COVID-19: Lebaran Ditengah Pandemi Di Singapura

Sudah seminggu lebih lamanya lebaran atau disebut Hari Raya oleh orang Singapura baru saja dirayakan. Tapi Hari Raya kali ini di Singapura berbeda tidak seperti Hari Raya sebelum-sebelumnya. Berbeda karena tahun ini dirayakan ditengah pandemi. Yup, Coronavirus sudah menjadi pendemi statusnya. Dan karena hal ini banyak mengubah kehidupan banyak orang. Lantas bagaimana perayaan Hari Raya di Singapura ditengah-tengah pandemi? Simak paragraf selanjutnya!

Sejak adanya kasus pertama dikonfirmasi di Singapura yaitu tanggal 23 Januari 2020 lalu, kita yang berdomisili di Singapura sudah bisa tahu dan membayangkan kedepan bahwa perayaan Hari Raya atau Lebaran akan berbeda karena terimbas outbreak Coronavirus. Tapi jujur saja, penulis sendiri tidak menyangka bahwa Coronavirus ini bakal menjadi pandemi. Waktu itu saya hanya berpikir coronavirus tidak akan menyebrang sampai ke benua Eropa dan Amerika. Yup, saya berpikir hanya di Asia. Tapi ternyata saya salah, 12 Maret 2020 WHO (World Health Organization) mendeklarasikan coronavirus berstatus pandemi. Tentu saja karena status pandemi ini dengan bertambah banyaknya kasus di Singapura, berimbas pada perayaan Hari Raya.

Bagaimana besarnya imbas dari pandemi coronavirus dalam perayaan Lebaran atau Hari Raya di Singapura? Tidak ada bazaar Lebaran! Di Singapura bazar Lebaran yang ada di Geylang Serai itu adalah simbol besar perayaan Lebaran di Singapura. Ribuan orang tiap hari tumpah ruah memadati bazar Lebaran di Geylang Serai selama 1 bulan lamanya. Bahkan sampai hari terakhir bazaar yaitu sehari sebelum Lebaran masih banyak orang berdatangan. Tidak hanya turis saja yang datang kesini, tapi warga Singapura baik muslim, non-muslim, tua-muda, kanak-kanak, semua berdatangan ke bazaar Lebaran Geylang Serai ini. Pada ngapain ribuan orang setiap hari tumpah ruah di bazaar ini? Ada yang mencari kebutuhan Hari Raya (beli kue-kue, hiasan-hiasan Hari Raya, baju-baju, karpet, dll), serta menikmati kuliner-kuliner/ makanan-makanan yang hanya ada di bazaar Lebaran. Kuliner-nya ini yang dicari dan ditunggu oleh banyak orang setiap tahunnya. Bazaar Lebaran Geylang Serai ini mempunyai magnet tersendiri. Dan tahun 2020 ini bazaar di Geylang Serai ini dibatalkan! Sepi, iya sepi tidak ada aktifitas diluar rumah, karena di Singapura dalam masa circuit breaker atau partial lockdown. 

Selain bazaar Geylang Serai dibatalkan, sejak diberlakukannya circuit breaker diminggu awal April 2020 lalu, semua tempat ibadah ditutup termasuk masjid-masjid. Bahkan sebelum diberlakukan circuit breaker gereja-gereja sudah ditutup karena ada kasus lokal digereja. Di temple-pun sama sudah sepi aktifitas, orang kalau mau mengirim doa/ merayakan perayaan tertentu, mereka minta tolong pengurus temple untuk membuatkan offering-nya. Jadi, di temple juga sepi. Nah, karena masjid tutup bisa dibayangkan biasanya orang-orang muslim di Singapura sholat tarawih di masjid, mungkin ada acara dimasjid selama Ramadhan/ puasa, tidak ada aktifitas itu semua. Dan sholat Ied di masjid jelas tidak ada. Kegiatan tarawih dan sholat Ied dilakukan dirumah masing-masing. Penulis salut dengan warga muslim di Singapura, mereka bisa memahami keadaan bahwa kita sedang mengalami krisis karena coronavirus. Dan mereka sangat memahami kenapa masjid harus ditutup. Jadi, di Singapura tidak ada protes-protes serta aktifitas negatif memprotes pemerintah, karena kita semua sadar dan paham betul akan bahaya-nya coronavirus. Kalau saya boleh bilang karena di Singapura orang-orangnya berpendidikan semua termasuk warga muslim-nya berpendidikan. Jadi warga paham betul apa yang terjadi. Yup, Semua umat beragama di Singapura beribadah dirumah masing-masing. 

Kegiatan gathering atau makan-makan atau kumpul-kumpul untuk buka puasa bersama pun tidak ada di Singapura, sekalipun dengan keluarga sendiri tidak ada. Kalau mau buka puasa bersama dengan anggota keluarga yang lain atau bahkan orangtua sendiri, warga muslim di Singapura melakukannya dengan video call, berbuka puasa bersama tapi dirumah masing-masing. Bahkan yang punya orangtua tinggal hanya diblok seberang saja tidak ada acara kunjung-mengunjungi apalagi gathering atau kumpul-kumpul untuk buka puasa bersama dan kunjungan Hari Raya. Saat Hari Raya atau Lebaran, semua warga muslim Singapura ber Hari Raya dirumah masing-masing. Saya salut!👍👍

Untuk kami, biasanya kami berbagi kue-kue atau jajanan dengan tetangga jelang Hari Raya atau Lebaran, saling berbagi atau bertukar jajanan jelang Hari Raya. Yup, meskipun kami semua berbeda-beda tapi kita saling rukun dengan tetangga. Maka jangan heran bila kami mempunyai 3 perayaan dalam setahun, Christmas, Chinese New Year, Hari Raya. Setiap perayaan itu kami saling berbagi dengan tetangga. Biasanya saling mengunjungi dengan membawa kue/ jajanan dan ngobrol sebentar hanya sekedar menanyakan kabar (karena hari biasa semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing). Sedihnya, Hari Raya tahun 2020 ini kami tidak bisa melakukan tradisi itu karena kita paham betul apa itu namanya social distancing dan social responsible. Kalau orang paham apa itu maksudnya untuk jaga jarak dan harus punya tanggungjawab sosial (kesehatan publik), kita pasti tidak akan melakukan gathering, sholat Ied, juga kunjung-mengujungi saat Lebaran atau Hari Raya. Kita sebagai warga harus ikut serta memerangi coronavirus, memotong rantai penyebaran.

Tapi, ada tapinya, meskipun penulis tidak membagi-bagi kue/ jajanan pada tetangga, tetapi...malah ada yang mengirimi kami paket (delivery) yaitu satu basket es krim, ada yang mengirim kue muffin, serta ada yang memberi kue kering, dan kue pie buah-buahan! 2 hari sebelum ada yang delivery es krim memang penulis ingin es krim, belum sempat beli tidak disangka 2 hari kemudian ada yang mengirim es krim, dan es krim-nya itu es krim buah-buahan (saya suka es krim buah-buahan), banyak pula! Ingin pisang ada yang memberi pisang bareng dengan delivery es krim itu. Kemudian ingin kue buah ada yang memberi pie buah-buahan dengan isi lychee, dan buah lychee ini memang waktu itu ingin beli tapi tidak ingin makan banyak-banyak, dan ternyata ada yang memberi dengan jumlah yang pas. Sementara kue, waktu itu saya ingin kue kering tapi berbeda dan tidak ingin beli banyak, malah ada yang memberi kue yang sangat berbeda yaitu kue kering pandan. Untuk kue muffin sendiri, kue muffin suami penulis memang suka apalagi cokelat, suka sekali suami saya dengan cokelat. YUP! Semua yang saya inginkan datang sendiri kerumah tanpa kami harus membelinya dan datangnya itu langsung. Kalau suami penulis bilang, "Yang Diatas tahu dan sayang kamu, kita membantu orang lain, kita diberi berkah".  Maka tetaplah berpikir positif dalam masa krisis seperti sekarang, dan jangan banyak mengeluh. Karena kami dirumah mendapat berkah Hari Raya ditengah pandemi.

Itulah sedikit gambaran tentang bagaimana Hari Raya atau Lebaran di Singapura ditengah masa pandemi atau krisis coronavirus. Sepi, iya memang sepi karena tidak ada aktifitas diluar rumah dimasa circuit breaker/ partial lockdown. Bahkan hari ini 2 Juni ketika circuit breaker sudah berakhir (1 Juni), warga-pun tetap diminta untuk tetap dirumah atau stay at home, bekerja kalau bisa tetap dari dirumah, keluar kalau penting saja (misal beli makanan/ obat), sekolah-pun tidak semua pelajar masuk kesekolah (dibagi-bagi), intinya masih ketat melakukan langkah pencegahan, dan masih berperang melawan coronavirus. "We must work together to win this battle, fight together and ease up together", Itulah spirit di Singapura. Semua warga disini do our part, play our part. Selamat Hari Raya 2020, temukan kemenangan yang sebenarnya itu dengan melakukan banyak hal positif dan berguna/ bermanfaat untuk orang lain. 👍😊

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions

No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...