Ichikraft Poinsettia Satin Ribbon Flower Brooch, Christmas Collection


Ichikraft Poinsettia Brooch. Designed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy


This is our Christmas Collection in 2019. You can see how beautiful this item. You can visit our Etsy shop here https://www.etsy.com/shop/ichikraft to see and order. But at the same time, I would like to show you how to create Poinsettia Brooch. Our product isn't mass production. All of them are designed and created by me. Each design is special. I create only 1 or 5 items. 

How to create Poinsettia brooch? Here we go...!


Material to create Poinsettia brooch - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Material:
  1. Red double-faced satin ribbon
  2. Green double-faced satin ribbon
  3. Red tread
  4. Needle
  5. 1 Flower stems or flower stamens
  6. Glue
  7. Felt
  8. Handmade label
  9. 2,5 cm pin
The processing:

1. Step 1
  • One piece 9 cm green DF satin ribbon
  • One piece 8 cm green DF satin ribbon
  • Two pieces 7 cm green DF satin ribbon
  • three pieces 7 cm red DF satin ribbon
  • Six pieces 6 cm red DF satin ribbon
  • One piece 5 cm red DF satin ribbon
  • two pieces 4 cm red DF satin ribbon
  • Two pieces 3 cm red DF satin ribbon 
  • Cut and shape all of these satin ribbons like leaves
2. Step 2
  • Glue the smallest size of DF satin ribbons. Starting with 3 cm (red ribbon), 4 cm (red ribbon), and 5 cm (red ribbon), around the flower stem or flower stamens. Called it the center of the Poinsettia. Leave it
  • Cut the felt into 3 cm (diameter)
  • Attach the pin on the felt by stitching it
  • Attach the handmade label by gluing it
  • Glue the ribbons starting with the biggest one, 9 cm (green ribbon), 8 cm (green ribbon), 7 cm (green ribbon), then 2 pieces of 6 cm red DF satin ribbon
  • Glue 3 pieces of 7 cm red DF satin ribbons
  • Glue 4 pieces of 6 cm red DF satin ribbons
  • Then attach the center of the Poinsettia
  • It's done!
If you want to know more detail about the processing you can visit Ichikraft Youtube channel. Give us tumb us and subscribe to our channel! The video is down below. You will find out how we create a Poinsettia flower brooch. Yes, Ichikraft isn't mass production.

We are also dedicated to helping other people who need help. Here Ichikraft Give and care project  https://ichikraft-give-care.blogspot.com/


Ichikraft Poinsettia Flower. Visit Ichikraft Youtube channel and subscribe! Video creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video Creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video editor Rdz
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse this photograph anywhere else without permissions


Di Singapura Perokok Bisa Didenda $1,000?


Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Belum lama penulis sudah menuliskan tentang merokok yang sudah membudaya di Indonesia (bisa dibaca artikel sebelumnya). Nah kali ini giliran di Singapura, kira-kira bagaimana perokok disini dan bagaimana pemerintah Singapura menangangi perokok ini. Satu hal yang harus diketahui bahwa perokok disini bisa didenda sampai $1,000! Huh? Bisa dihitung sendiri ya kira-kira berapa itu bila dirupiahkan. Cukup menguras "kantong" kan dendanya?

Kalau ada orang bilang di Singapura itu tempat yang bersih dari perokok, maka saya katakan tidak seratus persen. Karena ditempat tertentu seperti di pasar (wet market) misalnya, disekitaran lho ya bukan didalam pasarnya, pasti ada dan banyak yang merokok. Tapi bila ada yang berkata di Singapura orang boleh merokok, maka saya katakan orang bisa saja merokok tapi disini ada aturannya. Dari kaca mata penulis jika ingin membandingkan, di Singapura perokok tidak seperti di Indonesia. Di Singapura saya masih bisa berjalan kaki santai  tanpa asap rokok, tetapi ketika berkunjung ke Indonesia jujur saja saya tidak tahan berjalan santai karena dimana-mana perokok.

Lantas bagaimana cara pemerintah Singapura menangani perokok? Sekitar 5 tahunan lalu ada anggota keluarga dari Malaysia datang mengunjungi kami. Dari cerita mereka, sesampai di Imigrasi Singapura hampir saja didenda, kalau tidak salah waktu itu sekitar $80-an karena diketahui membawa sebungkus rokok.  Padahal saat di Imigrasi Malaysia tidak terjadi apa-apa. Ya, saudara ini baru pertama kali datang ke Singapura jadi tidak tahu bila membawa rokok dari luar Singapura dibawa masuk ke Singapura meski hanya 1 bungkus bisa terkena denda dan disita rokoknya. Waktu itu saudara saya ini tidak jadi didenda karena hanya sehari kunjungan ke Singapura. Dan itu benar-benar diberi secarik kertas yang bertuliskan ijin merokok satu hari saja.

Akhir-akhir ini dilingkungan kami banyak yang merokok. Ada sebagian warga lokal atau warga Singapura sendiri, dan ada yang merupakan warga pendatang. Warga pendatang ini yang bisa penulis pastikan adalah dari Malaysia setiap hari merokok sampai asap rokoknya masuk melalui jendela flat kami. Bagaimana reaksi kami? Memang perokok ini tinggalnya dilantai atas flat kami, tapi ia merokok ditangga darurat yang jelas-jelas bertuliskan dilarang merokok disitu. Setelah beberapa kali diingatkan oleh suami penulis, perokok ini masih keras kepala dan masih saja merokok. Maklum kebiasaan buruk dinegara asal dibawa-bawa, karena di Malaysia setahu penulis perokok/ merokok disana situasinya sama persis seperti di Indonesia yaitu bebas. Akhirnya suami membuat laporan kebadan pemerintah yaitu The National Environment Agency atau NEA. Badan pemerintah inilah yang menangani para perokok. Yup! benar sekali kita sebagai warga bisa melaporkan para perokok ke badan tersebut. Dan ternyata tidak hanya suami yang membuat laporan ini, tetangga kami juga membuat laporan pada NEA. Karena asap rokok ini benar-benar mengganggu kehidupan kami. 


Merokok sembarangan bisa kena denda sampai $1,000 ! - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Seminggu setelah suami membuat laporan, ada selebaran kertas masuk kepintu rumah kami. Selebaran kertas itu datang dari NEA, dimana isinya melarang perokok untuk merokok dilingkungan resident, seperti tangga darurat, corridor, void decks. Dilarang merokok ditempat pejalan kaki, tidak boleh merokok dishelter bus (dalam radius 5 meter), dan juga dilarang merokok dilingkungan rumah sakit. Dendanya tidak main-main, bisa sampai $1,000! Kata tetangga kami, petugas NEA pun datang menginvestigasi secara diam-diam. Ya, tetangga kami ini malah lebih aktif/ getol membuat laporan ke NEA. Di Singapura larangan merokok ini juga diterapkan dilingkungan sekolah lho, dimana para perokok dilarang merokok dilingkungan sekolah, kalau tidak salah dalam radius 5 meter dari pintu gerbang sekolah. Membuang puntung rokok sembarangan juga kena denda. Di Singapura ada ya orang merokok di flat-nya sendiri misal dijendela dapur, tetapi puntung rokoknya dilempar begitu saja. Dan warga bisa melaporkannya ke NEA supaya perokok tersebut kena denda.

Suatu ketika saat suami membeli sesuatu ke store ada seorang protes pada si kasir karena harga rokok akan jadi mahal lagi karena cukai rokok akan dinaikkan oleh pemerintah. Si kasir dan suami penulis yang sedang mengantri untuk membayar diam saja tidak menanggapi. Lha iya buat apa ditanggapi, kan salah perokok itu sendiri, sudah tahu harga rokok satu bungkus sekitar $13 kok masih mau membeli? Apa tidak lebih baik uang segitu dibelikan ikan salmon saja atau beli buah, kan malah lebih sehat. Itu kalau orang berpikir jernih dan realistis. Ya, orang seperti saya/penulis sangat mendukung akan naiknya cukai rokok.

Di Singapura, dalam menangani perokok warga pun turut serta berpartisipasi membantu pemerintah. Dimana warga bisa melaporkan seseorang/ perokok yang merokok sembarang dengan disertai bukti yaitu photo. Denda pun bukan hal main-main atau hanya tulisan diselembar kertas, namun ini adalah nyata. Kira-kira begitulah gambaran sedikit tentang perokok di Singapura dan bagaimana aturannya. Kalau dibilang boleh merokok, ya boleh saja tetapi kalau sudah masuk tempat-tempat dilarang merokok maka perbuatan anda itu bisa dilaporkan oleh warga ke NEA (The National Environment Agency) dan kena denda!

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse these photographs anywhere else without permissions







Why You Have To Choose Ichikraft's Cat Collar?


Ichikraft's Cat Collars - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

You knew that I design handmade ribbon flowers and cat collars. In this article, I want to talk about our cat collars. Yes, I create and design it by myself. Our cat collar is special and you would love it. My cat collars inspired by my cat. All of them are inspired by my cat. She helps me and gives me inspiration. Thanks to Ichi! And these are the reasons why you have to choose Ichikraft's cat collars among others.

Our cat collars are different and special. All of them are hand stitched. Why? One of my friends asked me, "why hand-stitched? Using a machine will give me benefits first, saving time, second in one hour I will produce a lot of collars. One cat collar takes one hour to finish. Then I need more time to create an accessory on it. Seriously? Yes! So why I am doing this work? Is it worth it? I want my product is unique. When people see our cat collar, they know it's Ichikraft. Because they are unique items.

How about Ichikraft's design? I could say, our design is remarkable! One of my loyal customers said that in her country there is no one like Ichikraft's cat collars. It means we are different from others. That why she orders once a year. You can visit our Etsy shop to know more about our design and see how unique we are. You can order by Etsy shop or direct message me. Yeah, my loyal customer would like direct message me rather than order from my Etsy shop.  One design is limited. You have to know that. It means one design for 2 items or 5 items. If 2 people buy the same design then this design no longer listed. Yes, Ichikraft's cat collar is dynamic.

Our cat collars materials have good material. we are used material that won't hurt the cat's neck. If you read my article previously link here https://acikmdy-journey.blogspot.com/2019/09/ichikraft-from-cats-to-hairs.html you will know how I tried to find the cat collar design that saves and comfort for a cat. I tried many designs until someday I found our masterpiece design. It's a wonderful journey. No one tough me, I just did it by myself. Yes, all of our cat collars are elastic.

This is you would like it, Ichikraft's cat collars are washable. Ichi wears her product (of course!). The cat collar gets dirty every week. And I just wash it gently by my hands. Tada..! It looks clean! Easy to maintain, right? Our cat collars are easy to clean and wear. My cat, she is not friendly with cat collar. But when she wears her own product I know she feels comfortable. Hoping your cat will feel the same feeling as Ichi. 

Please do not forget to visit our Etsy shop link here https://www.etsy.com/shop/ichikraft  And visit Ichikraft video channel on Youtube, give us tumb up and subscribe! 


Ichikraft Vlog: Packaging process. Visit our Youtube Channel and subscribe! Video creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy, Video Editor RDZ



Ichikraft Vlog: Ichikraft handmade elastic cat collars collection. Visit and subscribe to our Youtube channel! Business owner, designer, and video creator: Acik Mardhiyanti / Acik , Video Editor RDZ

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video Editor: RDZ
  • Do not copy this article without permissions

Merokok Sudah Menjadi Budaya di Indonesia?

Sudah sejak lama saya ingin menuliskan topik ini menjadi sebuah artikel tapi nampaknya belum sempat dan belum ada waktunya. Maklum saya ini ibu rumahtangga tapi banyak sibuk dengan pekerjaan yang harus diurus. Ya, merokok sepertinya sekarang sudah menjadi "budaya" ya di Indonesia? Heh...budaya kok merokok ya? Pastinya ini adalah sebuah budaya tidak bagus dan tidak bisa ditiru serta tidak mendidik. Dan saya adalah salah satu orang yang sangat, sangat, sangat, tidak suka dengan perokok. Jika ini sudah menjadi budaya, maka ini adalah sebuah budaya yang mematikan.

Bertahun-tahun lalu saat penulis masih dibangku Sekolah Dasar mungkin kelas 2 atau 3, saat itu sore hari mungkin sekitar jam 7 malam bapak penulis merokok diruang tamu. Saya langsung protes keras karena bau asapnya menyesakkan hidung dan sangat mengganggu. Boleh percaya, boleh tidak, bapak penulis langsung mematikan rokoknya tanpa marah atau merasa tidak suka. Dan sejak itu tidak pernah merorok dirumah. Ya, saya tidak tahu apakah dikantor merokok (waktu itu bapak penulis masih bekerja di sebuah perusahaan besar), tapi setahu saya dikantong baju kerjanya hanya ada permen dan tidak pernah ada bau rokok dibaju kerjanya.  Dirumah masih ada sedia rokok tapi itu hanya untuk tamu yang datang. Tapi setelah tidak bekerja di perusahaan besar tadi, bapak penulis sudah tidak menyediakan rokok dirumah untuk tamu yang datang. Ya, bapak penulis itu orang realistis, tidak mau membuang-buang uang hanya untuk membeli rokok, karena untuknya dari pada dibelikan rokok lebih baik dibelikan makanan/ jajan untuk anaknya, misal untuk beli bakso. Apalagi setelah kondisi keuangan berubah 360 derajat pada tahun 1995.

Saya lahir dan besar didesa kecil ditanah sumatera. Di lingkungan desa waktu itu, orang-orang desa memang kebanyakan bapak-bapak adalah perokok dimana kebanyakan dari mereka bekerja sebagai petani, tukang bangunan, dan kerja serabutan. Tapi intensitas merokok mereka jarang, karena mencari uang untuk makan sehari-hari saja susah. Untuk mereka lebih baik uang yang didapat dibelikan beras dari pada untuk membeli sebungkus rokok. Ya bapak-bapak warga desa ini perokok tetapi mereka tidak serta merta menggunakan uang hasil kerjanya untuk membeli rokok. Tidak semudah itu. Setahu dan seingat penulis, para bapak-bapak ini merokok kala ada kendurian dimana rokok disediakan disana. Atau kala mereka kerja membangun rumah seseorang, istirahat jam makan siang mereka baru merokok, itu pun kalau rokoknya disediakan oleh pemilik rumah. Untuk mereka rokok bukanlah sebuah kebutuhan penting yang harus dibeli tiap hari, untuk mereka yang penting adalah bisa membeli beras setiap hari untuk makan anak dan istrinya dirumah. Simple dan sederhana kan cara berpikir mereka. Jadi untuk anak-anak masih punya lingkungan bagus dimana kami masih bisa menghirup udara segar.

Bagaimana dengan pemuda/ remaja-remaja dilingkungan desa saat itu. Generasi seangkatan dengan penulis, banyak diantara mereka adalah generasi bagus dan patut ditiru. Kenapa? Karena banyak diantara kawan yang penulis kenal saat itu mereka adalah generasi yang memiliki aktifitas positif dalam lingkungan masyarakat. Namun generasi selanjutnya adalah generasi perokok dimana kebanyakan dari mereka pada putus sekolah (karena tidak ada niat untuk sekolah), hidup tergantung orangtua, tidak punya pekerjaan/ punya pekerjaan tapi serabutan. Kerjaannya setiap hari hanya naik motor kesana-kemari, nongkrong disana-sini, sambil merokok dan haha hihi... Tidak hanya itu, mereka juga suka minum-minuman keras. Saat itu banyak kejadian para remaja-remaja mengalami kecelakaan dikarenakan mereka kebut-kebutan dijalan. Diantaranya meninggal dan salah satunya adalah tetangga penulis sendiri. Sayang sekali, orangtua sangat jelas sekali mampu membiayai sekolah sampai jenjang universitas tapi si anak memilih menjadi anak liar. Miris sekali melihatnya... Kadang penulis tidak habis pikir, banyak diantara mereka berkata tidak sekolah karena tidak punya uang tapi mereka malah kredit motor dan ber-hape ria, merokok setiap hari, minum kopi... Untuk saya ini tidak masuk akal sama sekali. Padahal saya dan kawan -kawan penulis pulang sekolah  kami bekerja, tapi generasi selanjutnya pulang sekolah nongkrong, atau bahkan ponteng sekolah (membolos).

Diumur 16 tahun penulis sudah mulai merantau untuk merenda masa depan yaitu masuk bangku universitas. Waktu itu ketika menempuh study strata 1 di kota Yogyakarta, kawan-kawan penulis adalah pribadi sopan dan menghormati yang lain. Artinya apa? Saya tahu banyak diantara mereka adalah perokok, bahkan diantara mereka ada yang biasa ke club malam, namun mereka tidak pernah merokok dilingkungan kampus, atau merokok dijam istirahat. Dan kawan-kawan penulis ini tidak pernah sama sekali merokok didepan kawan-kawannya yang bukan perokok meski berada diluar lingkungan kampus. Itulah kawan penulis. Bagaimana dengan mahasiswa jaman sekarang? Saya pernah melihat disalah satu video tentang anak-anak mahasiswa disalah satu universitas negeri ternama di Indonesia dimana saya lihat ada yang merokok padahal masih berada dilingkungan kampus. Kadang kalau penulis pikir, status masih mahasiswa, uang masih dari orangtua tiap bulan, tapi merokok (membeli rokok)? Sementara para pelajar/ mahasiswa diluar negeri sana mereka sekolah sambil bekerja part time.

Saya dan suami saat ini sudah hampir 8 tahun berdomisili di Singapura. Kami setiap tahunnya kadang sekali atau 2 kali datang berkunjung ke Indonesia. Dari kunjungan kami ini, saya/penulis suka memperhatikan sekitar terutama kota yang kami tuju, tahun demi tahun ada kah kemajuan atau ada kah yang berubah disana. Kadang saya pun suka berdiskusi ringan dengan suami dengan kemajuan yang ada. Dan sudah beberap tahun ini, mungkin kurang lebih 3 tahun belakangan kami berdiskusi masalah perokok, karena kami merasa sudah tidak nyaman lagi untuk datang dan jalan dikota yang kami tuju. Ya tahun demi tahun bisa dilihat, dimana-mana perokok.

Kami selalu berdiskusi kenapa selama bertahun-tahun dari dulu hingga sekarang harga rokok kok murah sekali, punya uang Rp. 10.000; saja sudah bisa membeli sebungkus rokok. Sementara di Singapura harga sebungkus rokok $13 atau sudah diatas seratus ribu rupiah bila dirupiahkan. Ini aja harganya akan naik lagi karena pemerintah Singapura akan menaikkan cukai rokok. Menurut saya dan suami harga $13 itu masih murah karena seharusnya naik lagi harganya. Seperti di Australia misalnya harga rokok paling tidak $30. Mahal ya, iya memang seharusnya rokok harganya mahal. Lha kalau harganya Rp. 10.000; per bungkus seperti di Indonesia ya sudah pasti semua kalangan pada merokok. Dan itulah yang terjadi di Indonesia kenapa jumlah perokok naik terus bila diperhatikan.

Banyaknya perokok di Indonesia juga dikarena tidak ada aturan dari pemerintah Indonesia tentang rokok. Lha bagaimana ada aturan tentang merokok sementara para pejabatnya saja "pengabdi" rokok. Saya dan suami pernah datang kesalah satu kantor pemerintah daerah, wow disana kami disuguhi pemandangan dimana para pekerja yang katanya pengabdi masyarakat merokok secara bebas didalam kantor, yang lain nyanyi-nyanyi sambil main hape. Oh ini kah cermin para pengabdi negara di Indonesia yang seharusnya memberi contoh teladan bagi masyarakat. Di Singapura, disini ada aturan tentang merokok. Anak dibawah umur/ remaja tidak boleh membeli rokok. Merokok sembarangan juga ada dendanya, ingin tahu berapa dendanya? Dendanya bisa sampai $1,000 (silahkan dirupiahkan sendiri seribu dollars tuh berapa rupiah). Pernah saya baca tulisan orang Indonesia yang berwisata ke Singapura, katanya merokok tidak begitu ketat bisa kok merokok dimana saja. Lha coba saja tinggal dilingkungan resident warga, terus merokok ditempat dilarang merokok contohnya corridor, membuang puntung rokok sembarangan misal dilempar begitu saja dari jendela dapur flat-nya, terus ada yang memotret prilaku ini dan dilaporkan ke NEA (National Environment Agency), tak perlu menunggu waktu lama pasti langsung kena denda sampai $1,000. Jadi di Singapura perilaku seperti ini bisa dilaporkan kebadan pemerintah yaitu NEA.

Suatu ketika kami makan disalah satu tempat perbelanjaan disalah satu kota di Indonesia, tempat itu semi terbuka. Jadi tempat makan ini adalah salah satu pintu masuk menuju kepusat perbelanjaan ini. Meski semi terbuka tapi jelas-jelas ada tulisan dilarang merokok. Tetapi apa yang terjadi, ketika kami sedang makan menikmati makanan seperti pecel, tahu goreng, dan bakso, tiba-tiba ada pengunjung yang juga makan ditempat tersebut mereka sambil merokok. Ketika jam kerja shift berakhir para pekerja dipusat perbelanjaan tersebut duduk bersama teman-temannya ditempat makan tersebut dan sambil merokok (baik perempuan dan laki-laki). Dilain waktu kami memutuskan untuk makan dilantai atas dipusat perbelanjaan yang sama. Tujuan kami adalah menghindari tukang rokok ditempat makan dilantai bawah tersebut. Namun apa yang terjadi, ketika kami sedang menikmati makanan, tiba-tiba bau rokok. Siapa kah yang merokok ditempat makan yang katanya disebut "food court"? Yang merokok adalah salah satu dari pekerja yang menjual makanan disitu. Saya geram dan marah sekali. Tanpa menunggu lama kami langsung meninggalkan tempat makan tersebut.

Jadi saya dan suami ketika berkunjung di Indonesia, saat ini selalu memutuskan untuk makan di tempat yang benar-benar bagus hanya untuk menghindari perokok. Padahal saya dan suami sangat suka sekali makan makanan yang dijual dipinggir jalan/ warung makan pinggir jalan atau tempat makan biasa. Namun kami sudah tidak bisa menikmati lagi karena dimana-mana perokok, baik penjualnya, pembelinya, serta orang-orang sekitarnya. Selain itu baru jalan kaki sebentar keluar hotel sudah ada perokok disana-disini. Pernah kami mengunjungi sebuah tempat wisata lokal, tadinya kami sangat excited karena pemandangan sekitar hijau dimana-mana, eee...baru masuk dari pintu masuk wisata, baru saja beberapa menit saya sudah mencium bau rokok! Padahal disitu banyak anak-anak yang berkunjung. Parahnya lagi orang-orang ini merokok didepan anaknya, sambil jalan-jalan melihat pemandangan bersama anak-istrinya mereka merokok. Saya geleng-gelen kepala...Tadinya kami datang ke kota ini ingin istirahat sejenak melepas penat dan stress karena rutinitas harian, tapi disini kami malah tambah penat dan stress karena perokok dimana-mana... Sudah menjadi sebuah budaya kah merokok ini? Maka jawaban saya adalah IYA. Nampaknya merokok sudah menjadi budaya di Indonesia.

Saya/ penulis selalu heran, bila diperhatikan orang-orang yang merokok ini pekerjaannya biasa (bukan bermaksud merendahkan pekerjaaan orang lho ya), tapi baik perempuan maupun laki-laki saat ini sudah biasa merokok. Bila ditotal dalam sebulan, misal sehari habis satu bungkus rokok saja, dalam sebulan sudah diangka 300 ribu - 500 ribu Rupiah? Lah Uang segitu apa tidak sayang hanya untuk membeli rokok apalagi bagi mereka yang sudah berkeluarga?  Selain uangnya sayang, merokok juga artinya menabung penyakit. Tidak hanya merugikan bagi si perokok itu sendiri, namun juga kesehatan orang sekitar (misal anak-istri) juga ikut terganggu. Lucunya lagi bila si perokok ini adalah tenaga kesehatan/ medis atau memiliki istri/ suami tenaga medis/ kesehatan. Miris kan mendengarnya?

Ya, merokok tidak ada untungnya sama sekali, kata suami penulis bilang merokok adalah membakar uang. Kalau orang realistis seperti kami, uang segitu lebih baik ditabung, atau digunakan untuk membeli bahan makanan sehat, buah misalnya. Apalagi di Singapura, pemerintah mengharuskan warganya menabung 20 persen penghasilannya untuk tabungan hari tua dan jaminan kesehatan supaya dihari tua nanti tidak minta-minta uang sama anak-anak. Bagaimana dengan para perokok di Indonesia? Bukan kah sebaiknya uang yang pakai untuk membeli rokok ditabung, bisa untuk tabungan keluarga, pendidikan anak, uang hari tua, atau untuk jaminan kesehatan. "Wah tapi saya kaya kok, punya cukup uang untuk itu semua jadi tidak masalah membeli rokok sampai 10 bungkus tiap hari!" Ya, silahkan saja merasa punya uang dan membeli rokok/ merokok. Tidak kah lebih baik kalau merasa kaya/ mampu menggunakan uangnya untuk membantu sesama? Melakukan hal positif dan bermanfaat untuk orang lain dan sekitarnya.

Menurut penulis, orang-orang perokok adalah orang arogan dan tidak peduli dengan sekitarnya. Waktu itu saya dan suami sedang berkunjung ke kota Yogyakarta, kala itu kami mampir dan ingin makan makanan ala orang kampung kalau orang bilang, seperti lodeh, sayur asem, tempe goreng, kerupuk dll... Warung makan ini cukup ternama dan kebetulan saat kami makan diwarung tersebut datanglah seseorang yang cukup dikenal dan ternama di Indonesia. Tadinya/ sebelumnya saya melihat orang ini bisa menjadi panutan/ teladan public. Tetapi setelah ia beserta koleganya/ kawan-kawannya merokok sambil makan sambil ngobrol, tanpa memperhatikan orang sekitarnya, apakah orang sekitarnya perokok atau bukan, saya melihat sosok orang ini tidak lebih dari seorang perokok yang arogan.  Saya dan suami saat itu sempat berpindah meja sampai 2 kali untuk menghindari asap rokok orang-orang ini. Dan pada akhirnya kami langsung angkat kaki dari tempat makan tersebut. Saya pun sudah tidak melihatnya sebagai public figure yang baik. Karya-karyanya bagus memang, tapi karena perilakunya itu membuat saya tidak respect lagi. Ya, baik seorang public figure dan orang biasa, kalau mereka adalah perokok, maka mereka sudah pasti orang yang selfish (hanya mementingkan diri sendiri), arogan dan tidak peduli sekitarnya. Dengan hanya membeli rokok saja sudah termasuk arogan dan selfish menurut saya/ penulis, kenapa? Membeli rokok kan tidak ada manfaatnya dan tidak ada hal positifnya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Bukan kah seharusnya uang yang pakai untuk merokok itu dibelikan sesuatu yang bermanfaat untuk keluarganya misalnya, atau..disumbangkan diberikan pada mereka yang berkurangan.

Ada hal menarik lainnya tentang perokok. Buat penulis ini aneh, bayangkan ada orang suka pergi ke tempat fitness atau gym tetapi mereka pulang fitness merokok? Lah terus maksudnya masuk tempat fitness/ gym itu apa? Hanya ingin punya badan keliatan bagus saja biar terlihat bagus/ keren dimata lawan jenis, atau biar terlihat sehat dimata orang, tetapi aslinya adalah "zero". Dimata penulis orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang hanya berpura-pura menjadi orang sehat saja. Ya itu tadi hanya ingin punya badan terlihat bagus saja tetapi didalamnya "keropos".  Ada kah orang-orang seperti ini? Jawaban saya adalah ADA! Menarik bukan topik ini? Ya, sangat menarik!

Saya bersyukur bapak penulis sadar bahwa merokok adalah hal buruk apalagi didepan anak-anak. Selain asapnya mengganggu orang-orang sekitar, merokok juga menabung penyakit. Bapak penulis pun sadar bahwa merokok tidak ada untungnya malah membuang-buang uang. Ya, bapak penulis adalah orang yang rajin menabung, menghemat uang, dan bekerja keras serta menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan melakukan hal positif dan bermanfaat. Artinya tidak ada waktu santai-santai/ menganggur sambil merokok. Waktu yang ada dipakai sebaik mungkin untuk berkarya meski hanya sebuah karya kecil. Itulah hal yang saya pelajari dari bapak penulis. Dan saya pun bersyukur karena suami penulis bukanlah perokok. Lah kalau perokok saya tidak mau menikah dengannya. Untuk saya/ penulis, memiliki suami perokok tidak ada dalam "kamus" penulis. Penulis bukan seorang wanita yang mau memiliki seorang suami perokok, suka minum kopi, apalagi yang suka menggosok batu akik, suami seperti ini tidak ada dalam "kamus" saya/ penulis. Maka dari itu untuk para lajang/ single (baik laki-laki maupun perempuan) diluar sana, jadilah seseorang yang berpikir cerdas dan realistis, jangan mau menikah dengan seorang perokok.

Hal menarik lainnya tentang perokok ini adalah ketika membawa perilaku buruknya ini sampai dinegeri orang. Tidak usah jauh-jauh misal Singapura. Saya pernah membaca tulisan pengalaman orang Indonesia yang sedang berkunjung ke Singapura. Disana ia menuliskan bahwa ia dengan bangga telah mengelabui pihak hotel dimana ia merokok ditoilet kamarnya. Satu hal pertanyaan penulis, kok tidak malu dengan perilakunya itu? Alih-alih malah merasa bangga? Membawa kebiasaan/ perilaku buruk sampai dinegeri orang ini sungguh memalukan dimata penulis. Dari pada memperlihatkan perilaku buruk, bukan kah lebih baik kita menunjukkan prestasi kita dinegeri orang, hal positif apa yang kita lakukan dinegeri orang. Karena ketika kita datang kenegeri asing, disana dengan serta merta kita membawa nama negara asal yaitu Indonesia.

Ya, kini nampaknya merokok sudah menjadi budaya di Indonesia. Memang sudah sejak dulu banyak perokok, tetapi bedanya kalau sekarang hampir disetiap sudut tempat dimana-mana akan mudah ditemui orang merokok.  Bukan hal asing lagi ya, sesudah makan merokok, sedang istirahat kerja merokok, sehabis kerja merokok, nongkrong merokok sambil minum kopi, chit chat haha hihi dengan teman-teman sambil merokok, atau bahkan sedang jalan ditempat umum/ public sambil merokok. Tanpa canggung dan malu para perokok ini merokok dimana saja, sesuka mereka tanpa memikirkan orang lain apakah orang lain terganggu dengan asap rokok mereka, apakah orang sekitar ada yang sedang sakit. Yang membuat hati saya miris para perokok ini merokok santai didepan anak-anak mereka/ dilihat oleh anak mereka baik dirumah maupun ketika berada diluar rumah. Hal seperti ini selalu saya lihat di Indonesia. Tidak sadar kah  mereka adalah orangtua yang tugasnya mendidik anak dengan baik dan memberi contoh teladan yang baik untuk anak-anaknya. Dengan perilaku merokok didepan anak-anak artinya para perokok yang berstatus sebagai orangtua, mereka mengajarkan anak mereka untuk merokok dan memberitahu bahwa merokok adalah hal biasa. Maka tidak heran, ketika anak-anak ini dewasa mereka menjadi generasi perokok juga, atau kalau pun tidak merokok mereka menikah dengan seorang perokok. Mengapa demikian? Karena menurut mereka merokok adalah hal biasa dan lumrah serta tidak ada yang salah dengan perilaku ini. Maka ketika sudah menjadi orangtua berhati-hatilah dalam bersikap, berbicara, serta berperilaku.

Note
  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions





Why Ichikraft Only Provide You Registered Post?


Ichikraft packaging sample with posting the receipt for a registered article - Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy

Hi everyone, how you doing? Hoping you have a nice and bright day! Well, today I want to explain why Ichikraft only provides an option to send to your address using registered post. I know that you are wondering why we are not giving you an option to choose. We have a reason for this and it's good for you as the customer and us. Because we went through some bad experiences, so Ichikraft decided to use a registered post.

First of all, I apologize but this is our reason. You know, when small businesses like us grow there are many things happen. What is it? Is it always bad? I would say that it could be good and bad at the same time. Yes, we are happy with all of these processes, yet it makes us sad too. One day we had an order sent, but one month later the package was returned to us. The customer gave us an incomplete address. We tried to make contact with the customer, but no response at all. And we decided to give a full refund. We were confused, guys...? "You want to buy because you like our work and need it, or just checking and testing me?" That's a big question in my head.

The other day we had an order and it was made to order. Made to order means... I have to create the item first and usually, it needs 3-5 days to complete this item then sending them out. I write it in every description of each item. I waited for two weeks there wasn't any update about delivery status. At early week 4, the customer complained that the item hadn't arrived. And she wrote a bad review of my shop. We tracked this package and we knew that there was attempted delivery at an early week 3 and failed.  When I said week 3 or 3 weeks it doesn't mean 21 days guys... in fact, the package arrived at day 13 or 14.  We contacted the customer and she/ he told me that she/ he moved to a new house, means...a new address! Well...that's the problem and explain why the package hadn't arrived. The next day I checked the delivery status and it delivered. Once the delivery status is delivered, it means the package has arrived or the customer has received their item/package. But this customer didn't update her/his reviews on my shop. For me it's okay. Because I am trying the best I could to do my work.

Using the registered post will give me and the customer benefits that are good for both of us. You as customer can check delivery status by entering registered code. For me, I also can check the delivery status of the package. So, if any customers complain because their package hasn't arrived yet I can track the package, where is the package, as the case above. And I don't want someone to lose their package too. So please write your address correctly and recheck it. If you move to a new address (new house) please settle down first, and then do the purchase in my shop. Do not purchase in my shop if you are in the middle of moving to a new address.

These are the delivery time estimation:

1. Japan, 7 to 10 working days
2. Belgium, 7 to 10 working days
3. Latvia, 7 to 10 working days
4. Denmark, 7 to 10 working days
5. France, approximately 1 week - 2 weeks (working days). But it depends
6. The USA, approximately 2 weeks - 4 weeks (working days). It depends
7. Canada, approximately 2 weeks - 4 weeks (working days). But depends
8. The UK, approximately 2 weeks (working days). But depends

Somehow, the USA and Canada post don't update a delivery status on the registered post. We can only know when your package is dispatched from Singapore and arrival at the destination post.

Using a registered post means your package will arrive within 7 to 10 working days. But you have to know that it depends on your location, your custom, and your postal service. Yes, it could take much longer than this estimation time. So, if you can't wait for this certain amount of time, please DO NOT purchase from my shop.


Ichikraft Vlog: Ribbon Flower and Cat Collars Showcase. Visit our Youtube Channel and subscribe! Video creator Acik Mardhiyanti / Acik Mdy, Video Editor RDZ



Ichikraft Vlog: Packaging Process. Visit our Youtube channel and subscribe! Video creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy, Video Editor RDZ

Note:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video creator, designer, and business owner: Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Video Editor: RDZ
  • We are only able to upload a video once a week
  • Do not copy this article without permissions
  • Do not reuse this photograph anywhere else without permissions






After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...