Bagi-bagi Kue Pada Tetangga Jelang Imlek di Singapura? Tradisi Kah?


Kue-kue yang hendak kami bagi untuk tetangga - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Huh? Berbagi-bagi makanan dengan tetangga yaitu warga lokal di Singapura? Mungkin kah, katanya orang lokal itu individualis, mana mungkin ya? Tapi itulah yang terjadi, sebentar lagi Imlek atau dikenal dengan Lunar New Year / Chinese New Year. Dan...kebiasaan saya adalah membagi makanan/ jajanan pada tetangga kami jelang perayaan ini. Pertanyaannya adalah, tradisi di Singapura kah, atau hanya saya saja yang melakukannya?


Beberapa hadiah tambahan untuk dibagikan pada tetangga kami -Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Pertama kali datang ke Singapura, saya ini sama seperti kebanyakan pendatang atau orang-orang Indonesia kebanyakan di Singapura yang menganggap orang-orang Singapura adalah individualis. Karena mindset seperti itu membuat penulis ini jarang keluar rumah, belanja hanya di hypermarket, serta tidak mau mengenal tetangga. Waktu itu sempat saya ingin bergabung dengan kumpulan orang-orang Indonesia di Singapura, maupun ingin bergabung dengan kegiatan di KBRI. Namun pada kenyataannya saya malah lebih senang dekat dengan warga lokal dan malah saya (dan suami) sering ikut acara warga di Community Club. Bisa dibilang malah saya dan suami tidak pernah ikut-ikut kumpul dengan sesama warga Indonesia. 


Kue-kue-nya dihias pita untuk dibagi pada tetangga - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Setelah beberapa bulan (kurang lebih 8 bulan) pindah ke Singapura, saya berpikir sebenarnya siapa sih yang individualis itu, saya sebagai pendatang atau orang-orang lokal? Lah ternyata justru saya sendiri, mengapa? Karena dalam kenyataannya justru saya yang tidak mau kenal dengan lingkungan sekitar dan orang-orang lokal atau orang Singapura. Maka sejak itu saya merubah mindset saya, dimana bumi dipijak disitulah langit dijunjung. Dari situ saya mulai membuka diri dan sedikit demi sedikit belajar budaya lokal Singapura. 


Hantaran dari tetangga kami untuk Imlek tahun 2020 - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Lantas seperti apa sih budaya lokal Singapura itu? Mungkin kalau ada yang pernah dengar "kampung spirit", maka seperti itulah Singapura yang sebenarnya. Saya (dan suami) bersyukur karena sejak tahun pertama pindah ke Singapura, orang-orang lokal disekitar kami begitu hangat menerima kami. Ada yang mengajak kami ikut acara community, ada yang selalu memberi semangat/ support pada kami, intinya semuanya baik pada kami. Saya sempat terkejut ketika seorang tetangga kami mengetuk pintu rumah dan mengantarkan jajanan Chinese New Year pada kami. Saya masih ingat jajanan-nya berupa honey comb, pineapple tart, dan jeruk. Itu pertama kali kami menerima sesuatu dari tetangga kami. Penulis sangat tersentuh, karena ternyata kamilah sebagai pendatang yang ternyata individualis serta tidak mau kenal dengan budaya lokal. Egois, ya saya begitu egois sebagai pendatang. Maka dari sejak saat itu saya/ penulis selalu turut bergembira dalam menyambut setiap perayaan di Singapura. Maka tidak heran bila kami ini merayakan 3 perayaan setiap tahunnya yaitu, Chinese New Year, Christmas, dan Hari Raya. Dan saya selalu membagi-bagi kue/ jajanan/ makanan setiap jelang perayaan itu. Dimana tetangga juga berbagi kebahagiaan dengan jajanan/ kue/makanan yang mereka berikan pada kami. Tak jarang ada yang memberi angpao pada kami dan membelikan boneka untuk kucing kami. Itulah pelajaran yang diberikan warga lokal Singapura pada kami. Berbagi kebahagiaan dan menyebarkan kebaikan. Tidak peduli apa ras kita, tidak peduli apa agama kita, tidak peduli bahasa kita, yang namanya hidup kita harus rukun satu dengan lainnya, saling menghormati dan saling menghargai antar sesama. "Happy together".


Hantaran dari tetangga untuk Imlek tahun 2020 - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Ada satu cerita lagi dimana kami pindah flat, ditempat baru waktu itu kawan baik saya adalah Chinese lady. Setiap saat Auntie ini selalu membawa sesuatu pada kami, padahal waktu itu kami baru pindah dan belum kenal. Tetapi Auntie ini sering sekali membawakan sayuran matang untuk kami, tidak banyak hanya satu kantong plastik. Selain itu Auntie ini juga sering sekali membawakan saya tanaman-tanaman yang diambil dari "kebun"-nya. Yup, benar sekali si Auntie suka bercocok tanam. Ada banyak tanaman dibagikan pada saya, ada Coleus, fern, tanaman kumis kucing, lidah buaya, tanaman salam, serta pernah juga membawakan saya satu pot tanah liat. Auntie juga membelikan saya aksesoris rambut seperti jepit dan bandana. Wow, sampai segitunya? Apa sih hikma yang bisa kita ambil? Itulah yang disebut dengan Singapura yang sebenarnya, "kampung spirit" itu ada, dimana kita sesama tetangga ya saling berbagi, seperti kita masak apa dan kelebihan kita bisa bagi dengan tetangga, atau berbagi kue saat perayaan. Tidak dilihat dari harganya tetapi dilihat dari ketulusan hatinya.


Hantaran dari tetangga untuk Imlek 2020 - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Jelang Lunar New Year tahun 2020 ini kami pun sudah membagikan kue-kue untuk tetangga kami hari minggu lalu. Karena saya suka yang tradisional makan pineapple tart dan kueh bahulu-lah yang menjadi pilihan untuk dibagikan pada tetangga. Ditambah dengan 2 buah jeruk, serta boneka untuk anjing tetangga kami. Ya, kami membeli kue -kue dengan harga yang sekiranya semampu kita, tidak perlu harus yang ekslusif dan mahal. Yang penting adalah ketulusan kita untuk berbagi kebahagiaan jelang perayaan Chinese New Year. Tetapi yang terjadi adalah malah tetangga kami suka memberi lebih dari pada yang kami beri pada mereka. Malah ada yang membelikan kue/ makanan mahal untuk kami. 😍 Ya saya dan suami berterimakasih banyak dan bersyukur dengan segala kebaikan yang datang pada kami.


Happy New Year, the year of the rat! - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Kalau begitu tradisi kah saling berbagi kue-kue/ jajanan jelang Imlek di Singapura? Kalau boleh saya katakan, jawabannya adalah, iya. Itulah yang disebut dengan Singapura sebenarnya dimana "kampung spirit" itu ada. Karena kitalah sebagai manusianya yang harus menumbuhkan spirit ini. Kalau kita tidak punya spirit untuk menjaga kebiasaan ini ya kebiasaan-kebiasaan yang baik itu akan hilang dan lenyap. Itulah pengalaman saya (suami) dimana kami selalu menerima kehangatan dari warga lokal dan mendapatkan pelajaran berharga didalamnya. 

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions









No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...