Meja kerja suami penulis dirumah - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
"Work from home" atau dalam bahasa Indonesia disebut bekerja dari rumah, ini bukanlah hal baru baik untuk penulis maupun suami saya. Di perusahaan suami penulis memang membolehkan pekerjanya untuk bekerja dari rumah yaitu disebut remote dari sejak sebelum adanya virus COVID-19. Yup, perusahaan suami saya itu membolehkan pekerjanya bekerja dari rumah jika memang ada kondisi tertentu yang memang pekerjanya tidak bisa berangkat kekantor, misalnya kalau saya sakit, suami tetap bisa bekerja dengan cara remote dalam waktu yang bersamaan bisa menjaga saya dirumah. Atau memang disaat tertentu lebih hemat waktu untuk bekerja dirumah, misal ketika suami penulis meeting ketemu client, setelah jam meeting bisa kembali kerumah dan melanjutkan kerja dari rumah, ini diperbolehkan oleh perusahaan tempat suami penulis bekerja. Sementara untuk saya sendiri, sejak menikah saya bekerja dirumah menjadi seorang ibu rumahtangga. Huh, sejak kapan ibu rumahtangga jadi sebuah pekerjaan? Baca artikel saya tentang ibu rumahtangga adalah sebuah karier disini https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/02/10-tahun-berkarier-sebagai-ibu.html Jadi untuk saya sendiri sudah biasa bekerja dirumah.
Kerja remote atau bekerja dari rumah itu adalah hal biasa di negara-negara Eropa dan Amerika. Yup, kerja dari rumah itu bukanlah hal baru disana, malah kebanyakan orang Eropa dan Amerika lebih suka kerja remote alias bekerja dari rumah. Jadi, orang bekerja itu tidak harus keluar rumah berangkat dan pulang kantor setiap hari. Boleh dikatakan sudah jadi budaya "work from home" ini untuk orang Amerika dan Eropa. Di Amerika dan Eropa banyak sekali jenis pekerjaan yang kalau di Asia tidak pernah terpikirkan atau belum ada. Dan tentu membutuhkan skill, pengetahuan, serta mau terus untuk belajar. Itu sebabnya dunia kerja disana dinamis, terus bergerak, kalau seseorang tidak mau belajar dan belajar lagi, maka ia akan tertinggal dibelakang, karier-nya bakal stuck. Makanya banyak orang Eropa atau Amerika bertempat tinggal ditempat yang memang mereka ingin atau biasa disebut paradise-nya mereka, tetapi mereka tetap bisa bekerja yaitu remote. Misal bertempat tinggal di Austria, atau Ireland, tetapi bekerja diperusahaan yang ada di UK atau Germany dan kerjanya remote, kerja dari rumah. Ini sudah jadi hal biasa. Dan macam pekerjaan remote juga beragam.
Di Asia, bekerja dari rumah baru akhir-akhir ini dibicarakan ya karena virus COVID-19 menyebar luas keberbagai negara didunia. Bekerja dari rumah bukanlah budaya di Asia, benar, tidak? Di Asia yang namanya orang bekerja ya berangkat kekantor atau ketempat kerja, setiap hari terus begitu travel pulang/ pergi. Orang di Asia kalau melihat ada orang dirumah pasti langsung berpikir, "dirumah tidak bekerja kah?". Apalagi kalau lihat seorang wanita ibu rumahtangga pasti langsung bilang, "oh ibu rumahtangga thoo tidak kerja ya..dirumah terus tidak bosen kah....". Itulah orang Asia. Padahal kalau di Eropa dan Amerika bekerja dari rumah itu sudah jadi budaya. Ada banyak hal yang dikerjakan dari rumah selain kerja remote. Tidak hanya kerja dari rumah, sekolah dirumah pun juga sudah jadi budaya atau hal biasa disana. Banyak ya anak-anak Amerika sekolah homeschooling, sekolah dari rumah dan gurunya adalah orangtuanya sendiri setiap hari. Bukan sekolah online lhoo yang ada guru online-nya atau mendatangkan guru kerumah lhoo, tetapi sekolah dirumah dimana gurunya adalah orangtuanya sendiri. Jadi misal bertempat tinggal di Singapura tapi bisa sekolah disekolah asal Amerika dengan cara sekolah dirumah ini, dimana sekolah mengirim buku-buku dan kurikulum serta panduan yang harus dipenuhi si anak, dan orangtua bertugas menjadi pembimbing alias gurunya si anak. Sekolah model begini yaitu sekolah dirumah dari TK sampai SMA sekolah dari rumah adalah hal biasa di Amerika dimana orangtua biasanya ibu-nya si anak sendiri yang menjadi guru. Itu kalau di Amerika sana, beda dengan Asia.
Nah, sejak hari senin 23 Maret 2020, suami penulis full time kerja remote atau disebut dengan bekerja dirumah karena virus COVID-19. Sebenarnya dari pemerintah Singapura sudah bisa mengkontrol situasi dan keadaan. Tetapi semakin hari semakin ketat peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk menjaga keamanan warganya. Oleh karenanya saat sekarang ini praktis social distancing sudah harus diberlakukan. Bahkan kementerian tenaga kerja Singapura sudah inspeksi diperusahaan-perusahaan. Karena kalau sebuah perusahaan tidak menerapkan praktis social distancing, perusahaan bisa kena sanksi dari pemerintah. Dalam praktis social distancing ini dalam penerapannya tidak semua perusahaan mengimplementasikan dimana pekerjanya untuk kerja dari rumah atau remote. Jadi ada perusahaan yang menerapkan social distancing dengan cara memberi jarak antar meja kerja pekerjanya minimal 1 meter antar satu dengan yang lain. Jadi para pekerja tetap masuk kerja kekantor. Dan saya bersyukur karena perusahaan suami malah justru mengharuskan pekerjanya kerja remote saja, dan bagi yang ingin kerja dengan berangkat kekantor justru harus memberi alasan kuat kenapa harus kerja dikantor. Itulah diperusahaan tempat suami penulis bekerja, mengharuskan pekerjanya untuk kerja remote.
Bagaimana sih sebenarnya kerja dari rumah itu? Kerja dari rumah atau kerja remote, ya kerja seperti jam kerja sehari-hari dikantor , sudah mulai kerja jam 9 pagi, selesai kerja jam 6 sore. Kalau memang harus menyelesaikan pekerjaan ya jam kerja nambah bisa sampai jam 7 malam atau jam 8 malam baru selesai kerja. Nah, seperti pada umumnya ketika kerja berangkat kekantor, jam istirahat ya harus istirahat untuk makan siang atau hanya sekedar ketoilet. Jam istirahat selesai ya kembali lagi bekerja. Jadi tetap disiplin meskipun kerja dari rumah, tidak ada atasan atau rekan kerja yang mengawasi kita. Dan ini yang banyak orang salah kaprah mendefinisikan kerja dari rumah. Biasanya karena mentang-mentang kerja dari rumah terus jam mulai kerjanya seenak-enaknya, misal baru mulai kerja jam 10 pagi atau tengah hari, baru kerja sejam dua jam chit chat haha hihi media sosial-an, atau kerja nyantai-nyantai. Tidak demikian ya, kerja dari rumah ya tetap harus disiplin, kerja mulai jam 9 pagi sampai dengan selesai jam kantor.
Lantas bagaimana dengan pakaian untuk kerja dari rumah? Tentu saja tetap dengan pakaian rapi, sopan, bersih, dan kita pun harus rapi. Tetap ya bagun pagi seperti hendak berangkat kekantor, mandi, bersih, dan berpakaian rapi. Karena kerja remote atau kerja dari rumah bakal sering conference, meeting dengan client. Dan meeting-nya tentu saja tatap muka dengan video live. Oleh karenanya meski bekerja dari rumah tetap harus berpakaian rapi, sopan, dan bersih, penampilan juga bersih. Jangan belum mandi belum ganti pakaian layak/ sopan untuk meeting dengan client terus malah conference. Lah dilihat client, atasan, tentu tidak baik kesannya. Itu dari segi kesopanan pakaian.
Sekarang kita membicarakan support, apa saja sih yang menunjang berjalan baik atau tidaknya kerja remote atau kerja dari rumah ini? Untuk bisa sukses menjalankan kerja remote tentu saja ada banyak hal yang men-support. Apa saja itu? Nomer satu punya ruangan atau tempat kerjanya atau tidak. Kenapa ini nomer satu? Karena kalau mau kerja dari rumah tentu saja harus punya ruangan/ tempat kerja yang istilahnya "secure". Maksudnya bagaimana? Maksudnya "secure" adalah selama bekerja tidak ada hal yang menganggu, tidak ada gangguan. Sekarang bayangkan saja kalau kerja dari rumah, terus duduk di living room tentu akan ada banyak hal gangguan, misal pet, anak (bagi yang sudah anak), belum diganggu karena suara mesin cuci, tetangga lewat dan sebagainnya. Oleh karenanya punya ruang kerja sendiri itu lebih baik kalau hendak kerja remote. Nomer dua adalah internet, kudu punya internet dirumah. Kenapa? Karena kerja dari rumah setiap hari bakal conference dengan team, dengan atasan, bahkan dengan client. Meeting dan coference, itu bakal menjadi makanan sehari-hari bila memilih kerja dari rumah. Dan tentu saja internet akan men-support pekerjaan kita. Selain dua hal penting diatas, tentu ada hal-hal lain yang menunjang sukses tidaknya bekerja dari rumah atau remote yaitu meja kerja setara dengan dikantor atau hampir setara dengan meja kerja yang ada dikantor, kursi duduk, laptop, komputer layar besar, dan peralatan lainnya seperti printer juga harus ada.
Wah, ternyata lumayan ribet ya bila hendak bekerja remote? Tentu saja karena ada banyak hal yang harus diperhatikan terutama tentang kesiapan diri dimana harus tetap disiplin kerjanya, segala macam support untuk menunjang kerja remote harus siap fasilitasnya. Selain itu kesiapan mental, karena kerja dirumah itu seperti kerja seorang diri disebuah ruangan. Karena ada orang yang tidak suka kerja remote dengan alasan bosen tidak ada teman kerja disampingnya.
Itulah yang disebut dengan kerja dari rumah. Tentu untuk saat ini banyak diantara kawan sekalian yang kerja dari rumah karena virus COVID-19 sudah menyebar keberbagai negara didunia. Tetaplah semangat untuk terus berkarya meski dalam keadaan krisis. Jangan karena ada situasi tertentu seperti situasi Coronavirus ini membuat kita jadi malas dan tidak berkarya. Berkaryalah sekecil apapun itu. Percayalah sekecil apapun karya yang kita hasilkan selagi positif apalagi bermanfaat untuk orang lain itu akan sangat berharga nilainya. Stay safe, keep calm, and stay strong! πͺ
Note:
Kerja remote atau bekerja dari rumah itu adalah hal biasa di negara-negara Eropa dan Amerika. Yup, kerja dari rumah itu bukanlah hal baru disana, malah kebanyakan orang Eropa dan Amerika lebih suka kerja remote alias bekerja dari rumah. Jadi, orang bekerja itu tidak harus keluar rumah berangkat dan pulang kantor setiap hari. Boleh dikatakan sudah jadi budaya "work from home" ini untuk orang Amerika dan Eropa. Di Amerika dan Eropa banyak sekali jenis pekerjaan yang kalau di Asia tidak pernah terpikirkan atau belum ada. Dan tentu membutuhkan skill, pengetahuan, serta mau terus untuk belajar. Itu sebabnya dunia kerja disana dinamis, terus bergerak, kalau seseorang tidak mau belajar dan belajar lagi, maka ia akan tertinggal dibelakang, karier-nya bakal stuck. Makanya banyak orang Eropa atau Amerika bertempat tinggal ditempat yang memang mereka ingin atau biasa disebut paradise-nya mereka, tetapi mereka tetap bisa bekerja yaitu remote. Misal bertempat tinggal di Austria, atau Ireland, tetapi bekerja diperusahaan yang ada di UK atau Germany dan kerjanya remote, kerja dari rumah. Ini sudah jadi hal biasa. Dan macam pekerjaan remote juga beragam.
Di Asia, bekerja dari rumah baru akhir-akhir ini dibicarakan ya karena virus COVID-19 menyebar luas keberbagai negara didunia. Bekerja dari rumah bukanlah budaya di Asia, benar, tidak? Di Asia yang namanya orang bekerja ya berangkat kekantor atau ketempat kerja, setiap hari terus begitu travel pulang/ pergi. Orang di Asia kalau melihat ada orang dirumah pasti langsung berpikir, "dirumah tidak bekerja kah?". Apalagi kalau lihat seorang wanita ibu rumahtangga pasti langsung bilang, "oh ibu rumahtangga thoo tidak kerja ya..dirumah terus tidak bosen kah....". Itulah orang Asia. Padahal kalau di Eropa dan Amerika bekerja dari rumah itu sudah jadi budaya. Ada banyak hal yang dikerjakan dari rumah selain kerja remote. Tidak hanya kerja dari rumah, sekolah dirumah pun juga sudah jadi budaya atau hal biasa disana. Banyak ya anak-anak Amerika sekolah homeschooling, sekolah dari rumah dan gurunya adalah orangtuanya sendiri setiap hari. Bukan sekolah online lhoo yang ada guru online-nya atau mendatangkan guru kerumah lhoo, tetapi sekolah dirumah dimana gurunya adalah orangtuanya sendiri. Jadi misal bertempat tinggal di Singapura tapi bisa sekolah disekolah asal Amerika dengan cara sekolah dirumah ini, dimana sekolah mengirim buku-buku dan kurikulum serta panduan yang harus dipenuhi si anak, dan orangtua bertugas menjadi pembimbing alias gurunya si anak. Sekolah model begini yaitu sekolah dirumah dari TK sampai SMA sekolah dari rumah adalah hal biasa di Amerika dimana orangtua biasanya ibu-nya si anak sendiri yang menjadi guru. Itu kalau di Amerika sana, beda dengan Asia.
Nah, sejak hari senin 23 Maret 2020, suami penulis full time kerja remote atau disebut dengan bekerja dirumah karena virus COVID-19. Sebenarnya dari pemerintah Singapura sudah bisa mengkontrol situasi dan keadaan. Tetapi semakin hari semakin ketat peraturan yang dikeluarkan pemerintah untuk menjaga keamanan warganya. Oleh karenanya saat sekarang ini praktis social distancing sudah harus diberlakukan. Bahkan kementerian tenaga kerja Singapura sudah inspeksi diperusahaan-perusahaan. Karena kalau sebuah perusahaan tidak menerapkan praktis social distancing, perusahaan bisa kena sanksi dari pemerintah. Dalam praktis social distancing ini dalam penerapannya tidak semua perusahaan mengimplementasikan dimana pekerjanya untuk kerja dari rumah atau remote. Jadi ada perusahaan yang menerapkan social distancing dengan cara memberi jarak antar meja kerja pekerjanya minimal 1 meter antar satu dengan yang lain. Jadi para pekerja tetap masuk kerja kekantor. Dan saya bersyukur karena perusahaan suami malah justru mengharuskan pekerjanya kerja remote saja, dan bagi yang ingin kerja dengan berangkat kekantor justru harus memberi alasan kuat kenapa harus kerja dikantor. Itulah diperusahaan tempat suami penulis bekerja, mengharuskan pekerjanya untuk kerja remote.
Bagaimana sih sebenarnya kerja dari rumah itu? Kerja dari rumah atau kerja remote, ya kerja seperti jam kerja sehari-hari dikantor , sudah mulai kerja jam 9 pagi, selesai kerja jam 6 sore. Kalau memang harus menyelesaikan pekerjaan ya jam kerja nambah bisa sampai jam 7 malam atau jam 8 malam baru selesai kerja. Nah, seperti pada umumnya ketika kerja berangkat kekantor, jam istirahat ya harus istirahat untuk makan siang atau hanya sekedar ketoilet. Jam istirahat selesai ya kembali lagi bekerja. Jadi tetap disiplin meskipun kerja dari rumah, tidak ada atasan atau rekan kerja yang mengawasi kita. Dan ini yang banyak orang salah kaprah mendefinisikan kerja dari rumah. Biasanya karena mentang-mentang kerja dari rumah terus jam mulai kerjanya seenak-enaknya, misal baru mulai kerja jam 10 pagi atau tengah hari, baru kerja sejam dua jam chit chat haha hihi media sosial-an, atau kerja nyantai-nyantai. Tidak demikian ya, kerja dari rumah ya tetap harus disiplin, kerja mulai jam 9 pagi sampai dengan selesai jam kantor.
Meja kerja penulis dirumah - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
Sekarang kita membicarakan support, apa saja sih yang menunjang berjalan baik atau tidaknya kerja remote atau kerja dari rumah ini? Untuk bisa sukses menjalankan kerja remote tentu saja ada banyak hal yang men-support. Apa saja itu? Nomer satu punya ruangan atau tempat kerjanya atau tidak. Kenapa ini nomer satu? Karena kalau mau kerja dari rumah tentu saja harus punya ruangan/ tempat kerja yang istilahnya "secure". Maksudnya bagaimana? Maksudnya "secure" adalah selama bekerja tidak ada hal yang menganggu, tidak ada gangguan. Sekarang bayangkan saja kalau kerja dari rumah, terus duduk di living room tentu akan ada banyak hal gangguan, misal pet, anak (bagi yang sudah anak), belum diganggu karena suara mesin cuci, tetangga lewat dan sebagainnya. Oleh karenanya punya ruang kerja sendiri itu lebih baik kalau hendak kerja remote. Nomer dua adalah internet, kudu punya internet dirumah. Kenapa? Karena kerja dari rumah setiap hari bakal conference dengan team, dengan atasan, bahkan dengan client. Meeting dan coference, itu bakal menjadi makanan sehari-hari bila memilih kerja dari rumah. Dan tentu saja internet akan men-support pekerjaan kita. Selain dua hal penting diatas, tentu ada hal-hal lain yang menunjang sukses tidaknya bekerja dari rumah atau remote yaitu meja kerja setara dengan dikantor atau hampir setara dengan meja kerja yang ada dikantor, kursi duduk, laptop, komputer layar besar, dan peralatan lainnya seperti printer juga harus ada.
Wah, ternyata lumayan ribet ya bila hendak bekerja remote? Tentu saja karena ada banyak hal yang harus diperhatikan terutama tentang kesiapan diri dimana harus tetap disiplin kerjanya, segala macam support untuk menunjang kerja remote harus siap fasilitasnya. Selain itu kesiapan mental, karena kerja dirumah itu seperti kerja seorang diri disebuah ruangan. Karena ada orang yang tidak suka kerja remote dengan alasan bosen tidak ada teman kerja disampingnya.
Itulah yang disebut dengan kerja dari rumah. Tentu untuk saat ini banyak diantara kawan sekalian yang kerja dari rumah karena virus COVID-19 sudah menyebar keberbagai negara didunia. Tetaplah semangat untuk terus berkarya meski dalam keadaan krisis. Jangan karena ada situasi tertentu seperti situasi Coronavirus ini membuat kita jadi malas dan tidak berkarya. Berkaryalah sekecil apapun itu. Percayalah sekecil apapun karya yang kita hasilkan selagi positif apalagi bermanfaat untuk orang lain itu akan sangat berharga nilainya. Stay safe, keep calm, and stay strong! πͺ
Note:
- Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Do not copy this article without permissions
- Do not reuse these photographs anywhere else without permissions