotel berbintang. Tingkat pelayanan dan keramahan mereka sama dengan hotel-hotel yang berkelas.

Bagaimana dengan harganya?? Untuk kamar yang kami tempati selama enam hari ini, harganya Rp 200.000;/ malam. Dengan fasilitas tadi, kamar mandi dalam lengkap dengan handuk dan sabun mandi, AC, TV, meja rias, tempat tidur, juga satu buah lemari pakaian, ditambah dengan fasilitas internet, sarapan, dan afternoon tea. Karena biasanya ada hotel yang harus bayar lagi bila kita ingin mengunakan fasilitas internet, ataupun sabun mandi. Untuk hotel ini tak perlu saya sebutkan. Dengan fasilitas yang sama, kecuali AC, yang diganti dengan kipas angin, harganya kurang lebih Rp 160.000;/ malam. Adakah harga yang lebih murah lagi di Kampoeng Djawa Guesthouse ini?? Saya perkirakan ada. Karena masuk kedalam masih ada kamar-kamar. Juga diatas, dilantai dua, masih ada kamar-kamar. Dimana diantaranya itu kamar mandi bersama.

Dengan harga yang relative lebih murah, kita bisa mendapatkan tempat penginapan yang sangat nyaman, asri, dan klasik, dengan fasilitas yang memadai. Bagi yang suka dengan nuansa “tempo doeloe”, jelas ini salah satu pilihan sebagai tempat beristirahat yang nyaman sekali, makanya banyak turis mancanegara yang datang ke guesthouse ini. Jadi jangan heran, kalau Kampoeng Djawa Guesthoese ini, selalu penuh, orang silih berganti keluar masuk. Baru saja ada yang cek out, tak lama kemudian ada yang cek in, begitu seterusnya.

Selain itu, disepanjang Jalan Prawirotaman I ini, jalannya tidaklah begitu padat dan ramai, seperti Jalan lainnya. Jalan Prawirotaman ini cukup bersahabat bagi yang suka jalan kaki. Dengan lebar jalan yang sempit, tak membuat banyak kendaraan berlalu-lalang di jalan ini. Disepanjang jalan ini hanya terlihat berjajar becak, yang siap mengantarkan para turis untuk berkeliling kota Yogyakarta. Selain berjajar hotel dan guesthouse, disepanjang Jalan Prawirotan ini juga dapat dijumpai resto yang menyajikan makanan tradisonal, tempat penjualan batik, tempat penjualan benda-benda antik, juga terdapat tempat rental sepeda ataupun sepeda motor. Bagi yang ingin menggunakan jasa travel untuk berwisata, misal ke Candi Borobudur, atau ke Merapi, di sepanjang jalan Prawirotaman ini terdapat agen-agen travel.

Jadi, selain tempatnya nyaman, Kampoeng Djawa Guesthouse ini, juga strategis. Mau keliling kota Yogyakarta dengan rental sepeda atau sepeda motor, ada disampingnya tempat rentalnya. Atau mau mencari makanan juga ada. Bahkan bila ingin laundry-pun banyak tempat-tempat laundry disekitarnya. Atau mau berwisata ke Merapi, ke Candi Borobudur, agen travel-nya persis disamping Kampoeng Djawa ini. Tidak ada salahnya, bila berkunjung ke Yogyakarta, menginap saja di Kampoeng Djawa Guesthouse Yogyakarta, pasti takkan mengecewakan.

Catatan :

  • Semua gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah dokumentasi pribadi/ milik pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini tanpa menyertakan sumbernya, link artikel ini, blog serta nama penulisnya, yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti

Menikmati Sego Gurih, Sajian Khas Sekaten

 

IMG-20130527-WA0001

Nama sego gurih bukanlah sajian asing untuk masyarakat Indonesia. Saya percaya sudah banyak yang tahu tentang sego gurih ini. Diperayaan-perayaan tertentu, sego gurih akan hadir kedalamnya, misalnya saja di desa asal saya, saat selamatan/ kenduri sego gurih akan hadir bersama ingkung, atau bisa juga sego gurih hadir disaat perayaan ulang tahun dengan membuat nasi tumpeng. Tapi..sego gurih yang satu ini unik dan berbeda. Untuk yang ini (sego gurih), adalah makanan khas perayaan sekaten, yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Jadi, sego gurih yang satu ini hanya ada diperayaan sekaten saja.

Beberapa waktu yang lalu ketika mengambil liburan di Daerah Istimewa Yogyakarta, kami berkesempatan untuk datang dan melihat seperti apa itu perayaan sekaten. Bukan kemeriahan akan pasar malamnya, namun sebuah acara ritual keraton, atau kalau orang jogja menyebutnya sekatenan. Dari hasil pembicaraan kami dengan orang yang kami temui, yang merupakan warga asli Yogyakarta, bahwa untuk mereka yang dimaksud dengan sekatenan, adalah sebuah ritual turunnya gong (benda pusaka keraton Yogyakarata), yaitu Kyahi Gunturmadu, dan Kyahi Nagawilaga. Bagi saya sendiri meskipun sudah pernah tinggal di Yogyakarta, belum pernah melihat sekatenan, maupun merasakan khas-khasnya sekaten, yaitu sego gurih-nya itu. Ya, mungkin karena dulu saya terlalu sibuk dengan urusan perkuliahan yang tak memungkinkan melihat sekatenan tengah malam, dan juga tak ada waktu untuk sekedar icip-icip makanan khas sekaten yang satu ini.

Beruntung, ketika berlibur itu, tanpa sengaja waktunya pas dengan perayaan sekatenan di Yogyakarta. Tidak buang waktu lama saat itu kami langsung “mendadak sekatenan”. Maksudnya melihat acara/ ritual turunnya benda pusaka keraton, tanpa dijadwalkan sebelumnya. Dari seorang pemandu wisata Taman Sari-lah kami diberitahu, bahwa istrinya jualan sego gurih khas sekatenan. Ya, siapa sangka kami memang dipertemukan kembali dengan seorang pemandu wisata Taman Sari, yang saat itu juga sibuk mengambil gambar sekatenan, karena ternyata memang dia adalah orang pers. Tapi kami mengulur waktu untuk membeli sego gurih tersebut, dikarenakan ingin melihat dulu arak-arakan benda pusaka tadi, yang turun dari keraton kepagongan yang ada dihalaman masjid Agung/ Besar (Masjid Kauman). Masalahnya, kalau kami tinggal membeli sego gurih terlebih dahulu, pasti kami nanti tak kebagian tempat yang pas untuk melihat arak-arakan tersebut.

Nah, memang sebelumnya saya dan suami tak tahu bila banyaknya penjual yang ada dihalaman masjid itu adalah penjual nasi gurih semua. Kami hanya berpikir, itu layaknya penjual makanan-makanan seperti biasanya yang selalu hadir dalam setiap event/ perayaan. Tidak tahunya, mereka adalah penjual makanan khas sekaten yang patut untuk dicoba, dan dinikmati. Mungkin tidak hanya dinikmati semata, namun ada makna yang terkandung didalam nasi gurih tersebut, yaitu sebagai simbol keberkahan, serta kemakmuran. Maksudnya, bahwa manusia yang telah lahir kedunia ini telah diberikan rejeki melimpah oleh Tuhan, dan tinggal manusia itu sendiri mampu mengelolanya atau tidak. Ada juga yang bilang kalau makan sego gurih sambil mendengarkan alunan gamelan sekatenan, akan membuat awet muda, dan akan membuat kita ingin menikmatinya ditahun mendatang.

Setelah masing-masing benda pusaka keraton itu masuk kedalam pagongan masing-masing, kami berdua mulai berkeliling disekitar tenda-tenda penjual makanan khas sekatenan, yaitu sego gurih. Ada banyak penjual sego gurih disana. Tapi entah mengapa waktu itu kami tertarik untuk membeli sego gurih yang dijual oleh istri dari pemandu wisata kami di Taman Sari. Sebenarnya kami tidak yakin benar penjual sego gurih yang kami datangi ini adalah sang istri dari pemandu itu, karena sewaktu menunjukkan tempat jualannnya, sang pemandu dan kami berada pada jarak yang lumayan agak jauh dari tempat jualannya. Saya dan suami hanya mengira-ngira saja, melihat dari jauh. Tapi tak masalah, toh sego gurih yang kami beli ternyata nikmat sekali, serasa makan nasi selamatan/ kenduri, yang biasa dibawa pulang oleh bapak-bapak didesa. Nah, sego gurih ini ternyata dijajakan saat benda pusaka keraton itu turun kehalaman masjid, hingga benda pusaka keraton itu kembali lagi kedalam keraton saja. Untuk masalah harganya, waktu itu kami membelinya perporsi dengan harga sekitar Rp. 7.000;.

Sego gurih ini lebih unik dan berbeda dari pada sego gurih yang pernah saya nikmati di desa kala itu. Sego gurih yang ada disekatenan ini terdiri dari banyak macam lauk. Jadi, sego gurih khas sekaten di Yogyakarta ini terdiri dari sego gurih itu sendiri, yaitu nasi yang dimasak bersama santan, garam, dan daun salam. Aneka lauknya antara lain, kedelai putih goreng, kedelai hitam goreng,kacang tanah goreng, daging ingkung suwir, telur yang diopor, kemangi, mentimun, irisan kubis, sambal goreng tempe, sambal goreng krecek, dan kerupuk. Waahh nikmat sekali bukan?? Tapi nih..ada tapinya, porsinya sedikit lho..tidak banyak, karena memang lauknya yang bermacam-macam itu, jadi penyajiannya sedikit demi sedikit.

Sekalipun hanya sego gurih yang terlihat simple dan sederhana, namun sego gurih adalah makanan khas sekatenan yang selalu dicari, dan tetap lestari hingga saat ini. Ya, saya dan suami sangat bersyukur bisa menikmatinya kala itu. Selain menikmati kelezatannya, kami juga harus memaknai setiap suapnya, yaitu rasa bersyukur pada Sang Pencipta yang telah memberikan kami rejeki.

Catatan :

  • Gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah milik pribadi/ dokumentasi pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini tanpa menyertakan sumbernya, link tulisan/ artikel, blog dan juga nama penulisnya, yaitu saya, Acik mdy/ Acik Mardhiyanti

Pesona Candi Prambanan, Dalam Guyuran Air Khayangan

 

IMAG0612

Setelah menempuh perjalanan, dari Situs Ratu Boko, akhirnya kami (saya dan suami ) sampai juga di kawasan Candi Prambanan. Ya..seperti yang telah saya ceritakan sebelumnya, dalam tulisan, Ratu Boko, Kemegahan Nan Damai di Perbukitan, bahwa kami ini membeli tiket paketan untuk masuk Candi Prambanan, dan Situs Ratu Boko. Memilih melihat Situs Ratu Boko terlebih dahulu, setelahnya, kembali lagi ke kawasan Candi Prambanan.

IMAG0615

Hujan masih saja mengguyur, ketika kaki ini menuruni mobil yang menjemput dari kawasan Situs Ratu Boko. Ya…hujan ini telah membuat badan menggigil kedinginan sejak dari Situs Ratu Boko. Sepertinya memang hujan ini merata. Tanpa pikir panjang, langsung saja menuju ketempat berteduh, ketika sampai di kawasan Candi Prambanan. Tetapi, apa yang akan kami lakukan dalam situasi seperti ini?? Hujan tiada henti, kadang deras, kadang gerimis, berselang-seling tanpa ada jeda sekalipun. Pulang saja kah, atau tetap nekat bertandang ke Candi Hindu terbesar di Indonesia ini, dalam situasi hujan??

IMAG0616

Beberapa dari orang yang turun dari mobil tadi, memilih untuk berteduh dulu sambil menanti hujan reda, untuk kemudian berjalan kekompleks candi. Berharap-harap hujan segera reda, dan bisa leluasa berkeliling kompleks Candi Prambanan. Sementara, saya sudah tidak sabar untuk segera melangkahkan kaki menuju kompleks candi. Dan suami waktu itu memilih untuk berteduh dulu. Tetapi, pesona Candi Prambanan sepertinya tidak bisa untuk saya abaikan, dan sayapun tertarik masuk kedalam pesonanya (Candi Prambanan) dalam situasi seperti ini. Maka..tanpa persetujuan suami, langsung saja melangkahkan kaki mendekati Candi Prambanan. Suamipun tak bisa mengelak lagi, tanpa banyak bicara, mengikuti dibelakang.

IMAG0620

Sebenarnya ada hal yang menarik sebelum memasuki kompleks Candi ini, yang merupakan Situs Warisan Dunia UNESCO. Jadi, sebelum masuk kompleks tempat peribadatan umat Hindu ini, kita sebagai pengunjung dengan tujuan berwisata, diwajibkan untuk mengenakan sarung. Tetapi jangan dikira, sarung yang dikenakan itu seperti sarung-sarung pada umumnya, yang dikenakan umat muslim untuk beribadah. Sarung ini unik, berwarna hitam putih, sekilas seperti motif batik (kurang tahu dengan jelas apa gambar yang ada dimotif itu). Ya, mungkin semacam sarung-sarung yang dikenakan oleh orang bali. Cara-cara pemakaiannyapun, ada tata caranya yang telah ditulis dengan jelas ditempat ruang pemakaian sarung. Kenapa diwajibkan mengenakan sarung ini?? Karena kompleks candi ini (Candi Prambanan), adalah tempat beribadah. Jadi, kita harus menghormati tempat ini, dan berlaku sopan. Begitu penuturan dari sopir yang mengantar kami ke Situs Ratu Boko. Ini tidak hanya di Candi Prambanan, di Candi Borobudur-pun, aturan ini telah diberlakukan juga. Berhubung, kondisi hujan waktu itu, maka kami tidak berkesempatan untuk mengenakannya. Tidak diketahui dengan pasti alasannya. Mungkin saja, takutnya sarung-sarung itu nanti basah. Yang pasti, kami langsung dipersilahkan memasuki kompleks Candi. Padahal, saya ingin sekali mengenakannya…

IMAG0622

Sebelum memasuki area Candi, mata kita akan tertuju pada beberapa papan informasi. Isinya informasi-informasi mengenai keadaan Candi-candi, setelah gempa yang mengguncang Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006 lalu. Beberapa Candi memang ada yang runtuh, dan bahkan retak. Seperti Candi Shiva misalnya, ada bagian yang retak, Candi Brahma dan Candi Vishnu, ada bagian-bagian yang runtuh. Oleh karenanya, setelahnya dilakukan pemugaran-pemugaran. Bahkan hingga saat ini untuk Shiva Temple, masih berpagar, dan untuk memasukinya diharuskan mengenakan helm. Tetapi, pada dasarnya, dari keterangan yang ada, Candi Shiva ini telah stabil, hanya untuk berjaga-jaga dari hal-hal yang tak diinginkan, maka bagi yang ingin masuk kedalamnya diharuskan mengenakan helm.

IMAG0623

Pertama-tama memasuki area Candi, kami masuk dari sebuah pintu depan, yang langsung disambut oleh Candi Kelir. Kalau diperhatikan dengan seksama ketika berkeliling area Candi ini, letak Candi Kelir ini selalu berada didepan pintu-pintu masuk, entah dari pintu depan ini, samping, ataupun pintu masuk belakang. Kalau saya ingat-ingat kembali dari hasil study tour saya, kurang lebih sepuluh tahun lalu, Candi Kelir ini mempunyai fungsi sebagai penolak balak. Maka tak heran bila kita akan selalu menjumpai Candi Kelir ini di setiap pintu masuk area Candi. Kalau diperhatikan pintu masuk area Candi ini ada empat, maka Candi Kelir ada empat juga.

IMAG0624

Selanjutnya ada Candi Patok. Setelah kami amat-amati, Candi Patok ini tempatnya selalu dikanan kiri Candi Kelir, atau lebih tepatnya ada disetiap sudut area Candi Prambanan. Kalau dihitung-hitung, karena area sacral ini, berbentuk bujur sangkar, dengan mempunyai empat sudut, maka dapat dipastikan Candi Patok ini ada empat buah juga. Kalau kawan sekalian tidak yakin, silahkan dilihat dan hitung sendiri berapa jumlah Candi Patok-nya. Saya dan suami sudah melihat dan menghitungnya.

IMAG0626

Mulai bergerak dari Candi Kelir, yang letaknya ada dipintu masuk, lalu bergerak keselatan ada Candi Patok, bergerak lagi kearah utara (melewati Candi Kelir tadi), maka akan kita temukan berturut-turut, Candi Angsa, Candi Nandi, dan Candi Garuda. Dipojok utara, ada Candi Patok. Kalau melihat nama-nama Candi yang berurut-urut, mulai dari Candi Angsa, Candi Nandi, dan Candi Garuda, ini jelas-jelas kendaraan para Dewa. Candi Angsa, kendaraan Dewa Brahma (Dewa pencipta), Candi Nandi kendaraan Dewa Shiva (Dewa Perusak), dan yang terakhir Candi Garuda kendaraan Dewa Vishnu (Dewa Pemelihara). Kalau saya sebut Candi Kendaraan Dewa tepat tidak?? Bila kawan sekalian punya nama yang tepat, bisa menambahkan.

IMAG0632

Sebenarnya saya dan suami ignin sekali masuk kedalam masing-masing Candi Kendaraan Dewa ini. Tetapi, kami harus menyimpan kecewa, karena kami tak bisa memasukinya. Ini dikarenakan berbarengan dengan study tour anak-anak SMA. Kalau anak-anak SMA jaman sekarang, study tour ya begini ini, serasa candi-candi ini punyanya sendiri. Terus dipakai ajang untuk berfoto ria, memenuhi tangga-tangga candi untuk bergaya dalam foto, dan juga duduk-duduk ditangga-tangga candi serasa di cafĂ©…tanpa mempedulikan orang lain yang akan masuk kedalam candi-candi ini. Sungguh…memilukan, bukannya object-nya yang difoto, malah diri sendiri yang sibuk berfoto. Hal yang membuat kesabaran saya habis, adalah ketika kami diminta untuk menuggu dua orang yang akan berfoto diatas tangga Candi Angsa. Ditunggu-tunggu fotonya tidak selesai-selesai, akhirnya kami memilih berlalu saja. Kapan kami masuk candinya, kalau fotonya tidak segera selesai.

IMAG0634

Kembali lagi dengan cerita candi. Setelah sampai di Candi Garuda, disampingnya kami lihat ada Candi Apit. Candi Apit ini ada dua, satu disebelah utara, yang disamping Candi Garuda ini, yang satu lagi disebelah selatan didekat Candi Angsa tadi. Kalau diperhatikan, Candi Apit ini berhadap-hadapan antara yang satu dengan yang lainnya. Kalau dilihat dengan seksama posisinya, Candi Apit ini posisinya ada diantara Candi-candi kendaraan dewa, dan Candi tiga dewa (Trimurti), Vishnu, Shiva, dan Brahma.

IMAG0613

Melanjutkan kembali melihat maha karya yang mempesona ini, kami beralih ke Candi yang berada disebelah Candi Apit sebelah utara. Berjajar dari utara ke selatan, berturut-turut dan bergantian kami melihat Candi Vishnu, Candi Shiva, dan Candi Brahma. Ini artinya, Candi Vishnu berada diutara, sementara Candi Brahma ada diselatan. Dan Candi Shiva ada ditengah-tengah, yang merupakan Candi Utama. Dan kamipun melihatnya lebih dekat satu persatu. Kalau banyak orang bilang Candi Shiva inilah yang disebut-sebut sebagai Candi Roro Jonggrang, yang melegenda itu. Tentu kawan sekalian telah tahu dengan legenda seribu candi itu.

IMAG0618

Setelah berkunjung ke Situs Ratu Boko sebelumnya, dari sana kami tahu, bahwa Situs Ratu Boko adalah sebuah istana raja. Dimana rajanya adalah Ratu Boko (Raja Bangau), yang merupakan ayah dari Roro Jonggrang. Sementara Roro Jonggrang sendiri dikisahkan adalah seorang putri raja, raja yang membangun istana diperbukitan, Ratu Boko. Jelas bukan…bahwa ini merupakan sejarah yang memang saling terkait antara satu dengan yang lainnya.

IMAG0638

Hal yang terjadi selanjutnya, kami harus katakan, lagi-lagi kami tidak bisa memasuki tiga candi yang merupakan Trimurti ini. Kami harus puas dengan hanya mengambil gambar dari luar saja. Karena seperti yang telah saya jelaskan diatas. Hanya di Candi Brahma saja, suami bisa memaksa masuk kedalam bilik/ ruang candi ini, dan mengambil gambar arca dewa Brahma. Sementara arca-arca yang lain tidak bisa kami ambil gambarnya. Seperti dicandi utama, atau Candi Shiva, ada arca Roro Jonggrang yang berada diruang sebelah utara, arca Ganesha diruang barat, dan arca seorang resi (saya lupa namanya), yang berada diruang selatan. Begitupun dengan arca dewa Vishnu, yang ada didalam ruang Candi Vishnu.

IMAG0614

Setelah melihat semua candi yang ada di kompleks Candi Prambanan ini, kami mencoba berkeliling dipintu-pintu masuk yang lainnya, dan melihat candi-candi ini dari sisi yang berbeda. Setelah sampai disebuah pintu masuk, yang kalau ditarik garis lurus, ini segaris dengan pintu masuk utama area candi, tepatnya berada didepan Candi Shiva (bagian barat), saya dan suami bertanya-tanya, mungkinkah dijaman dahulu kala, pintu utama masuk kawasan sakral ini ada disebelah sini (tempat kami berdiri) ?? Karena melihat kebawah (melalui pintu sisi barat ini), tanahnya curam kebawah dan ada sebentuk tangga-tangga yang runtuh. Mengingat candi-candi diidentikkan dibangun ditempat yang tinggi, dengan tujuan semakin tinggi tempat beribadah, maka diharapkan semakin dekat dengan Sang Pencipta.

Akhirnya kami harus mengakhiri perjalanan. Sambil menjinjing sandal, sayapun harus melewati tanah berpasir dan berbatu-batu, untuk keluar kompleks candi Prambanan, melalui pintu utara. Karena sebagian kompleks candi tergenang air, jadi lebih baik tak usah memakai sandal. Payung sudah tak berguna lagi. Hujan yang sedari tadi mengguyur, kadang deras, kadang lembut, sudah tak terasa lagi. Bukankah hujan adalah sebuah berkah?? Maka tak ada yang perlu dikhawatirkan. Ini (Candi Prambanan) adalah rumahnya dewa, jadi air ini adalah air suci dari khayangan.

Setelah keluar dari area utama melalui pintu utara, kamipun masih melihat pesona Candi Prambanan. Dan tak lupa juga kami mengamati reruntuhan candi-candi kecil (Candi Perwara) yang ada disekitar Candi Prambanan. Melihat reruntuhan Candi Perwara ini, suami seketika bilang, bahwa candi-candi kecil ini (Candi Perwara), adalah sebentuk candi yang bentuknya bongkar pasang, ini dilihat dari bentuk-bentuk batuannya. Dan setelah mengamatinya, sayapun sependapat dengan suami. Kalau candi-candi kecil ini memang bongkar pasang, seperti permainan lego. Ya ini hanyalah sebuah sisi pandang dari kami, yang lebih tahu tentunya para arkeolog.

Puas melihat pesona Candi Prambanan dengan basah-basahan (kehujanan). Kami melanjutkan untuk keluar dari kompleks Candi, kearah penjual makanan tentunya. Karena perut sudah keroncongan, siang belum makan. Sebelum benar-benar keluar kompleks, saya sempatkan untuk memanggil rusa tutul, yang ada dibalik jeruji besi hijau. Di Candi Prambanan ada rusanya?? Benar sekali, banyak rusa tutul. Lebih banyak dari yang ada di Situs Ratu Boko. Kalau di Situs Ratu Boko, saya tak berhasil memanggil rusa untuk mendekat, kali ini saya berhasil memanggil rusa untuk mendekat kearah kami. Wah..senang sekali rasanya bisa mengelus kepala rusa tutul. Selain ada rusa tutul, disebelah pagar batas rusa tutul, ada kasuari juga. Entah ada berapa jumlah kasuarinya, waktu itu yang kami lihat hanya satu.

Setelah makan gado-gado dan soto, kamipun beranjak ketempat souvenir. Setelah itu dengan menumpang becak motor menuju shelter trans jogja, dengan ongkos Rp 15.000;, kamipun harus melangkahkan kaki meninggalkan maha karya yang tak ternilai, yang masih menyimpan pesona dalam guyuran air khayangan.

Catatan :

  • Semua gambar/ photo dalam tulisan/ artikel ini adalah dokumentasi pribadi/ milik pribadi, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti
  • Dilarang meng-copy paste tulisan/ artikel ini, tanpa menyertakan sumbernya, atau link tulisannya, blog/ nama dari penulisnya, Yaitu saya, Acik Mdy/ Acik Mardhiyanti

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...