Kenali "Toxic People" dan Buang Mereka Dalam Lingkaran Kehidupan Kita Agar Hidup Kita Lebih Sukses

Toxic people, maksudnya apa ya ini? Diterjemahkan kasar ya orang beracun. Maksudnya adalah orang-orang yang aura hidupnya negatif, energinya negatif, dan pengaruh energi negatif ini bisa  jadi akan berpengaruh dalam hidup kita, itulah yang saya/ penulis sebut "toxic people". Kenali tipe-tipe orang seperti ini dalam lingkaran kehidupan kita, dan segeralah buang mereka agar kehidupan kita lebih bersinar/ cemerlang/ sukses. Percayalah, bahwa toxic people hanya akan memberi pengaruh buruk untuk hidup kita dan bisa menghambat kesuksesan.

Suatu ketika kawan penulis yang merupakan orang Eropa berkata, "It doesn't matter they are your friend or even your family, move on, cut them off  let them behind, you deserve better."  Lebih lanjut kawan saya ini berkata, a true friend and true family they will happy when you succeed, and will cry with you when you are sad."  Gosh, saat itu penulis baru menyadari kenapa saya ini masih saja punya rasa empati, masih berbaik hati pada toxic people ini hanya karena mereka saudara dan keluarga, hanya karena mereka katanya teman atau sahabat. Terlalu baik kah saya? Ya, saya terlalu baik pada orang yang jelas-jelas toxic dan ini sebuah kesalahan besar yang pernah penulis lakukan selama bertahun-tahun. Dan sekarang BIG NO pada toxic people. Maka kenalilah tipe-tipe orang seperti ini agar kehidupan kita lebih cemerlang, lebih sukses, dan tentu saja hidup kita lebih tenang, bahagia, damai, dan sejahtera.

1. Jealous / Orang yang suka iri

Tipe toxic people yang satu ini bisa terlihat jelas dalam lingkaran kehidupan kita dari cara mereka berbicara, dari cara mereka bersikap dan memperlakukan kita. Misal ada suatu kebaikan yang kita dapat mereka tidak suka, kita bahagia mereka tidak suka. Dan ini benar-benar akan menganggu langkah kita untuk menuju hidup yang lebih sukses jika kita tidak membuang mereka. Bagimana kita bisa mendeteksi atau melihat ciri-ciri orang yang suka iri? Lihatlah dengan seksama bagaimana sikap mereka pada kita, misal: bila kita punya prestasi mereka malah memandang kecil prestasi itu, kita tidak bertanya apa-apa pada mereka tidak ada angin tidak ada hujan mereka memamerkan kesuksesan padahal hanya omong kosong bilangnya sering keluar negeri projek bla bla tinggal ditempat prestis aslinya cuma bohong. Dan ini salah satu tipe toxic people yang suka iri yaitu intends untuk berbohong. Kenapa toxic people suka bohong dengan mengarang keberhasilannya/ kesusksesannya? Karena mereka jealous dengan apa yang kita raih, dan mereka sangat-sangat putus asa ingin mendapat pujian dari kita atau orang lain. Bila ini terjadi pada kawan sekalian maka diamkan saja, tidak perlu merespon kesuksesan bullshit-nya. Ciri toxic people tipe suka iri ini juga lebih suka menganggap kita kompetitornya (kita punya barang A ia pun harus punya barang A), suka meniru apa yang kita lakukan, suka menggosipkan kita dibelakang, bila kita mengalami kegagalan akan sesuatu yang kita lakukan mereka malah senang, selain itu mereka suka memberi pujian palsu. Contoh pujian palsu ini misalnya: "wah kamu hebat paling hebat diantara yang lain bisa sekolah diluar bla bla... kalau saya sih cita-cita gak muluk-muluk yang penting keluarga bla bla...", catat baik-baik jika ada orang yang memuji kita secara berlebihan, percayalah orang itu jealous dengan kita apalagi setelah berkata memuji mereka membandingkan dengan dirinya. Bila melihat ciri-ciri jealousy people dalam kehidupan pertemanan juga persaudaraan maka segeralah cut off mereka, buang mereka jauh-jauh dalam hidup kita karena mereka adalah toxic yang hanya akan menebarkan energi negatif dalam kehidupan kita.

2. Suka diberi tapi tidak mau memberi

Ini tipe toxic people yang hanya mau benefits atau hanya mau "nadah tok" tapi tidak mau untuk memberi kembali. Loh bukannya kalau kita memberi kita tidak boleh mengharapkan kembalian, ya.. Dalam kehidupan pertemanan dan juga lingkaran persaudaraan / kekeluargaan, ada baiknya untuk menjalin atau menjaga tali pertemanan dan tali kekeluargaan, itu bisa dilakukan dengan saling berbagi, misal eh saya baru saja membuat kue kebetulan banyak maka saya bagi kue itu pada teman, tetangga, atau saudara, masak sayur banyak bisa berbagi dengan tetangga atau teman/ saudara. Atau eh teman, saudara/ anggota keluarga ada yang ulang tahun tak kasih hadiahlah meskipun hadiahnya itu hanya sebuah saputangan buatan sendiri. Inilah bagaimana kita mengekspresikan bahwa kita peduli dan care dengan yang lain. Nah, toxic people jenis ini sukanya hanya ingin dapat kebaikan atau benefits, suka diberi tapi mereka sendiri tidak mau memberi balik. Bila kawan sekalian berada dalam situasi seperti ini, maka buang mereka dalam lingkaran kehidupan kita. Karena apa? Karena mereka-mereka ini mau berteman atau bersaudaraan dengan kita hanya karena bisa mendapatkan benefits. Buktikan, ketika kita men-stop atau berhenti memberi mereka benefits mereka akan menghilang tidak ada kabar/ tidak memberi kabar dan sudah tidak menganggap kita teman dan saudara lagi.

3. Berteman atau bersaudaraan hanya karena butuh

Tipe toxic people yang satu ini kadang-kadang kita tidak menyadari bahwa kita sedang dalam lingkaran ini. Berteman dan bersaudaraan hanya karena butuh saja, datang pada kita hanya karena butuh saja atau ada kepentingan, atau sesuatu yang mereka inginkan dari kita, tidak ada kepentingan kita tidak diingatnya. Toxic people ini datang pada kita karena kitalah satu-satunya orang yang bisa memberikan kebutuhan atau kepentingan yang mereka mau. Percayalah, ketika kita tidak punya sesuatu yang mereka butuhan/ inginkan, mereka lupa dengan kita tidak mau kontak dengan kita. Ketika apa yang mereka minta tidak kita beri, toxic people jenis ini akan marah, dan menjelek-jelekan kita. Teman sejati atau benar-benar keluarga atau saudara mereka akan bertanya bagaimana kabarmu, sementara toxic people jenis ini hanya akan meminta sesuatu darimu, minta barang, minta uang, minta informasi, minta tolong, minta, minta, dan minta itu kerjaannya tanpa menanyakan kabarmu. "call me urgent!." ujung-ujungnya hanya minta duit, ujung-ujungnya hanya mau minta dibelikan sesuatu. Setelah mendapatkan hal yang mereka mau, mereka menghilang, nanti datang lagi pada kita kalau butuh sesuatu lagi. Bila kawan sekalian punya teman, saudara, atau keluarga model begini, segeralah keluarkan dan buang jauh-jauh mereka dalam lingkaran kehidupan kita. 

4. Suka memanipulasi 

Toxic people jenis ini kalau saya bila berbahaya dan sesegeralah cut off mereka, tendang mereka jauh-jauh. Mereka ini suka membuat cerita atau orang sebut make-up cerita alias drama queen, memutarbalikkan fakta, atau orang bilang pandai bersilat lidah hanya demi untuk mengamankan dirinya, agar bisa mengontrol situasi yang sedang terjadi, agar terlihat atau seolah-olah mereka yang harus dikasihani atau diberi empati atau merekalah victim. Apa yang kita bicarakan, apapun itu akan sangat mungkin di make-up ceritanya oleh mereka, bukan tidak mungkin toxic people jenis ini suka memfitnah orang lain baik teman sendiri atau saudara/ keluarga sendiri. Jadi mereka berpura-pura baik didepan kita, jadi teman baik atau jadi saudara baik dimata kita, tapi dibelakang berkebalikan. Kenapa mereka bersikap begitu sih, karena mereka ingin menjatuhkanmu dan mereka tidak ingin kita punya hidup sukses. Ketika kita menjadi pusat perhatian banyak orang karena prestasi dan kebaikan yang kita lakukan, toxic people jenis ini akan berusaha keras mati-matian untuk memanipulasi situasi agar orang-orang yang respek dengan prestasi yang kita punya jadi benci pada kita. Maka berhati-hati dengan orang seperti ini karena mereka berpura-pura menjadi teman/ sahabat baik kita atau menjadi saudara baik didepan kita. Tidak peduli entah sahabat atau saudara sendiri alangkah baiknya tendang jauh mereka dalam lingkaran kehidupan kita. Kita tidak butuh orang seperti ini dalam kehidupan kita jika ingin mendapatkan kehidupan yang lebih cemerlang/ sukses.

5. Tukang gosip

Ada berapa banyak media sosial yang kawan sekalian join, dan karya apa yang kawan sekalian kerjakan dengan media sosial itu? "Don't waste your time!." Dalam dunia pertemanan dan persaudaraan/ kekeluargaan ada baiknya hati-hati dan aware, jenis pertemanan atau persaudaraan/ kekeluargaan jenis apa yang sedang kita jalin. Bila sehari-hari dalam waktu 24 jam / 7 hari isinya hanya ngobrolin atau membicarakan hal tidak jelas tidak ada manfaat, chit-chat haha hihi saja dimedia sosial, maka segeralah lempar mereka dari lingkaran pertemanan dan persaudaraan, tinggalkan mereka meski teman sekalipun katanya sahabat atau saudara sendiri, left them behind. Karena apa?  Karena ujung-ujungnya pasti akan mengarah kehal-hal negatif, membicarakan orang lain, menebar fitnah, menebar kebohongan. Jangan sia-siakan kehidupan ini dengan bergosip atau hanya chit-chat haha hihi tidak jelas. Kalau ingin hidup kita cemerlang dan sukses, maka segera akhiri pertemanan atau persaudaraan dengan mereka. Gunakan waktu yang ada dalam kehidupan ini untuk melakukan hal positif, berkarya, dan membantu yang lain. Buanyak sekali hal positif yang bisa kita lakukan dari pada hanya bergosip dimedia sosial. 

6. Trouble maker

Diartikan secara kasar pembuat masalah, maksudnya toxic people jenis ini hanya pembuat masalah, suka membuat masalah dengan orang lain. Apa yang mereka bicarakan pada kita selalunya hal-hal negatif, misal kita punya teman atau saudara/ keluarga, setiap kali ketemu hal yang dibicarakan selalu hal negatif, menjelek-jelekan orang lain, menyalah-nyalahkan orang, atau membicarakan hal buruk tentang orang lain. Tidak ada hal lain yang mereka bicarakan selain membicarakan hal negatif. Parahnya lagi, orang seperti mereka ini akan menyeret-nyeret kita masuk kedalam masalahnya untuk minta support. Percayalah, berteman atau bersaudaraan dengan orang seperti ini hanya akan memberikan aura negatif dalam kehidupan kita, mengajak kita untuk memusuhi orang lain, mengajak kita untuk against orang lain, mengajak kita untuk membenci orang lain. Berhati-hatilah dengan toxic people yang satu ini karena akan berpengaruh buruk dalam kehidupan kita. Jika kita ingin kehidupan kita bersinar maka jauhi dan cut off mereka, buang jauh-jauh dalam lingkaran kehidupan kita. 

7.  Tidak punya respect

Suatu ketika ada teman atau saudara minta bantuan, mereka datang kerumah kita tapi sama sekali tidak mau masuk kedalam rumah, datang hanya dihalaman rumah atau bahkan minta ketemu dipinggir jalan dan parahnya lagi ada yang masih didalam kendaraannya tidak mau masuk kerumah, ambil barang/ sesuatu yang dibutuhkan kemudian pergi. Besok-besok begitu lagi, terus terulang. Contoh lain, ketika kita sedang membicarakan hal serius yang mereka tanyakan malah tidak didengarkan dan sibuk sendiri, setelah itu dikemudian hari mereka tanya hal yang sama lagi. Bila ini terjadi dalam kehidupan pertemanan atau persaudaraan kita, maka tidak perlu ragu  dan pikir panjang langsung cut off mereka. Karena dalam kehidupan pertemanan, dalam persaudaraan kita harus respect satu dengan yang lain, dan ini penting. Jika sedang ada pembicaraan serius ya kita harus mendengarkan baik-baik, datang kerumah orang ya harus sopan paling tidak masuk duduk sebentar, nah kalau didatangi teman atau saudara ya disambut dengan hangat dan jangan lupa payback atau gantian kita mengunjungi mereka misalnya. Jangan sukanya hanya dikunjungi tapi tidak mau mengunjungi balik atau payback / membalas kunjungannya. Nah, parahnya suka dikunjungi tapi tidak mau mengunjungi balik, suatu ketika sekali saja kita tidak mengunjungi mereka, toxic people ini akan menjelek-jelekkan kita. Tidak masuk akal bukan? respek dengan orang lain saja tidak mau tapi mintanya diberi respek. Maka bila menemukan ada ciri-ciri toxic people seperti ini entah teman atau saudara/ keluarga model begini, segeralah putuskan tali mereka dalam rantai lingkaran kehidupan kita. 

8. Kepo

Kata ini sering dipakai di Singapura, "kaypoh" yang artinya adalah "sangat-sangat penasaran" ingin tahu segala-segalanya tentang seseorang. Kata gampangnya toxic people jenis ini adalah mereka-mereka yang sibuk ingin tahu urusan seseorang/ orang lain, or busybody. Toxic people tipe ini mereka sangat-sangat ingin tahu, sangat-sangat penasaran dengan kehidupan seseorang (sasaran objeknya), segala macam hal mereka ingin tahu. Mereka akan mencongkel-congkel kehidupan kita serasa sedang menginvestigasi kasus. Tanya tentang kepemilikan rumah, tanya tentang kendaraan, tanya tentang jabatan pekerjaan, tanya tentang urusan pekerjaan pasangan, tanya gaji, tanya liburan kemana, sampai tanya urusan anak: "kok belum punya anak sih, sudah berumur 30 tahun kok belum punya anak sih bla bla...", nah kalau kita sudah berumur diatas 30 tahun dan masih single setiap hari setiap saat bakal ditanya-tanya : "kok belum nikah sih sudah 30 tahun, nanti keburu tua, kok tidak segera nikah bla bla..." segala macam hal ditanya-tanya, sementara mereka sendiri tidak mau membuka tentang kehidupan mereka. Jika ini terjadi, tendang mereka jauh-jauh dalam kehidupan pertemanan atau persaudaraan. Karena urusan hal pribadi ya hanya dibuka untuk orang terdekat misal bapak kita. Percayalah, tidak ada gunanya berteman atau bersaudaraan dengan orang seperti ini.  Hello... masih buanyak hal positif lainnya yang bisa kita bicarakan atau bahan pembicaraan, misal aktifitas positif seperti berkebun bagaimana cara menanam bunga dahlia misalnya, atau melukis bagaimana caranya agar bisa mencampur warna misalnya, membantu sesama membantu anak-anak miskin untuk sekolah misalnya, membicarakan tentang ilmu pengetahuan, berbagi ilmu misal: dalam keadaan pandemic seperti sekarang kita bisa saling berbagi pengetahuan/ ilmu bagaimana sih membersihkan dan mendisinfektan sayuran dan buah-buahan setelah belanja, atau bagian rumah mana saja yang harus didisinfektan setiap hari, atau makanan apa yang bisa meningkatkan imun dan lain-lain...buanyak hal positif yang bisa jadi bahan pembicaraan dibandingkan harus kepo tanya-tanya rumah orang, tanya gaji orang, tanya harga tas, sampai tanya urusan pribadi orang lain yang tidak segera menikah dan punya anak. Maka jangan suka bergosip haha hihi dimedia sosial, gunakan waktu yang ada untuk membaca buku, ambil kelas, belajar keterampilan baru, belajar keahlian baru, yang pastinya akan bermanfaat dan berguna untuk kehidupan kita. Jangan sia-siakan hidup kita untuk berteman atau bersaudaraan dengan orang kepo. Jangan sampai kita masuk dalam lingkaran kehidupan orang kepo ini.

9. Tukang kritik

Toxic people jenis ini adalah mereka-mereka yang bisanya hanya mengkritik, mengkritik, dan mengkritik setiap langkah, setiap pergerakan atau gerak-gerik kita, menciptakan suatu kondisi dimana kita ini seperti tidak bisa melakukan hal yang benar. Apa-apa yang kita lakukan selalu salah dimata mereka. Misalnya, kita ingin ambil kelas masak mereka mengkritik itu tidak bagus tidak ada gunanya bla bla... misal kita berencana untuk sekolah mereka bilang buat apa sekolah-sekolah...Atau mungkin kita memutuskan untuk membuka bisnis maka mereka mengatakan buat apa berbisnis bla bla... atau misal kita ingin membantu orang lain mereka malah mengkritik dengan mengatakan kenapa membantu-bantu segala bla bla... Macam-macam hal yang mereka kritik, jadi benar sekali, teman atau saudara model ini adalah toxic people dimana mereka tidak ada sama sekali men-support hal baik yang kita lakukan dalam kehidupan kita. Mereka tidak happy jika ada hal baik yang kita lakukan, dan mereka juga tidak bahagia bila kita mendapatkan/ menghasilkan kebaikan. Maka segera akhiri pertemanan dan persaudaraan dengan mereka, cut off and left them! Jangan sampai kita kehilangan jalan menuju hidup sukses hanya karena berteman dan bersaudaraan dengan mereka.

10. Bersikap pesimis dan memandang rendah yang lain

Jika kita akan membuka usaha kemudian ada teman atau saudara/ keluarga berkata, "memang bisa usaha begitu, itu butuh keahlian bla bla...." atau ketika kita ingin beri kursus bahasa Inggris, kemudian teman atau saudara berkata, "eh kamu kan tidak punya sertifikat, mana bisa ngajar bla bla..." Catat baik-baik, bila kawan sekalian mengalami ini maka pastikan mereka-mereka ini adalah toxic people sekalipun mereka adalah teman sendiri maupun saudara/ keluarga sendiri. Mereka selalu berkata rendah pada kita, memandang rendah pada kita, dan mereka berusaha untuk mengeluarkan juga menjauhkan kita dari impian-impian atau cita-cita kita. Benar sekali, mereka berusaha merusak impian dan cita-cita kita. Kenapa mereka begitu atau tujuan mereka apa? Mereka bersikap seperti itu karena mereka berusaha membuat diri mereka merasa aman, kenapa berkata rendah pada orang lain mereka merasa aman? Karena mereka tidak mau orang lain sukses, mereka tidak mau orang lain (teman atau saudaranya) punya prestasi hidup cemerlang, mereka tidak mau itu terjadi. Itu sebabnya toxic people jenis ini akan selalu bersikap pesimis pada kita, memandang rendah pada kita atau kebaikan yang kita lakukan. Jadi, bisa dikatakan ini bagian dari bullying atau pembulian. Tidak usah ragu, bila ini terjadi dalam lingkaran kehidupan kawan sekalian, segerlah akhiri dan putuskan tali mereka dalam lingkaran kehidupan kita. 

Itulah 10 hal tentang toxic people yang harus kita kenali. Mungkin masih banyak lagi ciri-ciri toxic people ini. Bila menemukan tanda-tanda seperti diatas, maka segeralah untuk membuang jauh-jauh para toxic people dalam lingkaran kehidupan kita, kick them out, cut them off, left them behind, jangan sekali-kali membiarkan mereka masuk dalam hidup kita. Dari pengalaman penulis sendiri, dulu selama bertahun-tahun saya masih saja berbaik hati dan memberi kesempatan pada toxic people ini, karena waktu itu saya berpikir mungkin mereka akan berubah kearah positif. Tetapi malah justru kehidupan saya terpapar energi negarif dari mereka-mereka. And I am done! Maka jangan pernah ragu untuk membuang mereka  jauh-jauh dari kehidupan kita agar hidup kita bisa lebih bersinar, cemerlang, dan sukses. Karena apa? Kita tidak bisa ekspek hang out dengan toxic people berteman dan bersaudaraan dengan mereka kemudian kita ekspek bahwa kehidupan kita bakal positif, jelas tidak mungkin. Ketika kita dikelilingi energi negatif, hidup kita jadi beraura negatif yang bukan tidak mungkin akan menghambat kesuksesan hidup kita sendiri. Bila kita ini ingin hidup kita bersinar, cemerlang, dan sukses ya kita harus berteman dan bersaudaraan dengan orang-orang yang inspiratif dan berpikir positif agar kita bisa menuju jalan kesuksesan dan meraih impian-impian kita.

Maka, berteman dan bersaudaraan-lah dengan orang-orang tulus yang memang mau berteman dan bersaudaraan dengan kita yang bisa menularkan hal positif atau energi positif pada kita. Jangan sia-siakan kehidupan kita untuk para toxic people. Ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam kehidupan yang cuma sekali ini untuk melakukan kebaikan, menebarkan kebaikan, misal: terus berkarya sekecil apapun itu, terus belajar hal-hal baru, serta jangan lupa untuk membantu sesama.

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions








Manfaat Jamu Kunyit Asem Untuk Mengatasi Nyeri Datang Bulan


Jamu kunyit asem buatan sendiri - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Siapa yang suka minum jamu kunyit asem? Beruntung kawan sekalian baik para remaja putri dan wanita dewasa yang suka meminum ramuan jamu kunyit asem ini setiap harinya. Karena apa? Karena manfaatnya luar biasa bisa dirasakan untuk kita apalagi bila diminum setiap hari. Ramuan traditional ini memberikana benefit untuk tubuh kita. Manfaatnya apa untuk kita para wanita? Mari simak dan baca paragraf selanjutnya!

Bagi penulis, minum jamu kunyit asem bukanlah hal baru. Penulis sudah mulai minum jamu ini ketika dibangku Sekolah Menengah Pertama. Tetangga seberang rumah bapak saya pembuat dan penjual jamu. Macam-macam jamu dijual, ada jamu kunyit asem, beras kencur, temulawak, sampai jamu brotowali juga dibuat dan dijual oleh tetangga bapak saya itu. Didesa waktu itu hampir semua orang suka minum jamu. Karena menurut kepercayaan warga desa minum jamu itu sehat, capek-capek minum jamu, tidak enak badan minum jamu, anaknya tidak mau makan dikasih minum jamu biar mau makan, semua serba jamu. Maka penulis pun mulai suka minum jamu, yaitu khusus kunyit asem karena kata penjualnya bagus untuk remaja putri.

Penulis terus minum jamu kunyit asem ini meskipun waktu itu saya sudah mulai merantau yaitu sejak masuk bangku universitas dikota Jogja. Disana, Yogyakarta, jamu kunyit asem ini sangat mudah sekali untuk mendapatkannya, dipasar ada yang jual, dekat dengan tempat kost ada yang jual juga, pokoknya mudah sekali untuk mencarinya. Sampai sudah mulai bekerja masih mengusahakan untuk minum jamu setiap hari karena kebetulan dekat perusahaan tempat kerja serta dekat tempat kost ada penjual jamu. Sampai suatu ketika sudah menikah dan pindah ke Jakarta, penulis kesulitan menemukan penjual jamu. Waktu itu kami tinggal di Setiabudi-Jakarta Selatan, dipasar Karet waktu itu penulis tidak bisa menemukan penjual jamu ini, apalagi tukang jamu keliling, sulit sekali menemukan. Akhirnya penulis jarang minum jamu kunyit asem, bila pun iya minum itu tidak setiap hari dan itupun jamu kunyit asem instant yang dijual di Carrefour yang ada di mall Ambasador.

Ketika sudah jarang minum jamu kunyit asem, penulis baru merasakan setiap kali datang bulan perut saya kram, nyeri, dan sakit pinggang, ditambah sering keputihan. Padahal dulu-dulu sekalipun penulis tidak pernah namanya sakit perut/ kram/ nyeri-nyeri saat datang bulan, juga tidak keputihan. Saat itu saya baru menyadari, ternyata kalau minum jamu kunyit asem setiap hari bisa mengurangi efek kram dan bahkan sakit perut/ nyeri saat datang bulan, juga tidak mengalami keputihan. Penulis baru ingat, sewaktu dibangku Sekolah Menengah Atas dan bangku universitas, ada kawan penulis yang pernah bilang kalau haid/ datang bulan sebaiknya jangan melakukan kegiatan berlebih, kata kawan saya tidak bagus. Ada kawan saya sewaktu dibangku universitas dikota Jogja, kalau pas datang bulan ia tidak mau main basket cuma duduk dipinggir lapangan. Saya ditanya, "kamu baik-baik saja saat datang bulan, tidak sakit perut dsb..." Kawan saya heran, kok penulis masih saja aktif dan tidak ada masalah datang bulan. Sama sekali tidak ada masalah dengan nyeri datang bulan, dan tidak menganggu aktifitas.

Banyak orang bahkan kawan-kawan saya dulu sewaktu di Indonesia, baik saat diuniversitas dan juga ditempat kerja dulu berkata, kalau sakit perut/ kram/ nyeri saat datang bulan bisa minum ramuan kemasan botol yang banyak dijual di Indonesia (saya tidak mau menyebut merk). Minum saat datang bulan bisa langsung hilang sakitnya. Dan banyak orang mengandalkan akan obat farmasi, banyak ya dijual ditoko obat. Tapi penulis lebih suka minum jamu traditional ini yaitu kunyit asem. Sama sekali saya tidak mau minum obat farmasi meskipun suami membelikannya. Di Singapura jelas tidak ada penjual jamu seperti ini, makanya banyak para wanita dan mungkin remaja putri di Singapura minum obat farmasi. Karena tidak ada penjual jamu traditional di Singapura, jadi kadang saya membeli jamu botolan tadi secara online. Tapi saya akan lebih senang kalau membuat jamu kunyit asem sendiri dirumah, gambar seperti diatas kunyit asem  hasil buatan sendiri.

Boleh percaya, boleh tidak, minum jamu kunyit asem setiap hari memberikan efek bagus untuk penulis, tidak sakit perut/ kram/ nyeri saat datang bulan, plus-nya tidak mengalami keputihan. Ramuan jamu kunyit asem ini bahannya tentu saja kunyit, asam jawa, tambah jeruk nipis atau bisa juga perasan lemon, dan gula jawa, kalau saya tidak pakai gula jawa tapi lebih pilih memakai pemanis stevia saja. Harus rutin minum setiap hari, jangan cuma diminum saat datang bulan saja, tapi harus setiap hari. Kalau minumnya cuma pas datang bulan efeknya tidak ada/ tidak terasa. 

Kenapa jamu kunyit asem bisa mengatasi sakit kram/ nyeri saat datang bulan? Banyak wanita Indonesia pada tahu bahwa kunyit itu bagus untuk kulit, bukan? Nah selain bagus untuk kulit kita, kunyit ini sangat membantu untuk menyeimbangkan hormon, dan memperlancar datang bulan. Kandungan antispasmodic dan anti-inflammatory yang ada pada kunyit mampu/ bisa meredakan rasa sakit/ nyeri saat datang bulan.  Sementara asam jawa ini juga mengandung anti-inflammatory plus kaya akan vitamin C. Minum minuman yang banyak mengandung vitamin C bisa membantu untuk mengurangi kram/ nyeri/ sakit saat datang bulan. Jadi jelas, dengan menambahkan perasan air lemon (bisa diganti jeruk nipis) bisa ikut membantu untuk mengurangi rasa sakit saat datang bulan juga. Oleh karenanya, minum jamu kunyit asem setiap hari ini bagus untuk kita baik remaja putri juga para wanita. Harus diingat, minumnya harus setiap hari, karena dari pengalaman penulis efeknya itu terasa ketika kita rutin minum setiap hari, bukan hanya saat datang bulan saja. Manfaat lainnya, bisa membantu mengurangi berat badan (tentu harus diimbangi dengan makan sehat juga). Bagi remaja putri dan para wanita tentu akan senang bila mempunyai berat badan bagus, bukan? Ada baiknya berat badan sebisa mungkin untuk dijaga, apalagi bagi para remaja putri, alangkah elok bila seorang remaja putri berat badannya ideal. Karena kelebihan berat badan akan menimbulkan masalah kesehatan dikemudian hari. 

Itulah manfaat minum jamu kunyit asem setiap hari yang ternyata bisa mengatasi/ mengurangi nyeri/ sakit/ kram saat datang bulan. Maka, mulailah untuk minum jamu kunyit asem sekarang juga, tidak ada yang jual ya berusahalah untuk membuatnya sendiri. Jangan takut minum jamu karena mungkin rasa tidak suka atau pahit atau rasa tidak enak. Tapi, pikirkanlah manfaat yang akan kita dapat ketika minum jamu kunyit asem, pikirkanlah benefit yang bisa didapat.

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse this photograph anywhere else without permissions 

Lawan Bullying: Bungkam Para Pembuli Dengan Prestasi

Tentu kawan sekalian sudah pada tahu maksud dari kata "bullying", bukan? Nah, dimasyarakat, tentu di Indonesia yang saya maksud dalam artikel ini ya, banyak sekali kasus seperti ini. Boleh percaya, boleh tidak, disemua lapisan masyarakat ada, mau miskin mau kaya, mau dikota atau didesa, ada banyak kasus bullying ini, hanya saja mungkin para pembuli ini tidak menyadari akan tindakannya itu yang bisa ditindak secara formal (hukum). Tahu kah kawan sekalian, bahwa para pembuli ini bisa kita lawan dengan prestasi. Yup, prestasi! 

Beberapa waktu lalu penulis sempat melihat video viral di YouTube dimana seorang anak penjual makanan  diganggu saat sedang  berjualan. Dan diganggunya itu sampai harus disakiti secara fisik. Melihat aksi itu serasa darah ini mendidih dan geregetan. Bila diperhatikan secara seksama dari tampang para pembuli, mereka-mereka terlihat tidak punya prestasi, tidak punya karya, sekolah mungkin hanya sekolah-sekolahan, kerja-pun tidak ada prestasi, malah mungkin sedikit banyak tergantung dengan orangtua. Kalau saya lihat para pembuli itu hanya sekelompok pemuda yang banyak gaya, motor-motor-an sana sini, merasa diri paling OK, aslinya Zero! Seorang anak/ pemuda/ pemudi, atau sekelompok remaja bila hidupnya diisi dengan berkarya dan prestasi, pasti kerjaan-nya bukan keluyuran motor-motoran sana-sini apalagi mengganggu anak lain yang sedang berkarya. Jangan salah lho, meskipun hanya berjualan makanan/ jajanan kecil begitu itu namanya sedang berkarya. Dan penulis salut, masih kecil belum juga berumur remaja sudah mulai mencari uang dengan berjualan makanan/ snack tradisional. Luar biasa! 👍👍

Dalam artikel ini penulis tidak akan membahas kasus pembulian yang dialami oleh si anak penjual makanan itu. Tapi, dalam artikel ini penulis ingin menyerukan pada anak-anak atau kawan sekalian diluar sana yang mungkin saat ini sedang mengalami pembulian, dipandang rendah oleh orang lain, suka diejek, penulis serukan untuk melawan para pembuli dengan prestasi, bungkam mereka dengan prestasi kalian. Percayalah, pada akhirnya prestasi-lah yang berbicara. Bagaimana caranya? Sekolahlah yang baik dan benar, rajin belajar dan tekun, dan semangat sekolah! It's true!  Penulis bisa bilang begini karena dulu saya banyak di buli oleh saudara sendiri dan orang-orang sekitar hanya karena saya berbeda dari kebanyakan anak kampung. Jadi, ini adalah pengalaman penulis bagaimana saya ini melawan para pembuli dengan prestasi. Pengalaman ini dibagikan karena saya berharap anak-anak atau kawan sekalian diluar sana yang sedang mengalami pembulian saat ini untuk menata hidup, bangkit, mencetak prestasi dan berkaryalah! Siapa yang mengajari penulis untuk melawan pembuli dengan prestasi? Beliau adalah bapak penulis sendiri.

Bapak penulis sebelum tahun 1995 adalah seorang dengan karier bagus/ sukses. Diantara warga desa yang saat itu kebanyakan bekerja bertani, beternak, dan kerja serabutan, bapak penulis adalah pekerja kantoran diperusahaan besar didaerah kami dimana setiap hari berpakaian licin dan wangi serta bersepatu mengkilap. Tahun 1988 banyak rumah warga desa masih beratapkan ilalang dan berdinding bambu, bapak sudah mulai membangun rumah batu bata, orang-orang sibuk mencari uang untuk makan sehari-hari sementara kami bisa membeli makanan yang kami inginkan, punya baju bagus-bagus, bahkan sejak dibangku Taman Kanak-kanak saya sudah punya perhiasan emas lengkap seperti (kalung, cincin, anting) yang dibelikan oleh bapak. Karena berbeda dari kebanyakan warga desa, banyak orang termasuk saudara sendiri berkata bahwa bapak saya itu orang sombong, tidak mau kenal saudara dan tetangga bla bla macam-macam hal. Padahal bapak saya itu memang orangnya sibuk, setiap hari berangkat kantor jam 5.30 pagi, pulang sampai rumah sudah jam 5.30 sore lagi, kadang jam 8 malam baru sampai dirumah. Meski sehari-hari sibuk, bila ada yang datang kerumah setelah jam 6 sore bapak selalu membuka pintunya meskipun capek baru pulang kerja. Apa yang bisa dilakukan untuk komuniti bapak akan melakukan, misal ada acara gotong royong dihari minggu bapak ikut, tetangga punya acara bapak mengusahakan untuk selalu datang, memberi sumbangan kegiatan RT, atau ada tetangga datang untuk keperluan lain bapak akan dengan sumringah menerima. Tidak pernah sekalipun bapak penulis itu mengganggu kehidupan orang lain atau tetangga, ikut campur urusan orang juga tidak pernah dan tidak berminat, pinjam-pinjam uang dengan orang-orang pun tidak. Tapi dalam kenyataannya, banyak orang tidak suka dengan bapak saya itu. Meskipun begitu, bapak penulis tidak merespon apa kata orang, cuek-cuek saja. Yang penting adalah bekerja, menuai prestasi ditempat kerja, bisa memenuhi sandang pangan serta pendidikan anak, itu prioritas utama bapak penulis. Tidak pernah mengurusi dan mendengarkan apa kata orang, bapak saya punya goal dalam hidupnya. Fokus dengan goal-nya itu.

Setelah tahun 1995, bapak penulis terpaksa harus mengundurkan diri dari perusahaan dan bekerja hanya sebagai buruh pabrik dengan gaji tidak layak. Bisa dibaca disini kenapa bapak penulis harus terpaksa mengundurkan diri dan melepas pekerjaannya https://acikmdy-journey.blogspot.com/2019/06/berasal-dari-desa-gaji-bapak-saya-rp.html   Dan sejak saat itu bapak penulis dihujani dengan kata-kata merendahkan, bahkan saya serta adik penulis. Siapa mereka yang merendahkan kami? Mereka adalah saudara sendiri juga orang-orang sekitar. Mungkin kalau orang sekitar/ orang lain tidak masalah ya, tapi kalau saudara sendiri? Maka penulis katakan mereka bukanlah saudara saya. Buat saya, saudara adalah mereka-mereka yang support kami terutama dalam keadaan susah dan tidak harus punya hubungan darah. Itulah kenyataannya bahwa saudara saya malah orang lain yang tidak ada hubungan darah sama sekali. Dan penulis bersyukur karena dipertemuan dengan banyak orang-orang baik dalam kehidupan saya bahkan sampai kenegara Eropa. 

Bapak penulis banyak dicemo'oh oleh orang-orang sekitar setelah hanya bekerja sebagai buruh pabrik dengan gaji tidak layak. Selain bekerja menjadi buruh pabrik, bapak penulis juga beternak dimana setiap hari setelah pulang kerja masih harus mencari rumput-rumput diladang untuk pakan kambing. Banyak orang bilang bapak saya itu turun derajat, tadinya kerja kantoran sekarang jadi tukang "ngarit". Padahal, bapak saya itu tidak pernah mengganggu kehidupan mereka, apalagi minta-minta bantuan setelah tidak punya uang tapi mereka-mereka nampaknya terus saja tidak bisa diam, ketika bapak seorang karier man sukses dikatakan sombong, setelah hanya menjadi pekerja pabrik dan tidak punya uang masih juga direndahkan dan dicemo'oh.  Mereka-mereka merasa paling "wah" paling "ok", merasa diri kaya bisa bangun rumah bagus dan besar, bisa punya kendaraan (padahal motor kreditan, barang rumahtangga juga kreditan) dll...  Maklum kehidupan kami berubah 360 derajat setelah bapak harus terpaksa mengundurkan diri dari perusahaan dan melepas pekerjaannya. Dimana bapak tidak bisa melanjutkan upgrade rumah, hidup yang penting bisa makan. Bagaimana reaksi bapak penulis? Bapak saya tidak pernah sepatah kata pun membalas balik omongan mereka, tidak pernah menanggapi / merespon setiap kata-kata merendahkan dari mereka, tidak mempedulikan apa kata orang-orang sekitar juga saudara lainnya, sebaliknya bapak penulis terus rajin bekerja dipabrik, tetap mengurus kambing-kambing, berkebun menanam apa saja yang bisa dimakan atau dijual. Sampai suatu ketika mata mereka-mereka yang merendahkan bapak saya itu terbelalak dan kaget, kenapa? Karena saat itu penulis/ saya berangkat kekota Yogyakarta untuk sekolah Universitas mengambil sekolah Strata 1 atau S1 Ekonomi/ Management. Orang terheran-heran, cuma buruh pabrik sehari-hari kerjanya "ngarit" kata mereka, kok mampu mengirim anaknya sekolah universitas, sementara mereka-mereka sendiri anaknya tidak sekolah, atau sekolah tapi tidak sampai sekolah di S1 di Jogja padahal keuangan mereka jauh lebih bagus dari bapak. Maklum saat itu dalam pandangan orang kampung yang bisa mengirim anak sekolah S1 ke Jogja cuma mereka-mereka yang berduit. Sementara bapak saya bukan siapa-siapa hanya buruh. Penulis masih ingat suatu ketika hendak kembali ke Jogja dan sedang berada di agent bus tempat pemberangkatan, bapak saya ketemu dengan kawan lamanya dari perusahaan tempat dimana bapak pernah menuai sukses. Ya dulu biasanya bapaklah yang mengantar saya sampai keagent bus untuk kembali kekota Jogja. Saya melihat dari kejauhan, bapak saya itu berbicara dengan tegak berdiri dan tersenyum lebar, sementara kawan bapak saya itu terus memandangi saya seperti ada sesuatu hal yang luar biasa terjadi. Saya tidak tahu apa yang dibicarakan, tapi bisa ditebak dari sikap kawan lama bapak saya itu terlihat bahwa ia kaget dan tidak menyangka ternyata bapak bisa mengirim anaknya (saya) ke universitas untuk sekolah S1 di kota Jogja meskipun sudah hengkang alias ditendang dengan harga diri dicabik-cabik dari perusahaan. Bagaimana tidak kaget, bapak membiayai sendiri sekolah S1 saya itu, sementara kawan lama bapak mengandalkan perusahaan untuk membiayai anaknya sekolah universitas. Mungkin juga bapak membicarakan bahwa saya selalu berprestasi disekolah. Ya, bapak saya berdiri tegak tanpa ada rasa rendah diri ketika bertemu dengan kawan dari perusahaan lamanya itu. Terlihat kawan lamanya itu respect dengan bapak penulis. Jikalau saat ini bapak penulis masih hidup, beliau saat ini pasti bolak-balik ke Singapura untuk mengunjungi kami, jadi seorang buruh dan tukang "ngarit" pertama didesa atau bahkan mungkin jadi orang desa satu-satunya yang bakal sering keluar negeri, dan bisa memakai barang-barang bermerk karena untuk membelikan jam tangan untuk bapak saya dengan harga diatas $ 100 bukanlah masalah untuk penulis. Tapi itulah kehidupan, bapak penulis meninggal diumur 50 tahun, lebih awal dipanggil Yang Kuasa. 

Bagaimana dengan penulis sendiri, kenapa saya ini bisa di-bully dan direndahkan oleh saudara dan orang-orang sekitar? Saat bapak saya masih bekerja kantoran diperusahaan besar, tidak ada orang yang berani merendahkan penulis. Setelah bapak saya hanya buruh pabrik dan tukang "ngarit", mulai terlihat satu-persatu para pem-bully menampakkan diri. Pertama kali saya dengar kata merendahkan itu ketika saya masuk Sekolah Menengah Atas, kenapa? Karena menurut pem-bully saya tidak layak masuk SMA, menurut mereka kenapa saya ini sekolah segala palingan juga tidak akan lulus. Apa reaksi penulis? Penulis diam saja, tidak pernah menanggapi apa kata orang-orang sekitar. Maklum banyak anak kampung yang tidak pada sekolah, sekolah ya cuma main-main saja, belum lulus SMP atau belum lulus SMA sudah pada nikah, belum sampai 20 tahun sudah beranak. Ada juga yang berkata yaitu saudara sendiri, "tidak punya teman tidak bergaul bla bla...." Yup, menurut para pembuli, seorang anak yang punya teman itu  adalah mereka yang suka gerudak-geruduk sana-sini, nongkrong-nongkrong, motor-motor-an, haha hihi, main kesana-kemari. Sementara saya, pulang sekolah kerja dan belajar.  Kalau sudah membaca link artikel diatas pasti sudah pada tahu ya bahwa penulis sudah bekerja sejak umur 11 tahun. Dalam kenyataannya sejak dari SMA penulis sudah punya teman orang luar negeri, dan saya tidak berminat berteman dengan pembuli seperti mereka. Teman saya waktu itu adalah anak-anak sebaya penulis yang selalu bersemangat untuk kerja selepas pulang sekolah. Selain itu kawan-kawan saya ya kawan disekolah. Dan benar sekali, dilingkungan sekolah saya tidak pernah sekalipun mengalami pembulian, kawan-kawan sekolah respek dengan saya. Ya, benar sekali yang membuli kebanyakan saudara sendiri. Meskipun  para pembuli terus beraksi saya masih berbaik hati pada mereka dan masih mau menganggap mereka. Selama menempuh study dibangku SMA itu saya berusaha keras belajar sebaik-baiknya, mengukir prestasi. Puji syukur prestasi akademik saya bagus (punya peringkat dan diperhitungkan disekolah alias bukan sembarang pelajar), selain itu penulis mengukir prestasi dibidang ekstrakurikuler sekolah dimana terpilih menjadi salah satu pengkibar bendera tingkat Kabupaten, dan juga ikut mengibarkan bendera  disalah satu event besar. Sekalipun saya tidak pernah menanggapi perkataan mereka-mereka yang membuli saya, sebaliknya penulis semakin bersemangat sekolah dan rajin belajar, serta mencetak prestasi! Bagaimana dengan para pembuli, satupun tidak ada yang memiliki jejak prestasi.

Ketika penulis memasuki bangku universitas untuk menempuh strata 1 atau S1, pem-bully-an itu makin keras, kenapa bisa terjadi? Karena banyak orang berpikir baik saudara maupun orang-orang sekitar bahwa saya benar-benar tidak layak masuk bangku universitas. Menurut para pem-bully, bapak saya itu orang kere alias miskin tidak punya uang jadi kenapa harus kuliah segala yang akan banyak menghabiskan uang dan sia-sia. Kata mereka, "bapaknya miskin ya gak usah gaya pake kuliah segala, anak tidak tahu diri!", itu kata para pem-bully, padahal mereka saudara sendiri bukannya membantu bapak saya malah membuli penulis. Apa reaksi penulis? Penulis sama sekali tidak merespon juga tidak menanggapi apa kata mereka. Tidak pernah sekali pun saya angkat bicara, fokus dengan study. Penulis bekerja keras untuk study saya itu, semakin bersemangat untuk mengukir prestasi. Puji syukur, 3,5 tahun saya sudah menggenggam Sarjana Ekonomi dan menjadi lulusan terbaik saat wisuda. Sementara para pem-bully? Tidak ada satupun diantara mereka atau anak-anak mereka yang bisa menyamai rekor penulis hingga tulisan ini di publish. Pernah ada saudara berkata, "oh saya sih tidak ada bangga-bangganya sama kamu bla bla...." Well, lah ngapain harus bangga sama saya, kan saya yang meraih gelar Sarjana Ekonomi hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan menyandang sebagai lulusan terbaik, kerja keras saya itu adalah hanya untuk kebanggaan bapak saya sendiri bukan untuk orang lain, carilah sendiri kebanggan itu dan berprestasilah sendiri jangan membanggakan prestasi hasil kerja keras orang lain, benar tidak? Bekerja keraslah untuk mencetak prestasi sendiri. Maklum pembuli ini tidak bisa sekolah S1 dikota Jogja, dan ia tidak menyangka bahwa penulis bisa sekolah S1 di kota Jogja, apalagi sebagai lulusan terbaik. Maka ada istilah, "tong kosong nyaring bunyinya." Baru juga sekolah S1 Ekonomi dikota Jogja ya, padahal saat ini penulis sudah mengenggam sertifikat dari hasil kelas saya di Harvard University, California of University, Berkeley, serta Curtin University. Dan penulis masih akan lanjut sekolah terus untuk meraih Ph.D. Hmm..bisa dibayangkan bagaimana reaksi para pembuli pada penulis, jelas makin benci dan tidak suka. Peduli kah saya? Tentu saja penulis tidak peduli, sebaliknya saya/ penulis terus mengibarkan sayap lebar-lebar untuk terbang tinggi, tinggi, dan tinggi.

Satu tahun setelah wisuda bapak saya meninggal,  para pem-bully nampaknya belum juga puas merendahkan dan mengolok penulis. Ini kata mereka, "mana hasilnya sudah disekolahin habis duit banyak tidak jadi apa-apa!", mereka juga berkata bahwa saya ini pembunuh bapak saya karena menghabiskan uang banyak untuk sekolah tapi tidak jadi apa-apa. Sampai penulis sudah menikah para pem-bully itu juga merendahkan suami penulis karena dipikir suami saya bukan orang berpendidikan. Tidak hanya itu, mereka pun merendahkan penulis yang katanya hanya ibu rumahtangga tidak punya kerja bla bla... Dipikir saya ini seperti ibu rumahtangga kebanyakan. Baca disini apa yang sudah saya raih selama menjadi ibu rumahtangga https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/02/10-tahun-berkarier-sebagai-ibu.html Ketika penulis pindah domisili di Singapura, para pembuli itu berkata bahwa saya sombong lupa daratan, lupa saudara, lupa teman bla bla... Ada juga yang sampai berkata, "alah asal saja dari kampung, rumah cuma samping tanggul, tapi bergaya tinggal diluar negeri segala..." Yup, pembulian itu luar biasa kejamnya bukan sampai harus menyangkut-nyangkut rumah jelek bapak saya yang samping tanggul itu. Para pem-bully itu baik saudara sendiri juga orang sekitar didesa sana tidak pernah puas merendahkan, mengolok-olok, serta mengejek penulis. Padahal saya tidak pernah mengganggu hidup mereka, minta-minta tolong juga tidak, ikut campur urusan mereka juga tidak berminat. Apa reaksi penulis dengan semua itu? Saya memilih diam dan fokus dengan apa yang hendak saya raih dimasa depan. Sementara para pem-bully itu dalam kenyataannya tidak pernah bisa meraih prestasi yang saya punya, kehidupan mereka/ para pembuli biasa seperti kebanyakan orang, dan saya/ penulis masih akan terus mengukir prestasi hingga detik ini.

Adik penulis-pun yang merupakan seorang tunagrahita tidak luput dari pem-bully, malah adik penulis direndahkan secara lisan bahkan secara fisik disakiti sejak masih balita. Ini sebuah kenyataan bahwa adik penulis itu tidak diterima dilingkungan keluarga sendiri (salah satu orangtua tidak bisa menerimanya), dijauhi saudara dimana tidak ada saudara yang mau main dengannya (saudara cuma lewat depan rumah, menyapa adik penulis-pun tidak), direndahkan orang-orang sekitar, disekolah diganggu, saat sudah mulai bekerja diumur 15 tahun adik saya dicelakakan ditempat kerja oleh para pembuli. Ya, meskipun seorang tunagrahita adik saya itu sudah mulai kerja ketika umur 15 tahun karena seseorang yang punya bisnis berbaik hati dengan mengajak adik bekerja. Adik saya ketika itu semangat sekali bekerja, tidak pernah mengeluh, dan pendapatannya (tiap bulan) sama seperti anak-anak normal sebayanya. Tapi dibuli dan dicelakakan ditempat kerja, malang sekali.  Para pembuli adik saya ditempat kerjanya itu adalah anak-anak kampung yang katanya normal tapi tidak mau sekolah dan berakhir bekerja hanya serabutan dan tidak jelas. Sampai sekarang adik penulis itu masih ingat dengan kejadian pahit dimasa lalunya. Karena adik saya tunagrahita itu ada saudara yang secara tidak langsung merendahkan penulis. Katanya, "adik saya bukan orang sekolahan, tidak mampu sekolah bla bla...". Bahkan setelah bapak penulis meninggal-pun tidak ada satupun saudara (apalagi yang meng-claim kaya) untuk membantu penulis mengirim adik saya itu kesekolah. Puji syukur, pada akhirnya penulis mampu mengirimnya sekolah. Puji syukur, adik saya itu punya pengalaman hidup yang bahkan orang normal pun tidak bisa dengan mudah mendapatkannya. Para pembuli/ mereka-mereka tidak ada satu pun yang memilki pengalaman hidup seperti adik penulis, his life is wonderful! 👍😊. Bahkan budi pekerti dan moralnya jauh lebih baik adik saya yang tunagrahita itu dibandingkan dengan para pembuli-nya. Dan saya pastikan kehidupan para pembuli itu biasa saja. 

Penulis/ saya bersyukur karena punya bapak yang bisa memberikan contoh serta teladan yang baik untuk saya. Ya, saya bisa melewati masa-masa sulit itu karena bapak saya mengajarkan untuk fokus dengan sekolah dan tidak perlu mengurusi para pembuli. Karena apa? Karena masa depan adalah hal terpenting yang harus dipersiapkan ketimbang mengurusi dan merespon para pembuli. Biarkan saja terserah-serah para pembuli mau berkata apa, diamkan saja. Fokus study, study, study! Bapak saya mengajarkan saya bahwa dengan sekolah kehidupan kita dimasa depan akan lebih baik atau bahkan bisa terbaik diantara yang terbaik. Benar sekali, bapak saya sendirilah yang menanamkan dan men-set up otak saya sejak masih kanak-kanak bahwa sekolah itu penting dan harus punya impian tinggi. Apa yang kita tanam itulah yang kita petik, menanam kebaikan berkah akan kita dapat, bekerja keras untuk menggapai impian masa depan terbaiklah yang akan kita dapat. Saya juga melihat kesabaran yang luar biasa pada bapak saya itu, ketika kehidupannya jatuh dan banyak direndahkan orang, bapak saya malah terus bersemangat bekerja meski hanya buruh pabrik, tapi hasilnya luar biasa beliau mampu mengirim saya sekolah Strata 1 Ekonomi kekota Yogyakarta, dan semua orang tercengang, kaget, dan shock!. Maka dari itu penulis belajar untuk bersabar juga ketika diejek-ejek, direndahkan, dan dibuli. Tak butuh waktu lama, diumur 27 tahun saya (dan suami) pindah domisili ke Singapura dimana sebelum pindah domisili ke Singapura kami tinggal di Jakarta Selatan, dan adik penulis-pun saya kirim sekolah dimana ia sangat bahagia punya banyak teman dan saudara baru. Artinya hanya kurang lebih 5 tahun setelah lulus S1 saya bisa menikmati hasil kerja keras saya. Buah dari kesabaran selama bertahun-tahun dibuli dan direndahkan. Itulah sebabnya kenapa penulis/ saya selalu bilang, "my life is wonderful!". Sekarang bila ditengok kebelakang, orang-orang yang membuli penulis kehidupan mereka tidak sehebat aksi pembuliannya. "When they go low, we go high." -  Michelle Obama "Always stay true to yourself and never let what somebody else says distract you from your goals." - Michelle Obama

Pesan apa sih yang hendak penulis sampaikan dalam artikel ini? Jangan pernah takut ketika kita di-bully dan dipandang rendah. Sekalipun kita asalnya orang biasa/ orang kampung/ rumah jelek&reyot, jangan pernah merasa rendah diri. Karena diluar sana banyak anak-anak kampung, anak-anak desa, anak-anak dari pulau terpencil, bahkan anak-anak yang asalnya dari gunung, mereka bisa berprestasi sampai keluar negeri, ada yang sekolah ke Amerika, dan negara Eropa seperti Jerman dan negara Eropa sekitarnya. Ukirlah prestasi dengan semangat sekolah dan rajin belajar. Tidak harus punya nilai matematika 10 dan juara 1 terus dikelas, tapi tentukanlah cita-cita setinggi bintang diangkasa dan belajarlah dengan rajin disekolah untuk menggapai cita-cita itu, tekun dan ulet. Jangan pernah takut untuk punya impian tinggi dan cita-cita tinggi, pepatah orang di Singapura bilang, "kalau tidak punya impian ya seperti ikan asin." Kalau sampai ada yang mengatakan kita gila dan tukang khayal karena kita punya impian tinggi, abaikan saja karena sejatinya para pembuli itu sendiri tidak tahu kedudukan mereka sendiri dan tidak tahu dimana ia berada serta tidak tahu mau bagaimana. Bila seseorang punya impian tinggi maka orang itu tidak punya waktu atau tidak mau membuang waktunya sia-sia hanya untuk merendahkan orang lain, benar tidak?  Maka, bangkitlah, tata, dan rencanakan masa depan sebaik-baiknya. Jangan sampai pembulian itu membuat hidup kita jatuh dan menelantarkan impian kita. Dulu pernah ada yang merendahkan saya dengan berkata, "alah kebanyakan rencana tapi tidak ada tujuan, dasar tukang khayal, gelo bla bla...." Dan yang terjadi kemudian adalah, justru karena saya merencanakan hidup dengan baik, bercita-cita sekolah setinggi-tingginya itulah yang mengantarkan saya bisa sampai saat ini. Harap maklum orang yang mengatakan penulis tukang khayal dan gila itu ia tidak bisa meraih prestasi seperti saya serta kehidupan yang saya punya. Diakui atau tidak diakuinya, pada dasarnya ia iri dengan apa yang orang lain raih, dan ia mengekpresikan rasa iri dengki-nya itu dengan merendahkan orang. Kenapa begitu? Karena ia merasa diri paling "wah" paling "ok" merasa diri paling pintar, merasa dirinya pasti akan punya masa depan yang lebih bagus dari orang sekitarnya, dan...reality-nya atau kenyataannya orang lain seperti penulislah yang bisa punya prestasi, berpendidikan tinggi dengan kehidupan masa depan terbaik, sementara dirinya tidak bisa meraih itu semua. Itulah reality para pembuli dimana sebenarnya mereka kecewa dengan dirinya sendiri, percaya atau tidak percaya para pembuli itu biasanya  kehidupannya tidak beres, hidupnya penuh dengan serba-serbi masalah. 

"What other people think about you is none of your business. So move on, let it go." Tidak perlu didengarkan apa kata mereka/ para pembuli. Jangan pernah engage dan jangan pernah respon atau menanggapi apa kata pembuli pada kalian. Fokuslah dengan apa yang ingin diraih dimasa, belajarlah dengan sungguh-sungguh disekolah. Kenapa sekolah? Karena sekolah adalah tempat untuk mengantarkan kita kepintu gerbang masa depan yang gemilang serta membukakan pintu masa depan itu. Memang ketika kita di-bully, direndahkan ada rasa sakit hati, tapi berusahalah untuk tegar dan kuat, tegak berdiri dan menguatkan sayap untuk terbang tinggi. Jadikan rasa sakit itu sebagai cambuk untuk semangat menggapai impian, berkarya, dan melakukan banyak hal positif. Percayalah, pada akhirnya prestasilah yang berbicara. Penulis pun merasa sakit hati ketika dibuli dan direndahkan apalagi ketika saudara sendiri yang membuli, tapi saya lebih jauh sakit hati bila nilai akademik sekolah saya jelek, saya jauh lebih sakit hati bila tidak bisa sekolah setinggi-tingginya, dan hati saya seperti tercabik-cabik bila saya ini tidak bisa membantu orang lain atau melakukan hal positif/ bermanfaat/ berguna untuk orang lain. Jadi rasa sakit hati karena dibuli buat penulis bukanlah perkara besar, yang saya lakukan move on , step forward, left them behind. Itu juga yang saya ajarkan pada adik saya untuk tidak usah mengingat-ingat rasa sakit hati yang dilakukan oleh para pembuli, lupakan dengan fokus sekolah, belajar, berkarya, serta nikamati kehidupan yang dipunya sekarang dimana dikelilingi oleh orang-orang dan teman-teman yang luar biasa sayang padanya. "our life is wonderful", itulah yang saya ajarkan pada adik saya satu-satunya itu. Maka untuk kawan sekalian diluar sana yang saat ini mengalami pembulian dan direndahkan orang, fokuslah dengan masa depan yang hendak diraih dimasa depan, move on! Rencanakan kehidupan dengan baik dan matang, dan ukirlah prestasi. Dan jangan pernah takut mengalami kegagalan, terus berusaha, bekerja keras, dan jangan pernah menyerah. Ada pribahasa berkata, "gajah mati meninggalkan gadingnya", jangan sia-siakan waktu yang ada, gunakan waktu yang ada sebaik mungkin untuk berkarya, berkarya dalam bidang apa saja selagi positif dan membangun, jangan pedulikan apa kata pembuli. Hidup ini cuma sekali, maka gunakan kesempatan dikehidupan ini untuk membangun prestasi, menghasilkan karya, sekolah yang tinggi, dan membantu sesama. Bila suatu saat kita telah tiada, maka jejak kebaikan serta prestasi itulah yang kita tinggalkan. Percayalah, prestasi yang akan berbicara.

Maka, untuk anak-anak diluar sana atau kawan sekalian diluar sana yang saat ini mungkin sedang mengalami pembulian atau direndahkan orang, mulailah untuk bangkit dan tata hidup kalian, serta fokus dengan apa yang hendak diraih dimasa depan. Jangan pernah dengarkan apa kata mereka/ pembuli, tetap fokus dan semangat belajar disekolah. Sekolahlah yang tinggi. Jangan sia-siakan energi dan waktu hanya untuk mengurusi/ merespon para pembuli. Sebaliknya gunakan waktu yang ada untuk melakukan banyak hal positif, berguna/ bermanfaat untuk orang lain maupun komuniti. Bungkam mereka/ para pembuli dengan prestasi 👍👍

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions
  • Dedicate to my father, the best of the best father in the world, Happy Father's Day 2020


COVID-19: Lebaran Ditengah Pandemi Di Singapura

Sudah seminggu lebih lamanya lebaran atau disebut Hari Raya oleh orang Singapura baru saja dirayakan. Tapi Hari Raya kali ini di Singapura berbeda tidak seperti Hari Raya sebelum-sebelumnya. Berbeda karena tahun ini dirayakan ditengah pandemi. Yup, Coronavirus sudah menjadi pendemi statusnya. Dan karena hal ini banyak mengubah kehidupan banyak orang. Lantas bagaimana perayaan Hari Raya di Singapura ditengah-tengah pandemi? Simak paragraf selanjutnya!

Sejak adanya kasus pertama dikonfirmasi di Singapura yaitu tanggal 23 Januari 2020 lalu, kita yang berdomisili di Singapura sudah bisa tahu dan membayangkan kedepan bahwa perayaan Hari Raya atau Lebaran akan berbeda karena terimbas outbreak Coronavirus. Tapi jujur saja, penulis sendiri tidak menyangka bahwa Coronavirus ini bakal menjadi pandemi. Waktu itu saya hanya berpikir coronavirus tidak akan menyebrang sampai ke benua Eropa dan Amerika. Yup, saya berpikir hanya di Asia. Tapi ternyata saya salah, 12 Maret 2020 WHO (World Health Organization) mendeklarasikan coronavirus berstatus pandemi. Tentu saja karena status pandemi ini dengan bertambah banyaknya kasus di Singapura, berimbas pada perayaan Hari Raya.

Bagaimana besarnya imbas dari pandemi coronavirus dalam perayaan Lebaran atau Hari Raya di Singapura? Tidak ada bazaar Lebaran! Di Singapura bazar Lebaran yang ada di Geylang Serai itu adalah simbol besar perayaan Lebaran di Singapura. Ribuan orang tiap hari tumpah ruah memadati bazar Lebaran di Geylang Serai selama 1 bulan lamanya. Bahkan sampai hari terakhir bazaar yaitu sehari sebelum Lebaran masih banyak orang berdatangan. Tidak hanya turis saja yang datang kesini, tapi warga Singapura baik muslim, non-muslim, tua-muda, kanak-kanak, semua berdatangan ke bazaar Lebaran Geylang Serai ini. Pada ngapain ribuan orang setiap hari tumpah ruah di bazaar ini? Ada yang mencari kebutuhan Hari Raya (beli kue-kue, hiasan-hiasan Hari Raya, baju-baju, karpet, dll), serta menikmati kuliner-kuliner/ makanan-makanan yang hanya ada di bazaar Lebaran. Kuliner-nya ini yang dicari dan ditunggu oleh banyak orang setiap tahunnya. Bazaar Lebaran Geylang Serai ini mempunyai magnet tersendiri. Dan tahun 2020 ini bazaar di Geylang Serai ini dibatalkan! Sepi, iya sepi tidak ada aktifitas diluar rumah, karena di Singapura dalam masa circuit breaker atau partial lockdown. 

Selain bazaar Geylang Serai dibatalkan, sejak diberlakukannya circuit breaker diminggu awal April 2020 lalu, semua tempat ibadah ditutup termasuk masjid-masjid. Bahkan sebelum diberlakukan circuit breaker gereja-gereja sudah ditutup karena ada kasus lokal digereja. Di temple-pun sama sudah sepi aktifitas, orang kalau mau mengirim doa/ merayakan perayaan tertentu, mereka minta tolong pengurus temple untuk membuatkan offering-nya. Jadi, di temple juga sepi. Nah, karena masjid tutup bisa dibayangkan biasanya orang-orang muslim di Singapura sholat tarawih di masjid, mungkin ada acara dimasjid selama Ramadhan/ puasa, tidak ada aktifitas itu semua. Dan sholat Ied di masjid jelas tidak ada. Kegiatan tarawih dan sholat Ied dilakukan dirumah masing-masing. Penulis salut dengan warga muslim di Singapura, mereka bisa memahami keadaan bahwa kita sedang mengalami krisis karena coronavirus. Dan mereka sangat memahami kenapa masjid harus ditutup. Jadi, di Singapura tidak ada protes-protes serta aktifitas negatif memprotes pemerintah, karena kita semua sadar dan paham betul akan bahaya-nya coronavirus. Kalau saya boleh bilang karena di Singapura orang-orangnya berpendidikan semua termasuk warga muslim-nya berpendidikan. Jadi warga paham betul apa yang terjadi. Yup, Semua umat beragama di Singapura beribadah dirumah masing-masing. 

Kegiatan gathering atau makan-makan atau kumpul-kumpul untuk buka puasa bersama pun tidak ada di Singapura, sekalipun dengan keluarga sendiri tidak ada. Kalau mau buka puasa bersama dengan anggota keluarga yang lain atau bahkan orangtua sendiri, warga muslim di Singapura melakukannya dengan video call, berbuka puasa bersama tapi dirumah masing-masing. Bahkan yang punya orangtua tinggal hanya diblok seberang saja tidak ada acara kunjung-mengunjungi apalagi gathering atau kumpul-kumpul untuk buka puasa bersama dan kunjungan Hari Raya. Saat Hari Raya atau Lebaran, semua warga muslim Singapura ber Hari Raya dirumah masing-masing. Saya salut!👍👍

Untuk kami, biasanya kami berbagi kue-kue atau jajanan dengan tetangga jelang Hari Raya atau Lebaran, saling berbagi atau bertukar jajanan jelang Hari Raya. Yup, meskipun kami semua berbeda-beda tapi kita saling rukun dengan tetangga. Maka jangan heran bila kami mempunyai 3 perayaan dalam setahun, Christmas, Chinese New Year, Hari Raya. Setiap perayaan itu kami saling berbagi dengan tetangga. Biasanya saling mengunjungi dengan membawa kue/ jajanan dan ngobrol sebentar hanya sekedar menanyakan kabar (karena hari biasa semua orang sibuk dengan aktifitas masing-masing). Sedihnya, Hari Raya tahun 2020 ini kami tidak bisa melakukan tradisi itu karena kita paham betul apa itu namanya social distancing dan social responsible. Kalau orang paham apa itu maksudnya untuk jaga jarak dan harus punya tanggungjawab sosial (kesehatan publik), kita pasti tidak akan melakukan gathering, sholat Ied, juga kunjung-mengujungi saat Lebaran atau Hari Raya. Kita sebagai warga harus ikut serta memerangi coronavirus, memotong rantai penyebaran.

Tapi, ada tapinya, meskipun penulis tidak membagi-bagi kue/ jajanan pada tetangga, tetapi...malah ada yang mengirimi kami paket (delivery) yaitu satu basket es krim, ada yang mengirim kue muffin, serta ada yang memberi kue kering, dan kue pie buah-buahan! 2 hari sebelum ada yang delivery es krim memang penulis ingin es krim, belum sempat beli tidak disangka 2 hari kemudian ada yang mengirim es krim, dan es krim-nya itu es krim buah-buahan (saya suka es krim buah-buahan), banyak pula! Ingin pisang ada yang memberi pisang bareng dengan delivery es krim itu. Kemudian ingin kue buah ada yang memberi pie buah-buahan dengan isi lychee, dan buah lychee ini memang waktu itu ingin beli tapi tidak ingin makan banyak-banyak, dan ternyata ada yang memberi dengan jumlah yang pas. Sementara kue, waktu itu saya ingin kue kering tapi berbeda dan tidak ingin beli banyak, malah ada yang memberi kue yang sangat berbeda yaitu kue kering pandan. Untuk kue muffin sendiri, kue muffin suami penulis memang suka apalagi cokelat, suka sekali suami saya dengan cokelat. YUP! Semua yang saya inginkan datang sendiri kerumah tanpa kami harus membelinya dan datangnya itu langsung. Kalau suami penulis bilang, "Yang Diatas tahu dan sayang kamu, kita membantu orang lain, kita diberi berkah".  Maka tetaplah berpikir positif dalam masa krisis seperti sekarang, dan jangan banyak mengeluh. Karena kami dirumah mendapat berkah Hari Raya ditengah pandemi.

Itulah sedikit gambaran tentang bagaimana Hari Raya atau Lebaran di Singapura ditengah masa pandemi atau krisis coronavirus. Sepi, iya memang sepi karena tidak ada aktifitas diluar rumah dimasa circuit breaker/ partial lockdown. Bahkan hari ini 2 Juni ketika circuit breaker sudah berakhir (1 Juni), warga-pun tetap diminta untuk tetap dirumah atau stay at home, bekerja kalau bisa tetap dari dirumah, keluar kalau penting saja (misal beli makanan/ obat), sekolah-pun tidak semua pelajar masuk kesekolah (dibagi-bagi), intinya masih ketat melakukan langkah pencegahan, dan masih berperang melawan coronavirus. "We must work together to win this battle, fight together and ease up together", Itulah spirit di Singapura. Semua warga disini do our part, play our part. Selamat Hari Raya 2020, temukan kemenangan yang sebenarnya itu dengan melakukan banyak hal positif dan berguna/ bermanfaat untuk orang lain. 👍😊

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...