Yuk, Intip Museum Benteng Vredeburg

 

IMAG0881

Diawal tahun 2013, tepatnya dipertengahan bulan januari yang lalu, kami (saya dan suami), berkesempatan untuk berlibur ke Yogyakarta. Salah satu tempat bersejarah yang kami kunjungi adalah Museum Benteng Vredeburg. Wah…penasaran sekali ada apa saja kah didalamnya?? Yuk, kita intip bersama-sama apa saja yang ada didalam banteng bersejarah itu.

IMAG0882

Untuk mencapainya/ menuju kesana (Museum Benteng Vredeburg), tidaklah jauh dari tempat penginapan kami, yang terletak di daerah prawirotaman. Mau naik angkutan bus kota, bisa…atau mau menggunakan transportasi Yogyakarta yang sama seperti Jakarta, juga bisa…dengan naik trans Jogja, atau mau yang santai, dengan bisa menikmati jalanan Yogyakarta yang terasa padat berasap jalanannya, juga bisa..dengan naik becak. Karena saat itu, pergi ketempat yang lain terlebih dahulu, yaitu kedaerah sekitar Jalan perintis kemerdekaan, maka dari sana kami memilih angkutan yang lebih gampang, dan langsung sampai ke Museum Benteng Vredeburg, yaitu naik trans Jogja saja, dengan ongkos hanya Rp 3.000;. Murah meriah kan…ongkosnya??

IMAG0883

Dengan angkutan Trans Jogja itu, kami turun di halte yang ada didepan Taman Pintar (atau halte taman pintar namanya?), dari sana hanya tinggal sejengkal saja sudah sampai di sebuah peninggalan sejarah perjuangan bangsa yang ada di Yogyakarta. Hanya tinggal menyeberang jalanan saja, dengan hati yang was-was. Maklumlah menyeberang disana bukan perkara mudah untuk kami, sekalipun menyeberang di zebra cross (tempat penyeberangan), tetap saja, kendaraan yang lewat tak mau mengalah dengan pejalan kaki yang jelas-jelas menyeberang lewat zebra cross. Tak bisa terbayangkan, bagaimana kalau menyeberang disembarang tempat, ini saja menyeberang ditempat yang benar saja, susahnya…bukan main!!

IMAG0891

Sebelum memasuki Museum Benteng Vredeburg, kita bisa sejenak melihat-lihat pedagang kaki lima yang berjajar. Hebatnya, dari jaman dulu sepuluh tahun yang lalu ketika masih studi di kota ini (Yogyakarta), hingga saat ini, pedagang kaki lima ini masih betah disana. Penjual apakah mereka?? Ya, mereka adalah penjual batu-batu cincin! Bagi para pria, yang suka memakai ataupun mengkoleksi cincin dengan bermata batu berwarna-warni (merah, hijau, hitam, biru, putih), disinilah tempat yang cocok untuk mencarinya. Selain menjajakan batu cincin, para pedagang ini juga menjual cermin, yang bisa langsung dibingkai ditempat. Selain menjual kedua benda tersebut, terkadang juga menjual kalender, dan poster-poster. Seru…kan..mau menuju Museum Benteng Vredeburg, bisa sekalian melihat-lihat barang-barang yang jarang-jarang kami lihat, yang dijajakan di pedagang kaki lima ini…

IMAG0912

Setelah melewati para pedagang kaki lima ini, Kita dapat melihat Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949, dari luar pagar Museum. Ya..karena monument itu juga adalah bagian dari Museum Benteng Vredeburg. Terkadang dihari-hari tertentu di monument ini ada pertunjukan karya seni, kadang juga dipakai untuk pertunjukan penyanyi dari ibu kota (Jakarta). Bila menengok kekanan ada monument itu (Monumen Serangan Oemoem 1 Maret 1949), maka dikala kita menengok kesebelah kiri dari monument itu, kita akan melihat sebuah karya seni lagi. Buat saya dan suami, karya seni ini baru, karena baru saat itu melihat untuk pertama kalinya. Berbentuk unik, yaitu berbentu kaki manusia, sampai kepaha, dan diatasnya menjulur-julur sebentuk akar pepohonan, unik kan….

IMAG0915

Selanjutnya, tanpa basa-basi lagi, kami masuk ke Museum Benteng Vredeburg. Sebelum memasuki gerbangnya, kami melewati halaman parkir terlebih dahulu, untuk selanjutnya melewati sebuah parit yang memang dahulunya sengaja dibuat, sebagai benteng pertahanan terluar. Kala melewati parit itu, pastinya saya dan suami melewati sebuah jembatan. Dijamannya, jembatan itu berupa jembatan yang bisa dinaikkan dan diturunkan (gantung), karena perkembangan jaman/ teknologi (termasuk kendaraan perang) jembatan ini berubah menjadi sebentuk jembatan permanen seperti sekarang ini. Ya, wajar saja karena ini merupakan sebuah benteng, biasanya kalau benteng pintu gerbangnya memang harus dibuat sulit dijangkau oleh musuh. Termasuk jembatan ini sebagai penguhubung antara dunia luar dengan pertahanan yang ada didalamnya. Sedang menikmati aliran air yang bersih di parit itu, tiba-tiba saja saya ingin memancing. Boleh kah memancing?? Keinginan itu timbul karena kami melihat ada orang yang sedang asik memancing disana. Duduk terpekur, konsentrasi dengan apa yang dilakukan (memancing).

IMAG0916

Akhirnya kamipun memasuki Museum ini (Benteng Vredeburg) melalui pintu gerbangnya. Disinilah tempat kita membeli tiket masuk Museum Benteng Vredeburg. Waktu itu, kami hanya mengeluarkan uang Rp 2.000;/ orang untuk membayar tiketnya. Jadi, kami berdua masuk banteng yang bersejarah itu hanya cukup mengeluarkan uang R p 4.000; saja. Sebuah wisata sejarah yang sangat murah meriah, bukan? Ditempat pembelian tiket inilah kita akan melihat selembar kertas informasi yang ditempel dikaca loket pembelian tiket. Informasi itu berupa, jam kunjungan, yaitu, selasa-jumat Museum buka dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore saja. Dihari sabtu dan minggu buka dari jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Sementara untuk hari senin tutup, dan tetap buka dihari libur nasional. Jelas, bukan, informasinya?? Tetapi setelah lebih dari jam bukapun biasanya orang boleh masuk, dengan tetap membeli tiket. Namun, biasanya orang masuk untuk melaksankan shalat ataupun hendak kekamar mandi saja.

IMAG0917

Sebelum jauh memasuki Museum Benteng Vredeburg ini, ketika memasukinya, kami langsung disambut oleh dua orang pejuang bangsa (Indonesia). Pejuang ini adalah pejuang besar bangsa Indonesia. Siapakah mereka?? Mereka adalah Letnan Jenderal Oerip Soemohardjo yang merupakan pahlawan pembela kemerdekaan, dan Jenderal Soedirman, yang juga merupakan pahlawan pembela kemerdekaan. Dan dibelakang patung replica dua tokoh pahlawan bangsa (Indonesia) itu, masing-masing ada satu buah meriam. Sudah terasa lekat kan, kalau ini (Museum Benteng Vredeburg), adalah museum sejarah perjuangan bangsa kita (Indonesia).

IMAG0918

Dari petugas yang berjaga di pintu gerbang, kami tahu bahwa Museum Benteng Vredeburg ini, terdapat diorama/ ruang minirama, yang terdiri dari empat minirama. Masing-masing diorama (ruamg minirama) ada spesifikasinya. Untuk ruang minirama satu, disana kita akan diajak melihat dengan nyata bagaimana peristiwa bersejarah yang terjadi, yaitu mulai dari perang Diponegoro, hingga ketika Jepang memasuki kota Yogyakarta. Sementara untuk ruang minirama dua, kita akan diajak ikut serta, tenggelam dalam peristiwa-peristiwa seputar proklamasi, sampai dengan agresi militer Belanda I. Lain halnya dengan ruang minirama tiga, kita akan melihat sejarah, mulai dari perjanjian renville, hingga kesejarah kedaulatan RIS (Republik Indonesia Serikat). Nah untuk diorama yang terakhir, atau ruang minirama yang keempat, kita dapat terhanyut dalam peristiwa-peristiwa/ sejarah yang dimulai dari periode NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia), hingga kemasa Orde Baru. Seru kan…melihat-lihat peristiwa sejarah bangsa. Tetapi sayangnya kok tidak ada pemandunya ya?? Jangan khawatir, meskipun tanpa pemandu sekalipun, untuk masuk keruang minirama, disana sudah sangat jelas sekali tentang apa-apa sajakah yang terjadi dari penggambaran minirama-minirama yang ada, karena disetiap minirama, ada gandengan penjelasan dan keterangan-keterangan tentang apa yang kita lihat. Dan penjelasan ini sangat lengkap bila kita mau membacanya satu-persatu dan utuh. Keterangan-keterangan ini, dalam bentuk layar sentuh, tinggal dibuka-buka selayaknya buku, gampang kan??

IMAG0919

Ada banyak hal yang kita lihat disana (keempat ruang minirama), terutama menyangkut tentang sejarah. Dari sana kita akan sedikit banyak mengerti tentang sejarah bangsa. Tentang bagaimana jamannya perang kala itu, baik perang untuk mengusir Belanda ataupun untuk mengusir Jepang. Kita juga akan banyak tahu tentang pergerakan pemuda dikala itu, contohnya Budi Utomo. Selain itu, banyak pula peninggalan-peninggalan kuno, seperti beberapa koleksi museum yang memang benda asli, seperti senjata, peralatan makan, tempat minum ketika kependudukan Jepang, dan masih banyak lagi benda lain yang merupakan koleksi museum. Seperti benda yang tak kalah menarik, mesin cetak Kedaulatan Rakyat (harian local Yogyakarta), yang berada diruang diorama (ruang minirama) kedua.

IMAG0920

Selain bisa melihat sejarah bangsa, di Museum Benteng Vredeburg ini, ada game lantai yang bisa dimainkan. Tempatnya ada diruang minirama kedua. Mungkin saja adanya game lantai ini dimaksudkan agar anak-anak yang berkunjung ke Museum tidak merasa bosan, jadi disedikan game lantai ini. Kenapa saya bilang game lantai?? Ya, karena untuk memainkannya kita harus menginjak-injak lantainya. Dan untuk menggunakannya, ketika memasuki lantai game, kita harus melepas alas kaki (sandal ataupun sepatu). Setelah itu injak saja lantainya, langsung start game dan plilih game yang disuka. Saya pastikan kalau anak-anak diajak ke Museum ini (Benteng Vredeburg), pasti mereka tidak bosan. Dan diantara ruang minirama dua dan ruang minirama tiga yang saling terhubung, dipenghubung inilah terdapat spot untuk fotografi. Nah, bagi yang suka foto-foto, disini tempatnya bagus. Selain bangunannya yang masih asli, khas bangunan Belanda, disini juga tanaman yang memang ditata apik, agar hasil penggambilan foto terlihat apik, menarik, dan tempo doeloe sekali….

IMAG0921

Setelah melihat-lihat kekempat ruang minirama (diorama), kamipun berkesempatan untuk naik keatas benteng ini. Kalau tidak salah, kala itu kami naik keatas benteng, setelah melewati sebuah bangunan yang dulunya adalah gudang senjata. Diatas, kami bisa menjumpai salah satu sudut dari benteng. Diatas inilah kami menjumpai sebuah tempat yang dulunya digunakan sebagai tempat penjagaan, pengintaian, sekaligus tempat meriam-meriam kecil. Dan disinilah kita bisa menikmati pemandangan sekitar benteng.

IMAG0928

Ya, inilah sekilas tentang perjalanan kami di Museum Benteng Vredeburg. Memang terkadang membosankan bila sudah mendengar kata “museum”. Tetapi, cobalah tengok/ intip ada apa di Museum Benteng Vredeburg sejenak, tatkala kawan sekalian berkesempatan berkunjung ke Yogyakarta. Tidak ada ruginya berkunjung ke sebuah museum, karena disanalah kita bisa belajar sejarah, terutamanya sejarah perjuangan bangsa kita (Indonesia) di Museum Benteng Vredeburg.

 

Catatan :

  • Dilarang mengambil gambar/ foto dalam artikel ini tanpa menyertakan link blognya, atau tanpa seijin penulis, yaitu saya, Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Semua gambar dalam tulisan/ artikel ini adalah milik pribadi/ dokumentasi pribadi, yaitu saya, Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Dilarang untuk meng-copy paste / menjiplak tulisan/ artikel saya ini, tanpa menyertakan link blognya, tanpa menyertakan nama penulisnya, juga tanpa seijin penulis artikel, yaitu saya, Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...