Kami (saya dan suami) selalu bersyukur dengan apa yang telah kami dapatkan hingga bisa berdiri tegak seperti sekarang. Semua ini kami mulai dari “zero” alias nol, ya tabungan kami nol Rupiah saat memulai kehidupan baru setelah menikah. Dan sudah hampir 7 tahun kami tinggal di Singapura. 1 atau 2 bulan lagi genap 7 tahun. Kira-kira apa saja sih yang sudah kami pelajari/ pelajaran apa yang sudah kami dapatkan setelah tinggal di Singapura?
Saya tahu dan paham, untuk kita yang berasal dari Indonesia disekolah kita sudah diajari untuk toleransi. Saya yakin kawan sekalian sudah menelan pelajaran PPKN disekolah yang mengajarkan kita untuk bertoleransi dengan kawan, tetangga, atau kenalan kita yang berbeda suku, agama, dan budaya, bukan? Hidup rukun dalam perbedaan. Setelah tinggal di Singapura ini saya merasakan keharmonisasian kehidupan masyarakat yang berbeda-beda.
Dari awal kami datang dan tinggal di Singapura kami memilih tempat yang memang menurut kami cocok dan sesuai dengan keinginan kami. Dari sejak awal tetangga kami beragam, ada yang etnis Cina Buddist, Chinese Christian, Malay muslim, Indian Hindu juga ada. Dulu ditempat tinggal kami yang pertama, ada yang Muslim Chinese juga. Dikantor, suami berteman dengan beragam orang dengan budaya yang berbeda-beda.
Kalau ada acara Mooncake festival, semua warga ikut. Ada acara buka puasa bersama, semua warga bisa ikut. Apalagi acara Harmony Day, semua warga berdatangan. Acara-acara yang diadakan di Community Club, semuanya terbuka untuk warga tanpa memandang etnis, agama, maupun bahasa. Saya pernah ditanya orang, “eh di Singapura ada perayaan Lebaran, itu kawan Indonesia semua ya?”. Saya cuma tersenyum saja, saya katakan semua yang datang di acara itu (Acara Hari Raya Puasa/ Lebaran) adalah warga sekitar rumah alias warga local Singapura. Yang datang ada yang Malay, Chinese, juga Indian. Dari beragam acara di Community Club, kalau ada waktunya kami selalu ikut.
Kue Christmas dari tetangga kami. Meskipun berbeda tapi kami hidup rukun dan harmonis. Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
Christmas baru saja berlalu, ada tetangga kami yang merayakan maka dengan senang hati kami ikut berbahagia dengan membagi cokelat dan hadiah kecil hasil karya saya sendiri. Sementara dirumah, kami juga kebanjiran cokelat dan jajanan dikasih orang. Dan tetangga baik kami memberikan kue Christmas pada kami. Bagaimana dengan Chinese New Year, Oh kami akan memberikan jeruk dan kue pada tetangga kami yang merayakan. Malah pernah ditempat tinggal kami yang pertama, tetangga kami memberikan jeruk, kue-kue, serta angpao!! Waoww!! kami terharu… Kalau Hari Raya Puasa/ Lebaran bagaimana? dengan senang hati kami memberikan jajanan yang biasanya kami beli dari Indonesia pada tetangga kami. Belajar menghargai dan menghormati orang lain yang berbeda, serta turut berbahagia bila ada tetangga, kawan, atau kenalan yang merayakan perayaan tertentu yang berbeda dengan kita. Dengan begitu kehidupan kita akan selalu sehat dan positif serta harmonis. Tak kalah penting hidup kita menjadi lebih bahagia.
Dulu pernah ada diacara TV seorang Auntie yang suka merawat bunga dan memasak telur untuk pekerja migrant yang mengambil sampah setiap hari. Auntie itu bilang kalau merawat bunga, bunganya berbunga orang-orang bisa melihat bunganya dan merasa senang, bahagia, dan mereka tersenyum. Dengan begitu maka kita memberikan orang lain kesenangan dan kebahagiaan dengan melihat bunga yang kita tanam. Maknanya dalam, bukan? Auntie ini juga memasak telur rebus ala chinese untuk pekerja migrant ini. Bebagi kebahagiaan dengan hal-hal yang simple dan sederhana.
Saya juga salut dengan orang-orang Singapura yang banyak berkarya diluar negeri sana dengan membantu sesama. Saya pernah lihat diacara TV, ada seorang anak muda baru lulus universitas dia memilih membantu anak-anak di Thailand. Ada lagi yang lain bekerja membantu para imigrant atau pengungsian diluar sana dimana wilayah kerjanya tentu saja berbahaya. Ada yang membantu petani didaerah Jawa Barat (saya lupa tempatnya), ada yang bergerak membantu korban gempa di Indonesia. Sementara didalam negeri sendiri ada banyak sekali aktifitas warga atau komunitas yang bergerak menolong warga sekitar, ada yang memasak dan membagikan makanan matang, membagikan bahan kebutuhan pokok, menemami warga tua, dan lain sebagainya. Lantas pelajaran apa yang bisa saya pelajari dari kesemua ini? Dan apa yang bisa saya lakukan?
Selain kegiatan diatas, saya sudah sejak lama berkebun di corridor, menanam tanaman berbunga, terkadang cabai, paprika, semangka pernah juga. Bisa dibaca disini aktifitas "berkebun" saya https://acikmdy-garden.blogspot.com/ Saya selalu katakan bahwa kegiatan saya ini bukanlah sebuah hobi melainkan sebuah gaya hidup dimana kita peduli dengan keasrian lingkungan sekitar yang dimulai dari rumah kita sendiri dengan menanam tanaman hijau dan bunga-bunga. Hasilnya tidak hanya membuat kita senang dan bahagia melihat bunga-bunga tersebut, namun membuat orang lain juga bahagia dengan memandang tanaman kita. Kadang-kadang kalau tanaman bunga saya berlebih, saya bagikan pada tetangga yang suka tanaman.
3. Menata Masa Depan dan Hari Tua Sebaik Mungkin
Pernah tetangga kami (warga Singapura) ditempat yang lama bertanya pada saya ketika saya sedang memberi makan kucing liar diblok kami, “suami sudah pulang kerja?” Saya jawab “belum." Waktu itu jam sudah menunjuk pukul 9 malam. Katanya lagi,”Oh it’s Ok. mumpung masih muda mesti kerja keras biar nanti kalau sudah tua enak tidak susah." Ya, untuk suami saya sebagai orang yang bekerja dibidang IT, pulang kerja jam 12 malam itu biasa, dirumah masih harus lembur kerja sampai jam 4 pagi atau jam 5 pagi juga biasa. Jadi, kami tidak ada waktu santai-santai, haha hihi atau chit chat, kami tidak ada waktu untuk semua itu. Kami bahu-membahu menata masa depan sebaik mungkin. Waktu yang ada kami gunakan untuk berkarya dan terus belajar. Berkarya sekecil apapun, dan mau belajar dalam banyak bidang. Untuk apa semua itu? Supaya anak cucu memiliki masa depan yang cerah.
Peduli dengan hewan ini adalah hal baru dalam hidup saya. Dulu-dulu rasa kepedulian ini cuma sedikit, memandang hewan, ya hewan. Kalau sekarang setelah tinggal di Singapura berbeda. Kepedulian terhadap hewan bukan saja memiliki rasa empati, tapi memandang hewan adalah makluk hidup yang bernyawa dan memiliki haknya. Maksudnya gimana? Maksudnya kita tidak boleh menyakiti binatang/ hewan disekitar kita.
Dulu saya selalu heran, kenapa banyak warga sekitar yang memberi makan kucing-kucing liar. Dan makanan yang diberikan adalah makanan kering, atau makanan basah khusus untuk kucing. Mereka rela merogok uang untuk membeli makanan-makanan kucing tersebut untuk kemudian diberikan pada kucing-kucing liar disekitar. Lama-lama saya jadi paham bahwa kita harus peduli dan berempati pada hewan. Dari situ saya jadi ikut memberi makan kucing liar di blok kami tinggal. Tidak punya kucing, tapi selalu membeli makanan kucing setiap saat. Sampai akhirnya satu diantara kucing liar yang saya beri makan, saya adopsi. Dan sekarang sudah masuk tahun ke-lima si kucing bersama kami, dan kami beri nama Ichi. Ichi artinya satu dalam bahasa Jepang. Kalau ada yang bilang bahwa punya kucing adalah hobi, oh buat saya punya kucing bukanlah hobi, lucu-lucuan, atau kesukaan. Buat saya dan suami punya kucing adalah bentuk rasa peduli dan empati kami pada hewan. Dengan mengadopsi satu kucing liar saja, itu artinya kita menyelamatkan hewan tersebut.
5. Berkarya Sekecil Apapun Itu
Di Singapura, banyak saya temui ibu rumahtangga memiliki kegiatan sampingan. Yang bisa main piano, membuka les piano dirumah, yang suka tanaman bunga, budidaya bunga dirumah untuk kemudian dijual, yang bisa nyalon, buka salon dirumah, ada yang nge-blog, membuat video, ada yang jualan online, dan rasa-rasanya banyak sekali yang berjualan online. Macam-macam kan aktifitas ibu rumahtangga di Singapura. Tidak ada sekalipun saya menemui ibu rumahtangga yang suka ngerumpi, ngerujak siang-siang, apalagi haha hihi chit chat, tidak, tidak pernah menemui ibu rumahtangga yang seperti itu di Singapura.
Ibu rumahtangga di Singapura sibuk semua, pagi mengantar anak sekolah (bagi yang sudah punya anak), pulangnya kepasar, masak, laundry, dan bersih-bersih rumah. Patut untuk diketahui, bersih-bersih rumah bukan cuma sekedar sapu lantai dan cuci piring lhoo. Namanya membersihkan rumah bagi ibu rumahtangga di Singapura setiap harinya ya mengepel, vacuum, melap semua surface dirumah, menata barang dirumah, sampai semua bagian rumah rapi dan bersih. Percayalah, jam 5 sore belum selesai semua pekerjaan rumah itu. Tetapi meski sibuk dengan pekerjaan rumah, ibu rumahtangga di Singapura punya aktifitas pekerjaan lain, seperti yang sudah saya sebutkan diatas.
Lantas dapat pelajaran apa untuk saya? Sekecil apapun itu kita harus terus berkarya. Bagaimana dengan saya? Saya sendiri berkebun di corridor. Blog tentang berkebun saya bisa dilihat disini https://acikmdy-garden.blogspot.com/ Selain berkebun, saya sudah mulai membangun bisnis sejak 2017, link toko saya di Etsy https://www.etsy.com/shop/ichikraft Sejak tahun 2016 saya mulai mengikuti kelas online dari Universitas di Amerika seperti Harvard University dan University of California, Berkeley. Di tahun 2018 berhasil menyelesaikan program study dari universitas di Australia yaitu Micromaster dari Curtin University. Dan masih akan terus sekolah, belajar, berkarya, dan menolong sesama. Selain itu saya masih suka menulis jika punya waktu. Memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan berkarya sekecil apapun itu.
Ichikraft YouTube channel - Video creator, designer, business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy - Video editor: Rdz
Dulu kenalan baik kami ditempat lama adalah pasangan suami-istri dimana 2 anaknya sudah menikah. Waktu itu sang suami/ si bapak sudah hampir pensium, sementara sang istri memutuskan menjadi ibu rumahtangga setelah menikah. Anaknya yang sudah menikah dianjurkan untuk mandiri, keluar dari rumah orangtua, membeli/ menyewa flat sendiri serta mengurus anaknya sendiri. Kenalan kami ini tidak mau dititipi cucu. Si bapak ini berkata pada saya, “kalau sudah menikah harus mandiri dan bertanggungjawab pada keluarganya sendiri jangan tergantung pada keluarga dan orangtua. Kalau punya anak ya harus diurus sendiri, jangan merepotkan orangtua untuk mengasuh anak." Karena setiap minggu sering ketemu ditaman dan mengobrol, kami banyak belajar dari mereka tentang bagaimana kita menjalankan kehidupan dengan menjadi orang yang selalu mandiri dalam segala hal, dan apa-apa harus sendiri. Sampai dihari tua nanti juga harus mandiri tidak boleh tergantung dengan anak apalagi sampai meminta jatah uang tiap bulan pada anak.
Jujur saja, sebelum pindah dan menetap di Singapura, sewaktu tinggal di Jakarta saya tidak pernah memikirkan masalah makanan ini sehat kah, makanan itu kurang sehat kah, dan lain sebagainya. Setiap bulan belanja ya belanja saja tanpa memikirkan minyak goreng ini baik tidak untuk kesehatan, beras, gula, minuman, dan lainnya.
Jadi, kebiasaan hidup orang-orang Singapura dalam memilih makanan dan bahan makanan ini berpengaruh positif pada kebiasaan hidup kami untuk menjadi orang yang peduli akan makanan apa yang akan kita makan, bukan cuma asal makan. Boleh percaya atau tidak, setelah pindah ke Singapura saya jarang sekali terkena sakit flu/ batuk-pilek, dalam setahun belum tentu terkena flu, jadi tidak pernah sakit flu dan batuk selama setahun? Tidak. Saya itu kena flu dan batuk ketika berkunjung ke Indonesia. Boleh percaya, boleh tidak ya. Tapi itulah kenyataannya. Buat saya makanan sangat berpengaruh, termasuk lingkungan juga.
Makan buah, sayur, dan ikan atau daging, sudah menjadi kebiasaan atau gaya hidup. Dan untuk saya daging dilewati karena saya tidak suka makan daging. Vegetarian? Bukan. Ya tidak suka saja makan daging dan bisa mual dan muntah. Untuk gula, sudah sejak lama (sejak pindah Singapura) sudah tidak pernah lagi membeli gula. Jadi saya masak dirumah tidak pernah menggunakan gula dalam masakan apapun. Jikalau iya membeli gula, kami membeli gula stevia, inipun jarang beli. Blog resep-resep masakan saya bisa dilihat disini https://acikmdy-recipe.blogspot.com
Selain hal-hal diatas tentu masih ada banyak hal yang bisa kami pelajari selama tinggal di Singapura. Bila mau ditulis semua bisa menjadi novel. Karena ada banyak sekali, seperti misalnya disiplin dalam hidup, kebiasaan teratur dan mengantri dimanapun, menghargai waktu dengan melakukan hal bermanfaat dan berguna, menjadi orang terbuka, dan lain sebagainya.
Note:
- Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Video creator, designer, business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Video editor: Rdz
- Do not copy this article without permissions
- Do not reuse these photographs without permissions