Kebiasaan Makan Sehat Itu Dimulai Dari Keluarga

Tahu kah kawan sekalian bahwa kebiasaan makan sehat itu ternyata dimulai dari kebiasaan keluarga. Apa yang kita makan sehari-hari saat ini adalah cerminan bagaimana lifestyle kita ketika masih dalam lingkungan keluarga yaitu orangtua kita. Sadar atau tidak, peran orangtua sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian setiap anak. Termasuk salah satunya adalah kebiasaan makan sehat atau gaya hidup sehat. Lantas bagaimana keluarga bisa mempengaruhi kebiasaan makan sehat seorang anak ketika beranjak dewasa?

Suatu ketika saat kami makan disebuah restoran tidak sengaja penulis melihat seorang anak yang sedang makan dimeja sebelah kami sedang menyisihkan sayuran yang ada dipiringnya. Si anak ini hanya makan dagingnya saja dan sama sekali tidak makan sayuran yang ada dipiring itu. Sayuran yang disisihkan itu kalau tidak salah ada kecambah, brokoli, juga jagung. Sesaat kemudian penulis paham karena ternyata setelah melihat orangtuanya, prilaku orangtuanya pun sama yaitu tidak memakan sayuran yang ada dipiring hanya makan dagingnya saja. Apa yang penulis tangkap dari sekilas kejadian itu nampaknya si anak copy paste apa yang dilakukan oleh orangtuanya.  Jadi, benar kah kebiasaan makan sehat itu dimulai dari lingkungan keluarga?

Penulis ingat sekali ketika masih duduk dibangku Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas, bahwa setiap sarapan pagi sebelum berangkat sekolah penulis selalu makan telur kadang telur rebus kadang telur ceplok. Setiap pagi telur dan telur. Hanya saat libur sekolah biasanya makan sarapan dengan singkong goreng hasil kebun sendiri, atau ketela rebus/ goreng. Kemudian setelah pulang sekolah, menu setiap hari penulis adalah tempe goreng dan sayur sop-sop-an. Tentu kawan sekalian sudah tahu apa itu sayur sop-sop-an yaitu sayur soup yang terdiri dari kubis putih, potongan wortel dan kentang, buncis, dan seledri. Sementara malam hari biasanya penulis makan tempe lagi (bisa tempe ditepung, tempe goreng biasa, atau kering tempe), telur lagi (telur dadar atau ceplok), dan sayurnya beragam bisa daun singkong, pepaya muda, nangka muda, sayur asem, dll, atau makan nasi dengan tempe saja buat penulis sudah cukup untuk makan malam. Sesimple itulah menu penulis ketika itu. Sementara untuk buah, ambil dan makan apa yang ada dikebun, nanas berbuah ya makan nanas, ada pepaya matang dipohon ya makan pepaya, musim mangga ya makan mangga sampai kewalahan, jambu air berbuah ya makan jambu air, musim sirsat ya makan sirsat, pisang berbuah ya makan pisang, belimbing berbuah penulis ya makan belimbing, rambutan berbuah ya makan rambutan, nangka ada yang matang ya makan nangka, kadang-kadang suka makan lemon dan lime atau dibuat minuman lime. Semua buah-buahan itu ada dipekarangan dan kebun bapak penulis. Ketika masih menjadi seorang karier man sukses bapak penulis kadang-kadang suka membawa buah jeruk atau semangka tanpa biji saat pulang kantor. Jadi, sejak dini itulah penulis sudah terbiasa makan makanan tersebut yang ternyata menu itu adalah menu makan sehat. Mungkin banyak orang bilang itu menu makanan kampung, tapi justru menu makanan ala kampung itulah yang sehat meski simple atau sederhana. Yup! benar sekali, makan sehat itu ternyata murah meriah! Dan penulis bersyukur lahir dan besar didesa karena bisa makan segala macam buah tanpa harus membelinya alias tinggal ambil/ metik dipekarangan atau kebun. Buah-buahan yang ada dipekarangan dan kebun bapak penulis melimpah.

Bapak penulis-lah yang selalu perhatian dengan apa yang saya makan. Sejak kecil atau kanak-kanak setiap pagi dibiasakan untuk makan telur rebus bahkan setengah matang. Bapak penulis percaya bila setiap pagi anak-anak makan telur rebus apalagi setengah matang, anaknya akan jadi orang pintar.  Dan penulis pun tidak pernah diajari untuk makan makanan instant seperti mie instant contohnya. Meskipun bapak penulis setelah tahun 1995-an hanya menjadi buruh pabrik tapi saya tidak pernah sekalipun diajari untuk makan mie instant, kami tidak pernah punya mie instant dirumah. Setahu penulis, bapak saya itu tidak pernah terlihat makan mie instant. Dari pada makan mie instant lebih baik makan tempe goreng atau makan telur rebus. Ya, bapak penulis ternak ayam dan pastinya ayam kampung, kalau tidak ada uang untuk beli telur diwarung ya ambil telur dari ayam yang dipelihara tersebut. Boleh percaya, boleh tidak, sejak dibangku Sekolah Dasar penulis sudah tahu jenis-jenis makanan bergizi dan mengandung vitamin. Misal, tempe itu bagus dan bergizi dan merupakan pengganti protein hewani, buah-buahan berwarna kuning mengandung vitamin C, wortel vitamin A, bayam juga vitamin A dll... Penulis tahu itu semua karena selalu mendengarkan baik-baik pelajaran dikelas. Oleh karenanya penulis tidak pernah keberatan makan dengan menu yang sama setiap hari, pagi telur rebus, siang/ malam soup dan tempe. Ya, selain diajarkan untuk makan sehat oleh bapak penulis, ternyata saya belajar sendiri dari sekolah akan sumber-sumber makanan yang kaya akan vitamin. Lantas benar jadi pintar kah penulis karena makan telur rebus dan makan sayur dan tempe setiap hari? Hm, ya penulis selalu berprestasi disekolah bahkan sampai bangku universitas. Tapi tentu saja prestasi itu didapat tidak hanya makan telur dan sayur&tempe setiap hari, namun harus dibarengi dengan kerja keras untuk terus belajar. Yup, makan telur setiap hari untuk anak-anak itu bagus karena telur akan membantu anak-anak tumbuh sehat, kuat, dan pintar. Kenapa anak-anak yang makan telur setiap hari kok bisa jadi pintar? Karena telur support akan kesehatan otak mendorong fungsi penting otak untuk belajar dan daya ingat. Benefits lainnya, telur bisa membantu pertumbuhan anak dengan sehat yaitu menjaga berat badan. Dan tentu saja telur merupakan sumber vitamin A, D, E, B12, dan Choline (support otak untuk kemampuan belajar dan daya ingat). Sementara untuk sayuran sendiri jelas akan memberikan banyak benefits dalam masa pertumbuhan anak-anak hingga beranjak dewasa karena kandungan vitamin didalamnya. Tanpa disadari kebiasaan-kebiasaan makan-makanan sehat seperti diatas itu terbawa hingga penulis sudah berkeluarga. Kebiasaan makan sayur, buah, dan telur rebus itu menjadi kebiasaan dalam keluarga penulis. Pernah ada yang berkata pada penulis, "sudah tinggal di Singapura masih makan tempe/ tahu, masih masak sayur bayam/ kangkung..." Untuk penulis, mau masak daging-dagingan setiap hari sangat mampu dan sangat bisa untuk membeli daging sapi misalnya, tapi saya memilih hidup lebih sehat, makan telur setiap hari, kalau ada tempe ya beli tempe/ tahu, makan sayur dan buah harus setiap hari. Dan penulis lebih memilih beli ikan dari pada daging-dagingan terutama ikan laut.

Lantas bagaimana sebenarnya peran keluarga itu sebenarnya? Ini dalam kaca mata penulis berdasarkan pengalaman saya sendiri, bahwa orangtua berperan penting dalam mengenalkan sayuran, buah, serta sumber makanan bergizi lainnya pada anak-anaknya. Bagaimana cara mengenalkannya? Ya sejak kecil bahkan sejak masih balita (ketika sudah boleh makan padat) orangtua sudah harus memberikan makanan sayur dan buah pada anaknya. Anak-anak harus dibiasakan makan sayur dan buah sejak dini. Kalau anaknya tidak suka bagaimana? Ya orangtua harus cari cara bagaimana supaya anaknya mau makan sayur, misal: dibuatkan bakwan sayur, atau wortel diblender dijadikan sauce, brokoli bisa dibuat tempura dll.  Ketika sudah dikenalkan untuk makan sayur dan buah setiap hari, anak-anak ini tentu akan membawa kebiasaannya hingga ia dewasa dan sampai ketika sudah berkeluarga. Kadang-kadang atau banyak para orangtua tidak perhatian dengan hal ini karena menurut mereka ini bukanlah hal penting. Tapi percayalah, kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam keluarga dan apa yang dilakukan orangtuanya akan ditiru oleh si anak (sadar atau tidak sadar). Seperti paragraf ke-2 diatas, orangtua tidak mau makan sayur ya si anak ikutan tidak mau makan sayur juga. Maka tidak jarang ya bila kita melihat anak-anak sudah kelebihan berat badan karena kebanyakan makan gula, makan tidak sehat. Mungkin banyak orangtua akan malah merasa senang ya bila anaknya gemuk karena katanya lucu atau ada juga yang bangga anaknya gemuk karena mencerminkan orangtuanya kaya dan bisa memberi makan enak anaknya setiap hari alias daging terus... tapi kalau saya melihat hal ini, ini adalah sebuah masalah dalam keluarga tersebut, masalah kesehatan dikemudian hari.

Jadi, kebiasaan hidup sehat kita saat ini ternyata dipengaruhi akan kebiasaan hidup dari keluarga. Saya melihat ini tidak heran sih ya, karena apa-apa yang dilakukan oleh orangtua ya pastinya akan ditiru oleh anaknya. Maka berhati-hatilah ketika sudah menjadi orangtua dalam bersikap, berprilaku dan melangkah, karena salah-salah anak akan salah langkah karena meniru prilaku orangtuanya. Ada istilah pribahasa, "buah jatuh tidak jauh dari pohonnya." Maka bila kawan sekalian sudah menjadi orangtua, kenalkanlah hidup makan sehat pada anak-anak kalian sejak dini agar kelak si anak bisa tumbuh menjadi orang dewasa yang juga terbiasa makan sehat. Karena dengan terbiasa makan sehat, badan kita jugalah yang akan mendapat benefits-nya dikemudian hari. 

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti 
  • Do not copy this article without permissions


No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...