Pelihara Kucing dirumah, Sudah ber-KB kah Kucing Anda? (Update 2019)


Ichi and her ear tattoo - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sebenarnya saya/ penulis sudah pernah menuliskannya dalam sebuah artikel di sebuah blog kalau orang bilang blog keroyokan yaitu bernama Kompasiana. Ya, tadinya saya memang menulis di Kompasiana, karena beberapa pertimbangan akhirnya penulis memutuskan untuk menulis di blog sendiri dimana ada 3 blog yaitu, blog tentang perjalanan saya/ penulis (journey), blog yang isinya masakan/ resep yang penulis masak dirumah - my kitchen recipe, terakhir adalah blog garden tentang tanaman/ bunga-bunga yang pernah/ memang penulis tanam- garden blog. Semua sudah saya/ penulis kelompokkan sesuai isinya.


Ichi and her ear-tipping - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Kembali ketopik artikel, kali ini saya/penulis ingin menuliskan (meng-update) tulisan yang sudah pernah saya publish. Maklum ya sudah lama sekali saya menuliskan artikel tentang kucing yaitu dimana kita wajib me-neuter alias memandulkan si kucing bila kita ingin memelihara kucing sebagai pet. Artikel sebelumnya saya tulis di bulan Oktober 2013 bisa dibaca disini link-nya https://www.kompasiana.com/acikmdy/552abebef17e61aa39d62413/sudah-berkb-kah-kucing-anda  Bisa dibaca ya artikel yang sudah saya tulis, dan bisa dilihat bagaimana reaksi dan tanggapan-tanggapan orang disana. Reaksi saya/ penulis melihat komentar-komentar orang disana hanya tersenyum. Saya memang sudah beberapa tahun tidak pernah menengok akun penulis di Kompasiana, hari ini saya buka artikel tentang inipun karena saya hendak meng-update. Minggu lalu juga saya sudah sempat meng-update artikel lama saya/ penulis di Kompasiana tentang biaya hidup di Singapura. Sekarang giliran topik ini, sebagai pet parent kita wajib me-neuter (memandulkan/ mengkebiri) kucing peliharaan kita.


Ichi dan tempat hangout nya - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Pertama, saya ingin menanggapi tentang komentar-komentar dari komentator diartikel terkait di Kompasiana (link diatas). Katanya saya ini menghapus komentar-komentar, lah padahal saya ini sudah sekitar 5 tahunan tidak pernah aktif menulis di Kompasiana, jangankan menulis disana ya bahkan menengok apalagi membaca komentar-komentar di artikel saya di Kompasiana saja TIDAK.  Bila anda merasa memberi tanggapan/komentar pada artikel saya/penulis di Kompasiana tentang topik "Sudah Ber-KB kah Kucing Anda?" dan komentar anda dihapus siapa yang menghapus? Tanya saja pada admin Kompasiana, pastinya komentar tidak baik/ kurang berkenan/ tidak sopan dan lain-lain  akan dihapus oleh admin. Kompasiana itu ada admin-nya lhoo, jangan dipikir Kompasiana itu abal-abal, itu ada management-nya. Jangankan komentar ya, bila kita memasang photo diartikel yang kita tulis di Kompasiana bila photo tersebut tidak akurat kebenarannya, admin akan menghapus photo-photo tersebut. Maka berhati-hatilah dalam menggunakan media publik, dan belajarlah bersopan santun dalam ranah media publik. Itu saran penulis.


Ichi setelah mandi (mandi seminggu sekali) - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Ke-2, masih dalam kolom komentar diartikel saya di Kompasiana tentang topik terkait, kata komentator saya menulis artikel terkait tanpa riset, tanpa pengetahuan, memberikan informasi sesat, salah dan bla bla... Hi there... bila anda atau kawan sekalian diluar sana memang memiliki pengetahuan atau bahkan ahli dibidang ini (veterinary) khususnya dalam hal bagaimana kucing di neuter (dimandulkan/ dikebiri),  prosesnya bagaimana, ya silahkan tuliskan artikelnya dan di publish di Kompasiana (berhubung saya/ penulis menuliskan artikel terkait di Kompasiana), kalau bisa tidak hanya di publish di Kompasiana tapi juga di luar negeri. Kalau ngomongin masalah riset-risetan sih saat ini saya belum menjadi seorang researcher, nanti tunggu beberapa tahun kedepan setelah PhD sudah saya dapat baru saya bisa menjadi seorang researcher yang kerjanya riset, itu pun riset dibidang saya bukan veterinary...


Ichi's shampoo and earwipes - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Perlu untuk diketahui bahwa saya menulis artikel di Kompasiana adalah sebagai sarana saya untuk belajar, berbagi pengalaman bagaimana kehidupan di Singapura berhubung saya tinggal diSingapura. Bukan merasa sombong, tapi lihatlah bagaimana artikel saya lainnya di Kompasiana,  banyak diganjar HL alias Headline, juga Highlight oleh admin Kompasiana.  Apa yang saya tulis adalah berdasarkan pengalaman, apa yang saya lihat, dengar, baca, termasuk hasil pembicaraan/ diskusi dengan warga lokal (Singaporeans).


Ichi's food, setelah skin test Ichi ganti makanan hypoallergenic - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Waktu saya menuliskan artikel "Sudah ber-KB Kah Kucing Anda?" di Kompasiana itu tahun 2013. Kami baru satu tahun lebih di Singapura. Setelah 6 atau 8 bulan di Singapura saya baru mulai memperhatikan kucing-kucing liar/ buangan di blok tempat tinggal kami. Sebelum pindah ke Singapura 2,5 tahunan tinggal di Setiabudi-Jakarta Selatan, disana saya tidak ada/  tidak pernah melihat dimana orang-orang peduli dengan kucing liar (kalau orang bilang kucing kampung). Bahkan banyak saya lihat kucing-kucing liar terluka yang nyata-nyata bekas sayatan benda tajam dibadannya, ada yang terluka kakinya dan ekornya, bahkan masih bercucuran darah. Pelakunya siapa? Manusia. Tahun 2009 - 2011 di Jakarta masih jarang klinik hewan/ Veterinary, apalagi kota-kota lebih kecil lainnya jarang sekali vet. Setelah tinggal di Singapura saya salut dan respect dengan warga lokal dimana mereka tidak hanya memberi makan kucing-kucing liar/ kucing buangan, tetapi mereka (warga lokal) turut serta menjaga kesehatan kucing-kucing liar ini, misal sakit dibawa ke vet, juga di-neuter. Tahun 2013 itulah awal mula saya mulai berinteraksi dengan kucing-kucing liar/ buangan dimana saya memberi makan kucing-kucing liar/ buangan di blok tempat tinggal kami dan saya pun dipanggil "cat lady" oleh warga. Makanan yang saya beri pada kucing-kucing liar pun makanan khusus untuk kucing bukan makanan sembarang yaitu Whiskas. Sementara proses neuter itu sendiri saya baru kenal itupun karena saat itu kami (saya dan suami) beserta tetangga kami (warga lokal) berbicara/ diskusi ringan tentang kucing-kucing liar/ buangan. Kata tetangga kami bahwa kucing-kucing liar/ buangan itu dipotong sedikit kupingnya alias ear-tipping karena dikebiri oleh pemerintah melalui badan bernama AVA - Agri-Food & Veterinary Authority of Singapore. Tahun 2013 pengetahuan saya tentang hal "berbau" kucing baru sampai disitu. Tahun 2013 itu saya tidak tahu bagaimana proses dibelakang pengebirian itu, prosedur operasinya bagaimana pun saya tidak tahu. Karena tahun itu saya baru mulai belajar.


Ichi dan kebutuhannya (ada Royal Canin, treats, dan vitamin) - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Ada lagi komentar yang salah kaprah juga dimana artikel saya di Kompasiana kata "KB" untuk si kucing diartikan KB seperti manusia. Lah kalau ini sih yang salah mengartikan adalah pembaca alias komentator itu sendiri. Saya/ penulis buat artikel judunya "Sudah ber-KB kah Kucing Anda" terus diartikan oleh seorang pembaca ini kalau "KB" si kucing yang saya maksud adalah KB ala manusia, WHATT? Saya cuma geleng-geleng kepala... Katanya artikel saya itu dihapus saja, well Kompasiana itu ada admin-nya, artikel dihapus atau tidak ya terserah admin-nya, layak tayang atau tidak sebuah artikel ya bagaimana admin menilai sebuah artikel. Kalau orang bisa menangkap apa yang hendak saya sampaikan melalui tulisan berjudul "Sudah Ber-KB Kah Kucing Anda?" Intinya saya mengajak orang-orang diluar sana yang pelihara kucing sebagai pet untuk me-neuter kucingnya. Karena ini adalah salah satu kewajiban sebagai seorang pet parent. Dan tentu saja neuter-nya ya harus ke vet, dikonsultasikan denga vet terpecaya tentang kapan waktu yang tepat untuk neuter, bagaimana penanganannya setelah neuter dan lain sebagainya. Semuanya harus konsultasi dulu dengan vet!


Ichi - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy



Ichi - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Tinggalkan semua kasak-kusuk diatas, sekarang kembali ke topik tentang pelihara kucing dirumah. Ya, sebenarnya tidak hanya untuk kucing saja, bila punya anjing pun sama dimana kita memiliki kewajiban untuk memandulkan (neuter) hewan peliharaan kita. Ini penting bagi kawan sekalian yang merupakan orang yang baru saja adopsi kucing. Mengadopsi kucing artinya kita harus siap bertanggung jawab penuh terhadap kesehatan, perawatan, serta segala sesuatu yang dibutuhkan si kucing. Kata gampangnya, mau pelihara kucing ya kita harus siap dengan segala konsekuensinya. Kalau tidak/ belum siap dengan segala konsekuensi ini, maka jangan memelihara kucing.


Tas khusus untuk membawa Ichi dari Trustie - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sudah sekitar 5 tahunan kami mengadopsi seekor kucing liar (mungkin kucing buangan?) yang kami beri nama Ichi, dalam bahasa Jepang artinya satu. Kami adopsi Ichi ini tanpa disengaja dan direncanakan. Waktu itu kebetulan kami hendak pindah flat (apartment lain) dan 2 hari sebelumnya ada yang menyiram semen kebadannya dan memukul kaki belakangnya. Karena Ichi tidak ada yang punya alias liar diblok kami, maka saya dan suami membawanya ke Vet sesegera mungkin. Karena kami kasian kalau terpaksa harus kami tinggal (karena ichi dalam proses penyembuhan) maka kami bawa sekaligus saat pindahan ke flat baru. Itulah yang disebut fate, kalau kata tetangga kami bilang memang kami dan Ichi ditakdirkan bersama. Dan siapa yang menyangka karena ada Ichi jadi inspirasi saya/penulis untuk memulai bisnis dimana hasil design/ produk yang saya buat pembelinya dari USA dan negara-negara Eropa. Tidak hanya itu saja, nama Ichi juga kami pakai untuk brand produk penulis sekaligus melebar keaktifitas sosial. Diakhir artikel akan saya beri link toko Etsy kami dan aktiftas sosial yang kami lakukan. Semua terinspirasi dan berawal dari seekor kucing yang kami adopsi, Ichi. Berkahnya mengadopsi kucing...


Ichi and her favorite spot - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Setelah mengadopsi Ichi, kami perlu memastikan kalau ia sudah di neuter (dimandulkan) apa belum, waktu itu umurnya kira-kira 1 tahun sampai 1,5 tahun. Kalau belum kami akan membawanya ke clinic untuk neuter. Kenapa kami fokus dengan masalah ini? Karena di Singapura itu beda dengan di Indonesia. Di Singapura semua serba teratur dan ada aturannya, salah satunya tentang hewan peliharaan dalam hal ini adalah kucing. Kalau kita mengadopsi kucing menjadi pet dirumah, si kucing harus di neuter, entah itu betina atau kucing jantan keduanya harus dimandulkan. Kenapa sih neuter ini penting dan harus dilakukan? Kucing itu perkembangbiakkannya cepat, kalau melihat kucing-kucing di Indonesia umur satu tahun pada beranak pinak si kucing ya, sekali beranak bisa 4 bahkan lebih. Bayangkan bagaimana populasi kucing ini bila tidak dikendalikan dengan neuter tadi? Dan di Singapura hal seperti ini menjadi perhatian bersama, jadi tidak hanya badan milik pemerintah saja yang menangani (AVA - Agri-Food & Veterinary Authority of Singapore), tapi juga community (cat community), organisasi tertentu, bahkan orang pribadi. Ini perlu untuk diketahui di Singapura ada orang-orang (warga lokal) yang perhatian dengan kucing liar/ buangan. Mereka tidak hanya memberi makan kucing-kucing liar/ kucing buangan tetapi juga turut memperhatikan kesehatan si kucing, misal bila kucing liar yang biasa diberi makan kondisinya sakit maka kucing ini dibawa ke hospital. Jangan salah arti ya, saya bilang hospital nanti diartikan hospital manusia, seperti komentar tentang "KB" kucing kok diartikan kucing diberi KB ala manusia...! Tidak tanggung-tanggung orang-orang seperti mereka ini bahkan menanggung perawatan hospital kucing sampai diangka $10,000  Wow! Termasuk perihal neuter ini, mereka akan menanggung biaya neuter untuk kucing liar/ kucing buangan.


Ichi's Litter (pasirnya Ichi untuk pup and pipis) dari Kit Cat - photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Puji syukur Ichi sudah di neuter, siapa kah yang me-neuter Ichi? Kata dokternya, Ichi memang sudah di neuter sebelum kami adopsi. Yang me-neuter Ichi bisa dari badan pemerintah tadi - AVA, atau organisasi tertentu. Bagaimana dokter-nya tahu? Ditelinga Ichi memiliki dua tanda, satu telinga kanan ada tattoo-nya berupa seperti huruf D, telinga kiri ujung telinganya dipotong sedikit. Masih kata dokter, huruf D bisa bertanda organisasi yang me-neuter Ichi. Tapi bila membaca artikel-artikel tattoo ditelinga kucing bisa juga sebagai tanda dari mana asal di Kucing. Untuk telinga kiri yang dipotong sedikit biasa disebut cat ear tipping. Dan ini nih yang menjadi kasak-kusuk dikolom komentar artikel saya/ penulis di Kompasiana (link diatas). Seperti yang sudah saya utarakan diatas, katanya artikel saya ini sesat, salah, hadir tanpa riset dan pengetahuan bla..bla... Lah kalau memang merasa pinter, tahu, dan ahli dibidang ini (neuter kucing) ya silahkan menulis artikel sendiri tentang bagaimana sebenarnya neuter kucing ini, publish di Kompasiana serta publish diluar negeri sekalian, gitu ya...


Ichi's clinic bill last month, $226 - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Kembali ketopik ear-tipping cat, apa sih ini sebenarnya? Ear-tipping ini adalah masuk dalam bagian proses surgically (kata gampangnya operasi gitu ya) saat spay atau neuter. Tentu saja dibawah anastesi. Kok ada spay, apa itu spay? Spaying dan neutering itu mengarah dalam arti yang sama yaitu dimandulkan/ disterilkan, cuma kalau neutering itu maksudnya untuk kucing jantan dimana dihilangkan testisnya, sementara spaying adalah untuk kucing betina dimana dihilangkan alat reproduksinya. Cuma beda istilah saja, tetapi dua-duanya (spay dan neuter) itu maksudnya dimandulkan/ disterilkan. Baik spaying dan neutering keduanya bisa disebut neuter saja. Bagaimana proses neuter ini? Kalau saya sih misal adopsi kucing dan belum disterilkan ya saya bawa saja ke klinik biar vet yang menangani. Prosesnya bagaimana saya serahkan pada vet yang menangani (tentu saja vet terpercaya). Nah, untuk ear-tipping ini pada umumnya dilakukan sebagai bagian dari program TNR. Apa itu TNR? TNR kepanjangan dari trap-neuter-return. Maksudnya apa sih? Maksud program ini adalah dimana kucing-kucing liar ditangkap, divaksin, di neuter/ spay, diperiksa bila sakit/ injure diobati terlebih dahulu, kemudian dilepaskan kembali kelingkungannya semula. Dan program ini diperbolehkan untuk ear-tipping dengan tujuan agar si kucing tidak masuk program TNR dua kali.  Ya, TNR program ini adalah cara bagaimana mengurangi/ menekan populasi kucing-kucing diluar/ liar/ tidak memiliki owner. Wah, kasian ya sudah di neuter/ spay ditambah masih harus dipotong sedikit telinganya. Seperti yang sudah saya bilang diatas, ear-tipping masuk dalam bagian surgery neuter tadi dan dibawah anastesi. Dan sembuhnya juga cepat hanya sedikit sekali darah yang keluar serta kalau sudah sembuh tidak mengurangi kecantikan si kucing. Bagaimana dengan para vet di Indonesia dan warga sekitarnya punya program/ komuniti seperti ini tidak? Dimana membantu kucing-kucing liar disekitar. Kalau kata teman Indonesia saya ,"di Indonesia kucing liar/ kucing lokal/ kucing kampung mah boro-boro diadopsi ada yang kasih makan aja dah syukur...".


Ichi's vaccination record (tiga tahun sekali) - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Apa saja keuntungan yang bisa didapat bila kucing kita di neuter/ neutering (dimandulkan/ disterilkan) ini? Satu hal pasti yang bisa kita lihat adalah kita membantu mengurangi tingkat populasi kucing. Ya, sudah pada tahu kan ya kalau kucing itu cepat sekali berkembangbiak. Di Singapura sendiri warga diedukasi untuk mengadopsi baik di shelter atau take in (mengambil kucing liar/ buangan diblok sekitar), maka ada istilah "don't buy but adopt". Bisa kita lihat kebanyakan orang suka memelihara kucing jenis-jenis dari luar negeri (kalau di Indonesia), di Singapura banyak orang yang suka mengadopsi kucing lokal (kucing biasa/ kucing kampung) dari shelter-shelter maupun membawa kucing liar dari blok resident untuk dijadikan pet dirumah. Contohnya kami ini, kami adopsi kucing lokal. Dan banyak orang seperti kami ini di Singapura, namanya sayang binatang kami tidak melihat jenis kucingnya, misal mau pelihara kucing/ pet harus kucing british long hair, persian...TIDAK! Kami bukan tipe manusia seperti itu. Dan kalau sudah mengadopsi kucing ya harus dipikirkan kemampuan kita, kalau hanya mampu satu kucing saja ya tidak mengapa, yang penting kucingnya benar-benar dirawat.


Wheat grass, salah satu snack kesukaan Ichi - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Keuntungan lainnya bila kucing peliharaan disterilkan adalah si kucing menjadi lebih sehat dan panjang umur. Boleh percaya, boleh tidak, hari sabtu minggu lalu kami bertemu dengan seseorang sebut saja Aunty Lee, katanya salah satu kucing dirumahnya umurnya sampai 23 tahun. Ya, Aunty Lee ini adalah salah satu dari sekian banyak warga lokal Singapura yang peduli dengan kucing dimana ia tidak hanya memberi makan kucing-kucing liar diblok resident kami, tapi juga mengobati dan membawa kucing-kucing liar ini ke kinik bila memang sakit si kucing nya. Tak tanggung-tanggung sampai mengeluarkan biaya $10,000 pun Aunty Lee akan membayarnya. "this is human problem not cats problem", kata Aunty Lee. Kenapa bisa disebut masalahnya ada dimanusianya? Karena orang-orang yang pelihara kucing itu...mereka tidak me-neuter kucingnya. Alhasil kucingnya beranak, terus tidak mampu menanggung segala konsekuensinya (misal mahal perawatan dan makanannya atau kucingnya sakit), terus kucingnya dibuang kejalanan. Maka tidak heran ya, di Singapura yang namanya kucing liar/ tidak ada yang punya tetapi jenisnya long hair, munchkin, bengal, siamese, ragdoll, dan jenis kucing cross breed buangan bisa dilihat di shelter seperti SPCA (Society for The Prevention of Cruelty To Animal) Singapore.



Ichi - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Kenapa kucing disterilkan kok bisa lebih sehat dan panjang umur? Ya karena dengan me-neuter kucing/ pet kita, si kucing akan terhindar dari beragam macam penyakit, misal cancer (cervical cancer, ovarian cancer), dan mammary cancer. Dimana mammary cancer ini bisa dicegah dengan me-neuter kucing betina sebelum umur 6 bulan. Dan memang iya ada baiknya umur 6 bulan si kucing sudah harus di sterilkan/ dimandulkan. Kalau di Singapura ini sangat disarankan. Saya punya cerita dari kawan saya di Jepang (kawan saya ini orang Jepang). Baru-baru ini kucing saudara perempuannya meninggal karena AIDS (AIDS nya kucing lhooo ya...) atau disebut FIV (Feline Immunodeficiency Virus). Penulis tanya kenapa bisa terkena FIV kucingnya, karena bertengkar kah dengan kucing liar diluar dan pernah keluar rumah? Ini jawaban kawan penulis, kucingnya terkena FIV sejak dalam kandungan induknya. Ya, induknya kucing liar/ tidak ada yang punya dan punya FIV.  Jadi sudah bawaan terkena FIV, dan meninggal diumur 3 tahun setelah sering keluar masuk hospital. Oleh karenanya itulah pentingnya neuter, baik tidak hanya kucing peliharaan/pet tapi untuk kucing liar/ buangan supaya tidak beranak dan anaknya terkena FIV juga.


Ichi and her scratcher - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Selain hal-hal baik/ keuntungan diatas yang bisa didapat si kucing bila di neuter, ada hal baik lainnya yaitu dimana si kucing menjadi calm, menjadi kucing tenang dan merasa aman dirumah serta nyaman berada disebelah kita.  Karena kalau sudah di neuter/ neutering kucing yang kita pelihara ini menjadi benar-benar menjadi kucing rumahan yang tidak suka roaming atau berkelana kemana-mana.  Selain itu bisa mengurangi tingkat agresif si kucing apalagi bila kucing kita dalam tingkat "heat". Baik kucing jantan maupun betina bila keduanya dalam kondisi "heat" akan memiliki masalah yang sama dimana keduanya akan mengeluarkan cairan tubuh untuk attract kucing lain (jantan/ betina). Dan didalam rumah kita bisa jadi kotor dimana-mana karena si kucing mengeluarkan/ menyemprotkan cairan tubuh ini. Nah bila sudah di neuter maka bisa mengurangi keinginan/ dorongan si kucing untuk spray  (menyemprotkan cairan terebut). Kalaupun iya si kucing mengeluarkan scent / menyemprotkan aromanya itu pun scent (baunya) ringan bila sudah di neuter. Penulis pun punya cerita dimana kenalan penulis waktu itu mengadopsi kucing liar (kucing lokal), sebelum di neuter ada kondisi tertentu dimana si kucing aktif berlebihan bahkan pernah keluar loncat dari lantai 2 tempat tinggalnya. Setelah di neuter kucingnya jadi calm. 


Ichi's vitamin - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sebenarnya memutuskan memiliki  pet, dalam hal ini kucing, kita memiliki banyak konsekuensi yang menjadi tanggungjawab kita sebagai pet parent. Tidak hanya hal neuter (dimandulkan/ disterilkan) saja, namun kita juga bertanggung jawab penuh akan perawatan termasuk makan dan kebutuhan si kucing, juga bertanggung jawab akan kesehatan si kucing. Hal yang tak kalah penting, kalau sudah memutuskan pelihara kucing, jangan biarkan kucing kita berkelana kemana-mana alias roaming keluar rumah. Karena bisa beresiko terkena FIV bila tidak sengaja tengkar dengan kucing lain dan cakar-cakaran, bisa terkena virus atau bakteri diluar juga. Maka sebaiknya kucing kita adalah benar-benar indoor didalam rumah supaya terjaga kebersihannya. Vaksin juga adalah hal penting bila kita menjadikan kucing sebagai pet dirumah. Jangan lupa untuk divaksin rutin. Kalau di Singapura vaksin pertama untuk satu tahun, setelah itu vaksin kedua dan selanjutnya tiap 3 tahun sekali. Tak kalah penting sayangi kucing kita dan berikan kehidupan yang layak. Oh kucing juga butuh hidup layak ya? IYA! Kucing/ pet harus merasa aman, nyaman, dan happy dirumah.


Ichi's treats - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Mau pelihara kucing dirumah? Hal pertama adalah neuter (memandulkan/ mensterilkan), meng-vaksin, bertanggungjawab akan kesehatannya (sakit dibawa ke klinik), diperhatikan makanannya (jangan asal diberi makan yang penting kenyang kucingnya), pasang microchip, dan lain-lain. Karena memiliki kucing sebagai pet bukan hanya diberi makan saja, tetapi ada kewajiban lain yang harus kita penuhi.  Makanan yang diberikan pun bukan sembarang makanan yang penting kenyang kucingnya. Tetapi makanan yang diberikan untuk kucing kita pun harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan si kucing.  Seperti Ichi kucing kami misalnya, karena punya kulit sensitive maka Ichi butuh makanan yang bagus untuk kulitnya contohnya makanan yang mengandung salmon atau omega 3. Dan di support dengan daily multi vitamin untuk kesehatannya. Ya, puji syukur kucing kami, Ichi, kondisinya sangat sehat hanya punya kulit sensitive saja. Kalau ada orang bilang Ichi overweight/ gemuk maka itu tidaklah benar karena Ichi ini memang kucing lokal alias kucing kampung kalau orang Indonesia bilang, tapi bulu-bulunya luar biasa cantik panjangnya 2,5 cm sampai 3 cm dan bila terkena sinar matahari itu bulu-bulu Ichi terlihat shinning. Saya lebih suka menyebut Ichi "fluffy or fluffball". Kenapa bisa begitu? Ya karena makanan yang dimakan bagus dan Ichi adalah happy cat. Ya, benar memang seperti mengasuh seorang anak, dimana kucing pun dijaga makanannya, dimandikan, dibersihkan kaki-kakinya setelah pup dan pipis, membersihkan tempat litter-nya, beli pasir untuk pup dan pipisnya (litter), diberi vitamin tiap hari, diberi treats, dibelikan boneka, dan lain-lain.... Kok butuh beli boneka segala? Lah iya seperti Ichi kucing kami ia suka main boneka dilempar-lempar, dibawa kesana kemari sampai berserakan di living room. Tidak hanya itu, bahkan handuk untuk alas Ichi pun sama banyaknya dengan handuk kami dimana harus sering dicuci, paling tidak seminggu sekali.


Ichi and her favorite spot - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Sudah siap dengan segala konsekuensi serta tanggungjawab yang harus dipenuhi untuk memelihara kucing sebagai pet? Bila belum siap/ tidak sanggup dengan konsekuensi itu, maka jangan punya kucing/ pet. Tapi bisa memulai dengan menjadi volunteer misalnya membangun cat community, dengan memperhatikan kucing liar sekitar kita, misal memberi makannya dulu. Karena kucing dipelihara dirumah untuk kami pribadi bukan hanya sekedar lucu-lucuan atau hobi, tapi kucing yang kami pelihara ini bukan lagi pet, melainkan sudah menjadi bagian dari anggota keluarga kami.



Ichi, my fluffball - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Ichikraft Etsy shop link here https://www.etsy.com/shop/ichikraft

Ichikraft Give and Care link here https://ichikraft-give-care.blogspot.com/


Ichikraft video channel! Video creator, content creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy



Ichi-chan - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti /Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video creator, content creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video editor: RDZ
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse these photographed anywhere else without permissions


No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...