Tidak terasa saat ini sudah dipenghujung bulan Mei 2020 ya. Dan tidak terasa juga sekarang ini sudah 4 bulanan sejak case coronavirus pertama di Singapura dikonfirmasi. Lantas bagaimana sih konsidi di Singapura sekarang ini, apalagi setelah bulan Maret lalu WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa Coronavirus sudah masuk level pandemi. Heh, apa itu pandemi? Saya/ penulis nanti akan jelaskan sedikit apa itu pandemi, serta bagaimana situasi dan kondisi di Singapura setelah kurang lebih 4 bulanan fight against Coronavirus atau COVID-19.
Pertama saya akan menjelaskan sedikit untuk kata pandemic atau orang Indonesia bilang pandemi. Tetapi, sebelum mengetahui lebih lanjut apa itu pandemic, kita harus tahu dulu apa itu epidemic. Epidemic itu sendiri bisa diartikan penyebaran disease yang begitu cepat pada sejumlah orang dalam sebuah populasi tertentu dalam waktu singkat. Dalam tulisan ini jelas yang dibicarakan adalah virus Wuhan atau lebih dikenal dengan Coronavirus atau COVID-19. Dimana asal penyakit (disease) ini dari Wuhan - China dan menjangkiti orang di Wuhan. Nah sekarang apa itu pandemic? Pandemic ini merupakan penyakit (disease) epidemic tadi yang menyebar melintasi wilayah luas, misalnya kebeberapa benua atau bahkan keseluruh dunia. Dan inilah yang terjadi dengan Coronavirus saat ini yaitu statusnya sudah pandemic, sudah menyebar luas tidak hanya kenegara Asia, and ASEAN, tetapi sudah kebenua Eropa, Australia, bahkan ke Amerika. Dan WHO sudah mendeklasikan bahwa COVID-19 adalah berstatus pandemic.
Dengan status COVID-19 menjadi pandemic, bagaimana situasi dan kondisi di Singapura? Sejak dideklarasikannya bahwa COVID-19 berstatus pandemi oleh WHO, yaitu 12 Maret 2020, reaksi warga di Singapura biasa saja, dan tidak terjadi kejadian luar biasa/ diluar kebiasaan. Toko-toko, pusat-pusat perbelanjaan atau mall, supermarket-supermarket, pasar, hawker (warung-warung makan) tetap buka dan warga tetap beraktifitas seperti biasa dengan melakukan langkah-langkah pencegahan seperti tidak kumpul-kumpul, kalau saya ekstra bersih-bersih rumah dll..Baca disini link-nya bagaimana usaha penulis membersihkan rumah saat pandemi https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/03/ini-senjata-seorang-ibu-rumahtangga.html Saat saya dan suami berbelanja ke hypermarket terdekat, keadaan disana biasa saja, orang-orang berbelanja normal. Kami belanja kepasar juga masih normal seperti biasa keadaannya. Nah, hal yang luar biasa itu adalah ketika negara tetangga, Malaysia, memberlakukan lockdown, dimana terjadi panic buying versi ke-2 di Singapura oleh sebagian warga. Padahal ketika dinyatakan pandemi oleh WHO tidak terjadi hal demikian, tapi kenapa terjadi panic buying ketika Malaysia lockdown? Nampaknya sebagian warga di Singapura takut kehabisan bahan makanan ketika Malaysia lockdown karena sebagian besar bahan makanan di Singapura adalah import, terutama sayur-mayur segar kebanyakan didatangkan dari Malaysia meski ada sayur-mayur yang didatangkan dari China, Thailand, Vietnam, India, Australia, Amerika, Jepang, Korea, New Zealand, dan lain-lain. Namun setelah ada penjelasan dari pemerintah bahwa kita punya cukup stock bahan makanan, dan kegiatan import terus berlanjut yaitu pengiriman bahan makanan seperti sayur-mayur dari Malaysia, warga pun sudah tidak panic buying lagi. Selain itu tidak jemu-jemu pemerintah memberi penjelasan atau berupa pesan-pesan singkat lewat media misal Televisi, bahwa kita tidak perlu panic buying atau menguras rak-rak disupermarket karena import bahan makanan berasal dari banyak negara, misal telur bisa dari Australia., daging ayam dari Brazil, dll... Warga pun dianjurkan untuk tidak risau perihal bahan makanan karena di Singapura punya produk lokal juga seperti telur, dan mie. Anjuran pemerintah kalau menurut saya ya memang benar bahwa kita/ warga di Singapura tidak perlu panik apalagi berlebihan sampai memborong semua bahan makanan dirak-rak supermarket, karena kalau saya perhatikan selama 8 tahun tinggal di Singapura, bahan pangan di Singapura asal import-nya berasal dari banyak negara. Misal yang pernah saya beli, bawang merah kadang dari Indonesia, kadang dari India, kadang produk lokal alias produk Singapura sendiri. Segala macam sayur-mayur asal import-nya juga beragam, ada Malaysia, Thailand, Vietnam, Cina, Australia, Indonesia, USA, Korea, Jepang, dan lain-lain... Sementara buah di import dari banyak negara, misal ada jeruk dari Turki, pakistan, China, USA, Korea, buah anggur di import dari Australia, Afrika Selatan, USA, Korea dll... buah Apel di import dari USA kebanyakan meskipun ada apel import dari Jepang juga korea. Sementara bahan pangan lain asal import-nya berasal dari banyak negara, kalau dilihat-lihat bahan makanan dari hampir semua negara didunia ada disupermarket di Singapura. Jadi, seharusnya warga di Singapura tidak perlu panic buying. Tetapi kenyataannya masih saja banyak warga yang menguras supermarket. Bahan makanan yang dibeli adalah beras, minyak goreng, makanan-makanan kaleng, pasta, biskuit-biskuit, dll... Panic buying dan menimbun lagi? Nampaknya masih ada sebagian warga yang tidak mendengarkan nasihat pemerintah πoleh karenanya ada aturan baik disupermarket maupun toko groceries online bahwa paper products hanya boleh beli 2 pack saja, beras 2 pack, noodle juga dua pack, sementara pembelian sayur-mayur dan dairy products hanya boleh sampai $30 saja. Dan untuk saat ini stock di hypermarket mulai normal kalau penulis bilang, karena belanja online sudah bisa normal dimana stock products untuk yang belanja online normal dan pengiriman/ delivery-nya juga sudah normal. Kemarin-kemarin kami kesulitan belanja online karena banyak barang yang out of stock ditambah lagi delivery susah (belanja hari ini baru dikirim minggu depan), malah bisa saja dikirim 2 atau 3 minggu kemudian. Itulah mengapa penulis dalam waktu kurang lebih 3 bulanan kalau belanja bulanan harus mendatangi hypermarket alias belanja konvensional (datang langsung ke store).
Hingga 23 April 2020, nampaknya panic buying dan hoarding masih terus berlangsung hampir tiap minggu itu pasti ada hari dimana para hoarder belanja. Yup, setiap kali Perdana Menteri memberikan pidato, bahkan beberapa jam sebelum Perdana Menteri pidato, supermarket sudah mulai penuh orang dan banyak orang hoarding alias penguras bahan makanan. Sampai-sampai bahan makanan Japanese yang biasanya tidak pernah disentuh sampai kosong, soba-soba, sauce-nya, miso paste, dashi, ramen-ramen-an dll. Bahkan bumbu-bumbu jadi alias powder, tadinya tidak pernah sampai kosong, sekarang-sekarang ini untuk beli garlic powder saja sulit, pasta pun kemarin-kemarin ikutan kosong karena sekarang ini banyak orang menimbun pasta. Padahal Perdana Menteri sering memberi Pidato, juga beberapa menteri seperti menteri kesehatan, menteri perdagangan. Mau apapun itu isi pidato atau isi konferensi para menteri, para hoarder tidak peduli. Sudah dibilang tidak perlu panik apalagi menimbun bahan makanan, tapi nampaknya masih ada saja yang hoarding π Saya jadi kasian bila ada orang-orang tua atau mungkin orang cacat yang ingin berbelanja tapi ternyata barang yang hendak dibeli kosong, padahal mungkin hendak beli tepung terigu, beras. Yang tidak disentuh oleh para hoarder itu sayuran organik, sayuran dari USA, dan Australia karena sayur-sayuran dari USA, Australia, dan sayuran organik harganya bisa berlipat-lipat. Tapi sebenarnya untuk kebutuhan sayuran kalau belanja dipasar stock masih cukup banyak karena biasa yang paling gampang diserbu para hoarder itu supermarket bukan pasar maupun minimart. Bahan kebutuhan dasar seperti minyak goreng, paper products, makanan kaleng, tepung terigu, bahan pangan ini untuk di minimart selalu ada stock, misal tepung beras di hypermarket kosong di minimart malah punya stock banyak. Nah, selama masa pandemi ini penulis mempunyai kebiasaan baru dimana harus belanja pagi buta jam 5 pagi atau tengah malam. Kenapa? Karena tengah malam itulah hypermarket terdekat menyetok ulang barang-barang. Jadi kalau ingin mendapatkan sayur-mayur yang saya inginkan ya saya harus belanja pagi buta atau tengah malam. Selain itu untuk menhindari keramaian orang karena jam 8 pagi hypermarket mulai ramai, orang-orang mulai belanja. Kenapa kok setiap hari hypermarket ramai terus? Jawabannya adalah karena masa-masa pandemi ini banyak orang masak sendiri dirumah. Boleh dikatakan warga Singapura itu suka dinning out alias makan keluar setiap harinya, tapi dikarenakan krisis virus ini mereka jadi masak sendiri dirumah. Kenapa masak sendiri dirumah kan delivery masih bisa? Nampaknya ada ketakutan tersendiri kalau beli makan diluar nanti terkontaminasi, bersih atau tidaknya. Dan untuk belanja ke pasar, selama pandemi ini penulis memilih ke hypermarket karena menghemat tenaga dan waktu. Dan beberapa kebutuhan bulanan cukup beli di minimart blok sebelah. Yup, selama pandemi kami cuma keluar untuk belanja saja, jadi sekali keluar seminggu sekali langsung beli kebutuhan makanan dan sayuran untuk seminggu itu. Selain itu kami tidak ada aktifitas diluar rumah, sampai tanaman dan bunga-bunga didepan rumah tidak terurus bahkan mati.
Untuk hal pekerjaan, pemerintah Singapura sudah menganjurkan untuk bekerja dirumah. Meskipun tanggal 1 Juni nanti Circuit breaker akan berakhir dan boleh kembali kekantor, tetap pemerintah memberi nasihat untuk bekerja dari rumah. Untuk suami penulis, sejak hari senin (23 Maret 2020) sudah full time bekerja dari rumah. Baca disini artikel terkait https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/03/bekerja-dari-rumah-itu-seperti-apa-sih.html Diperusahaan suami penulis, karena perusahaannya asal dari Amerika, jadi aturan ya mengikuti dari pusat. Dan saya bersyukur sih, karena dalam masa-masa seperti ini lebih baik memang bekerja dari rumah dari pada harus travel kekantor. Pada awalnya atau sebelum circuit breaker diberlakukan tidak semua pekerja bekerja dirumah, karena masih tergantung bagaimana kebijakan perusahaan masing-masing untuk mengimplementasikan social distancing, misal ada perusahaan yang mengimplementasikannya dengan cara mengantur tempat duduk pekerjanya secara berjauhan yaitu paling tidak 1 meter antara satu dengan yang lain. Namun setelah minggu awal April 2020 diberlakukan Circuit breaker, semua harus bekerja dirumah. Dan setelah circuit breaker berakhir tanggal 1 Juni nanti orang-orang boleh kembali bekerja masuk kantor tapi tidak semua kembali masuk kantor, bagi yang masuk kantor kembali tentu saja masih dengan ketat memberlakukan aturan pencegahan, misal pakai masker, disinfektan, cek temperatur ketika masuk gedung, dan safe distancing. Untuk suami penulis masih akan bekerja dari rumah kemungkinan sampai bulan November 2020.
Sejak diberlakukannya Circuit breaker, bisnis-bisnis yang bukan termasuk essential harus tutup. Dan puji syukur seperti suami penulis karena pekerjaan-nya IT perusahaannya masih tetap buka tetapi bekerja dari rumah. Tentang gaji pun tidak ada pengurangan hanya kenaikan gaji ditunda saja. Karena dalam masa pandemi seperti sekarang memang banyak yang kehilangan pekerjaan, misal ada salah satu restauran di Marina Bay Sand yang merumahkan pekerjanya. Ini hanya satu restauran, padahal restauran besar, belum lagi pekerja di restoran kecil, dibidang perhotelan, bidang penerbangan dll... Untuk masalah ini pemerintah pun memberikan solusi-solusi misalnya pekerja penerbangan dari Singapore Airline, ada yang dialihkan untuk membantu rumah sakit-rumah sakit. Kemudian dari Kementerian Tenaga Kerja Singapura memberikan courses bagi mereka yang kehilangan pekerjaan, misal kursus analis data untuk kemudian diperkerjakan di Kementerian tersebut. Dan memang di Singapura ada namanya kursus-kursus yang dibuka oleh pemerintah yaitu Skill Future dimana setiap warga Singapura diberi sejumlah uang untuk dipakai di program Skill Future ini, artinya ya sekolah gratis. Program Skill Future ini dibuka bagi mereka yang ingin meningkatkan kemampuan serta keterampilan dibidangnya, atau bagi mereka yang ingin switch job, atau bagi mereka yang sudah pensiun namun masih ingin kembali kedunia kerja. Yup, pemerintah Singapura selalu meng-edukasi warga-nya untuk mau terus belajar, baik belajar hal baru maupun memperdalam kemampuan/ keterampilan, dan ini tidak pandang umur sekalipun sudah pensiun banyak warga Singapura yang mengambil kursus Skill Future ini. Maka jangan heran di Singapura banyak orang sudah pensiun tapi malah tetap ingin bekerja. Dan untuk saat ini meskipun dalam masa krisis yaitu pandemi coronavirus buanyak sekali lowongan-lowongan pekerjaan yang dibuka dibidang ekonomi/ finance, IT, engineering. Dan tentu saja lowongan itu memerlukan keahlian tertentu, atau degree tertentu. Jadi misalnya ada yang kehilangan pekerjaan, mereka bisa melamar kerja meskipun dalam masa pandemi asalkan punya keahlian dan tentu saja degree. Bila ingin dilihat lebih dalam, inilah pentingnya kita menimba ilmu/ sekolah dan harus mau untuk terus belajar, belajar hal baru terutamanya meskipun sudah punya zona hidup nyaman dan pekerjaan nyaman. Dalam masa krisis seperti ini terasa sekali manfaatnya terutama dalam hal pekerjaan, karena namanya krisis tidak kenal waktu dan tempat, tiba-tiba saja terjadi. Karena kita tidak tahu masa depan seperti apa, ada baiknya kita mempersiapkan diri sebaik-baiknya, benar tidak? Maka dalam masa krisis seperti ini ada yang tadinya usaha/ bisnis bridal tetapi kemudian ia melakukan diversifikasi dengan membuka usaha lain misal kosmetik tutorial, ada sopir taksi yang kemudian juga menjadi taksi delivery groceries, makanan, dll, ada bisnis makanan yang tadinya konvensional kemudian beralih kedigital, dalam masa krisis ternyata malah bisa membuka peluang lain. Kebiasaan konsumen berubah, jadi bisnis-pun harus berubah. Itu dalam segi dunia bisnis dalam masa pandemi. Dan bisnis-bisnis makanan (hawker- hawker) di Singapura, yang mau beralih ke digital mendapat support dari pemerintah. Dan penulis lihat ada yang tadinya berjualan makanan di hawker, sekarang malah buka toko buah-buahan yang saya lihat lumayan laris dimasa pandemi. Kalau masih berjualan makanan di hawker, jelas pendapatan berkurang banyak atau bahkan tidak ada pendapatan sama sekali karena saat ini banyak orang lebih memilih masak sendiri dirumah. Nah kalau buah, orang -orang setiap hari ya tetap beli buah-buahan. Saya salut dengan orang-orang seperti ini di Singapura, tidak banyak mengeluh sedikit-sedikit complain ini itu, tapi justru mereka berusaha dan mencari solusi. Dan saya juga jadi banyak belajar dari mereka ini.
Bantuan untuk warga pun tak segan-segan diulurkan pemerintah Singapura. Untuk warga lokal atau Singaporeans, dan PR's bisa mengambil SGD 500. Bantuan ini diberikan untuk warga yang terganggu penghasilan rumahtangganya karena pandemi COVID-19. Kemudian ada tambahan SGD 600 untuk tiap-tiap orang dewasa, dan ini hanya untuk Singaporeans. Kalau ada anak dan punya orang tua yang harus diurus, jumlah bantuan uang ini akan bertambah dan bertambah lagi. Kemudian orang-orang yang self-employee atau punya bisnis sendiri, pengajar tari misalnya bila keuangannya terganggu maka bisa mengambil bantuan dari pemerintah. Selain itu bisnis-bisnis makanan seperti hawkers (warung-warung makan) yang mau beralih kedigital akan di-support pemerintah. Kemudian untuk taksi-taksi, karena masa pandemi seperti sekarang sepi penumpang karena orang pada kerja dirumah, orang-orang tidak keluar rumah, mereka bisa beralih menjadi menjadi taksi yang membantu orang belanja/ membelanjakan orang dan pengantar makanan, beralih ke delivery, serta bisa sign up menjadi taksi khusus untuk membawa pasien yang terinfeksi coronavirus (tentu saja para sopir taksi khusus ini diberi kursus oleh pemerintah tentang tata cara memakai baju pelindung, masker, disinfektan taksi dll). Selain itu ada namanya bantuan pembayaran tagihan bulanan (listrik, air, dan gas) yaitu sebesar $ 100 tiap-tiap rumahtangga yang paling tidak ada satu orang Singaporean dalam rumahtangga itu. Ada juga pembagian masker dari pemerintah, bisa dibaca link-nya disini https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/02/pemerintah-singapura-membagikan-masker.html dan ini pembagian masker ke-2 https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/04/pemerintah-membagikan-masker-untuk-ke-2.html dan pembagian masker ke-3 kali ini warga bisa mengambil di counter RC dan CCs jam 10 pagi sampai jam 6 sore (mulai tanggal 26 Mei - 1 Juni) atau pun di vending machine di CCs selama 24 jam (26 Mei - 14 Juni). Ya banyak sekali paket bantuan pemerintah Singapura untuk menyokong kehidupan warga dalam masa-masa krisis. Untuk bantuan bahan makanan juga banyak diberikan pada warga yang membutuhkan/ berkekurangan, tidak hanya lembaga pemerintah, banyak oraganisasi sosial yang bergerak cepat memberikan bantuan kebutuhan bahan makanan ini. Bahkan sampai orang pribadi memberi bantuan dengan cara mereka sendiri misal ada penjual makanan di hawker yang malah tetap buka warung makan-nya setiap hari (padahal tidak ada pembelinya), masak setiap hari untuk kemudian makanan-nya dibagikan pada siapa saja yang mau atau membutuhkan. Tidak ada penghasilan bagaimana penjual di hawker ini tetap bisa masak tiap hari? Jawaban-nya adalah mereka membuka donasi, uang dari hasil donasi-lah yang digunakan untuk membeli bahan makanan kemudian dimasak setiap hari dan diberikan pada mereka yang membutuhkan.
Untuk sekolah-sekolah bagaimana, sekolah ditutup dan anak-anak belajar dari rumah, atau bagaimana? Di Singapura untuk saat ini sekolah masih ditutup dan anak-anak belajar dari rumah / full home-based learning sejak 8 April 2020. Kemudian untuk kindergatens, pre-schools, student care centers masih tetap melayani secara terbatas hanya untuk anak-anak yang orangtua-nya bekerja di essential services. Untuk ujian tengah semester di-cancelled. Sementara ujuan national atau National examinations tetap akan berjalan sesuai yang sudah direncanakan. Selain itu dari Kementerian pendidikan meminjamkan digital devices untuk anak-anak yang tidak punya dirumah. Tentu saja itu semua demi kelancaran home-based learning. Rencananya setelah circuit breaker berakhir tanggal 1 Juni, sekolah akan mulai buka tetapi dibagi-bagi secara bertahap dan tentu saja dengan masih memberlakukan langkah-langkah pencegahan, misal satu siswa satu tempat duduk dengan jarak berjauhan 1 m kurang lebih dari yang lain, disinfektan meja sebelum belajar dikelas dll..., Dan untuk mempersiapkan pembukaan kembali sekolah ini, pemerintah Singapura melakukan tes COVID 19 pada staff serta guru-guru sekolah. Dan secara keseluruhan, secara bertahap pemerintah Singapura akan melakukan tes COVID-19 untuk semua warga.
Sementara perkembangan kasus Coronavirus di Singapura mulai bulan Maret meningkat mengingat pemerintah Singapura recall atau memanggil pulang warga Singapura yang berada diluar negeri, karena banyak sekali yang sekolah keluar negeri seperti Eropa dan Amerika. Jadi dibulan Maret jumlah kasus baru lebih dari separohnya adalah imported cases, kurang lebih 80% -nya adalah imported cases. Memasuki bulan April jumlah yang terinfeksi COVID-19 naik tajam yaitu diangka 1.000-an kasus per harinya, yaitu para pekerja migrant yang tinggal diasrama. Yup, benar sekali, jumlah pekerja migrant asal Banglades dan India yang tinggal diasrama itu banyak sekali dimana mereka ini kebanyakan bekerja dibidang konstruksi, juga petugas kebersihan. Sampai tulisan ini di publish kasusnya masih banyak ada diasrama pekerja migrant ini. Kalau tidak salah informasi dari pemerintah kasus di asrama ini adalah pecahan kasus dari Mustafa yang ada di Little India, seperti yang sudah kita ketahui para pekerja migrant ini tiap akhir pekan suka kumpul-kumpul di Little India. Sejak saat itu (kasus banyak di pekerja migrant) pemerintah Singapura berusaha untuk meng-contain penyebaran virus di asrama ini dengan cara memecah-mecah penghuni asrama, jadi mereka dibagi-bagi dalam kelompok kecil dan dipecah untuk tinggal dibeberapa tempat yang sudah disediakan pemerintah Singapura. Dan mereka dipastikan untuk tetap digaji dan diberi akomodasi. Pemberian akomodasi tempat tinggal dll ini juga diberikan untuk orang yang tidak punya tempat tinggal atau gelandangan. Kenapa para gelandangan ini diperhatikan juga? Karena kalau sampai mereka terinfeksi COVID-19 itu bisa menginfeksi community / menyebar kewarga. Oleh karenanya hal penting untuk diperhatikan dalam masa pandemi adalah mengurus para gelandangan ini, diberi tempat tinggal agar tidak keluyuran diluar, serta bisa diawasi juga. Karena masa sekarang terutama sejak pemberlakuan partial lockdown atau disebut circuit breaker (sejak April lalu) adalah masa dimana orang harus dirumah tidak boleh keluar-keluar, kecuali membeli bahan makanan atau obat. Sementara untuk case diluar asrama pekerja migrant, kasus di community jumlahnya kecil sekali yaitu hanya satu digit. Per tanggal 24 Mei, jumlah kasus baru ada 548, dimana 544 adalah pekerja migrant yang tinggal di asrama, dan 3 kasus adalah Singaporeans/ PRs dan 1 Work Permit holder. Totak cases 31,616 dimana total discharged atau sudah sembuh ada 14,876 dimana hingga kini jumlah korban meninggal ada 23 dan saat ini aktif cases jumlahnya ada 16,717 per 24 Mei. Mungkin banyak orang diluar Singapura bilang kalau di Singapura kasus-nya tertinggi di Asia Tenggara, tapi penting untuk digaris bawahi bahwa situasi di Singapura undercontrol, pemerintah Singapura bisa meng-contain penyebaran virus. Jadi, saya pribadi sebagai orang yang berdomisili di Singapura, kami tahu asal atau dari mana tempat yang terinfeksi (contact tracing-nya bagus), jadi kami sebenarnya tidak merasa khawatir karena tahu informasinya dan harus bagaimana menyikapinya, dan terutama tetap harus melakukan langkah-langkah pencegahan. Membicarakan contact tracing, warga di Singapura menggunakan aplikasi dari pemerintah yaitu safeEntry check in, aplikasi ini dipakai oleh warga untuk check in bila kita memasuki supermarket, toko pet, dan mall misalnya, bahkan naik taksi pun ada check in ini. Fungsinya apa, dengan adanya safeEntry check in bila ada orang yang terinfeksi, itu bisa di track si orang ini pergi kemana saja. Dengan begitu penyebaran virus bisa di contain. Yup, saya percaya dan confident dengan pemerintah Singapura.
Untuk circuit breaker, atau kalau orang diluar bilang partial lockdown, ini berakhir 1 Juni 2020. Kita wajib untuk stay at home alias dirumah saja saat pemberlakuan circuit breaker. Keluar rumah hanya untuk membeli bahan makanan atau essential. Kalau keluar rumah wajib pakai masker dan self-distancing, kalau tidak bakal kena denda $ 300 Nah kalau melanggar Stay-Home Notice bisa dipenjara 6 bulan dan denda $ 10,000 Dibeberapa pasar yaitu pasar besar seperti pasar Geylang Serai, Chong Pang Market, Marsiling, dan Pasar Jurong West, kalau mau berbelanja kepasar ini kita harus menujukkan IC untuk masuk belanja kepasar tersebut. Punya nomer belakang IC / KTP genap maka belanja ditanggal genap, kalau nomer IC belakangnya ganjil maka belanja ditanggal ganjil. Untuk saya sendiri, sejak adanya kasus pertama COVID-19 di Singapura 23 Januari 2020 lalu, saya sudah mulai belanja seminggu sekali yaitu ke supermarket membeli bahan makanan dan kebutuhan lain dan beberapa kebutuhan cukup beli di minimart terdekat, padahal sebelumnya sering ke pasar untuk membeli sayuran dan buah segar. Sempat dua atau 3 kali belanja kepasar. Kenapa ke supermarket? Karena untuk mengurangi aktifitas keluar rumah dan menghindari jam-jam ramai. Yup, saya punya kebiasaan baru yaitu belanja ke supermarket dijam tengah malam atau pagi buta jam 5 pagi. Dijam tengah malam dan pagi buta hanya supermarket yang buka, pasar buka pagi sampai tengah hari. Jadi ya saya lebih memilih ke supermarket seminggu sekali untuk mengurangi kontak dengan orang-orang. Tapi nampaknya di jam pagi buta ini ternyata banyak juga yang berbelanja tapi tentu saja tidak seramai jam normal. Selain itu, belanja pagi buta untuk menghindari para hoarder yang biasanya belanja jelang sore.
Kami bersyukur, dimasa-masa krisis seperti sekarang kami berdomisili di Singapura. Kenapa? Karena di Singapura itu warganya sadar diri dan mengikuti arahan pemerintah. Misal para tetangga kami disini tidak ada yang keluar rumah kecuali belanja makanan, kami dengan tetangga kalau menyapa hanya melambai tangan dari kejauhan (practise social distancing), dan meskipun cuma mau nyiram bunga kami tetap pakai masker. Dan saya salut dengan warga muslim di Singapura, kenapa? Karena warga muslim Singapura memahami kenapa tempat ibadah masjid ditutup, jadi terawih dirumah, sholat ied dirumah saja, tidak ada kunjung-mengunjungi sanak saudara di hari raya, termasuk mengunjungi orangtua, tidak ada, hari raya tetap dirumah saja. Tidak complains tapi mencari solusi, misal saat buka puasa ya tetap buka puasa bersama dengan cara video call dengan semua keluarga. Yup, sejak hari pertama puasa begitu, yang biasa buka puasa bersama keluarga, teman, atau rekan kerja, semua itu tidak ada selama masa krisis ini. Saya salut luar biasa karena tingkat pemahaman akan bahaya coronavirus ini dimengerti dengan baik oleh warga muslim di Singapura. Kenapa penulis bilang begitu? Karena 2 hari lalu ada kenalan penulis di Indonesia yang ngeyel ikut sholad ied yang diselenggarakan di masjid. Dan sikap ngeyel-nya itu luar biasa dengan berkata, "kan cuma sebentar, kan pakai masker bla bla...". Itulah tipikal kebanyakan orang Indonesia yang tidak paham situasi krisis coronavirus. Buat kami yang tinggal di Singapura kami paham betul bagaimana bahaya-nya atau sangat menular-nya coronavirus karena di Singapura sudah pernah ada cluster / local case digereja, dimana 2 orang terinfeksi dan menular kebanyak orang dalam komuniti gereja tersebut, kemudian ada cluster/ local case disebuah tempat makan (ada acara gathering atau acara kumpul-kumpul dan makan-makan), hanya karena satu orang terinfeksi kemudian menginfeksi ada 40 orang kalau tidak salah. Di Singapura sini warga paham betul bagaimana kita ini harus punya rasa tanggungjawab kesehatan publik atau puya rasa social responsible. Kalau orang memahami apa itu social responsible pasti mereka tidak akan keluar rumah untuk sholat Ied. Di Singapura sini orang yang terinfeksi namun si orang ini tetap seperti orang sehat (karena tubuhnya bisa fight), tapi...ada tapinya, selama virus-nya masih aktif didalam tubuh orang tersebut maka bisa menular keorang lain dan orang lain malah yang sakit dan bisa saja meninggal. Karena kan nih orang tidak tahu bahwa ia terinfeksi, jadi ia bisa keluar rumah dan ketemu orang serta menulari orang lain. Oleh karenanya, seperti saya pribadi, ya kami belajar dan paham betul kenapa sih kita ini harus stay at home atau dirumah saja, tidak kumpul-kumpul dan berinteraksi dengan banyak orang, dan kami paham betul apa yang harus kita lakukan untuk langkah-langkah pencegahan memutus rantai penyebaran coronavirus, apa itu? ya itu tadi, stay at home! stop gathering (tidak kumpul-kumpul), serta meminimalisir kontak dengan orang-orang sekalipun keluarga sendiri kalau tidak tinggal satu rumah ya jangan berkunjung. To win this battle we must work together! stay at home! Bahkan nanti setelah circuit breaker berakhir 1 Juni, masih banyak yang bekerja dari rumah dan saya pun ya masih dirumah saja. Kami pribadi sejak bulan Januari 2020 lalu (sejak case pertama dikonfirmasi), saya dan suami sudah tidak pernah keluar rumah, sudah 4 bulan kami dirumah saja tidak kemana-mana. "Wah sampai kapan, bosen dirumah bla bla..." Ya harus bersabar, dan untuk bisa bersih dari coronavirus ya warga-pun harus bekerjasama bukan cuma complain terus bisanya... Do our part, play our part, stay at home, kalau bisa membantu yang lain ya bantu.
Itulah kurang lebihnya bagaimana situasi di Singapura dalam masa pandemi. Saya pernah melihat acara khusus tentang krisis diseases di TV belum lama ini. Dari kesimpulan acara itu dan memang benar adanya bahwa bukan tenaga medis atau scientist yang bisa mencegah terjadinya epidemic, tetapi ya sikap dan kebiasaan manusia itu sendiri yang harus baik dan benar. Seperti makan yang baik dan benar (jangan makan hewan-hewan liar atau hewan eksotis yang membawa penyakit hanya alasan untuk kesehatan), makan sayur dan buah itu sehat, benar tidak? Baca disini bagaimana pentingnya makan makanan sehat setiap hari dan apa saja makanan sehat agar membantu imun sistem kita bagus https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/03/bagaimana-caranya-agar-daya-tahan-tubuh.html Dan yang pasti makan sehat itu ternyata murah. Kita pun jadi manusia harus hidup yang baik dan benar (harus jaga kebersihan diri, keluarga, rumah, dan lingkungan). Nah kalau sudah terlanjur jadi krisis seperti sekarang situasi coronavirus-nya, tentu saja hal ini jadi tugas kita bersama sebagai manusia untuk memutus rantai penyebarannya. Bagaimana caranya? Seperti yang sudah penulis sebut diatas, stay at home, practise social distancing, stop gathering, punya rasa tanggungjawab sosial dan ini penting untuk dicatat jangan banyak complain. Tidak perlu banyak protes dan mengeluh ini dan itu... misal masker mahal susah didapat atau masak harus beli masker terus-terusan, ya bikin sendiri, baca disini bagaimana membuat masker mandiri dirumah https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/04/menjahit-4-layer-masker-tanpa-keahlian.html Hansanitizer susah didapat atau mahal, atau tidak mau keluar uang terus untuk beli sanitizer ya bisa bikin sendiri dengan cara lebih hemat dari pada beli-beli, baca disini bagaimana membuat handsanitizer https://acikmdy-journey.blogspot.com/2020/02/mudahnya-membuat-hand-sanitizer-sendiri.html Berkurang pendapatan atau kehilangan pekerjaan ya saatnya harus belajar hal baru karena percayalah satu opportunity tertutup maka ada terbuka banyak opportunity yang lain. Itu yang dikatakan oleh kawan penulis yang merupakan orang Jepang. Begitu pun dengan kawan penulis yang merupakan orang Belgia, kawan saya ini berkata, "beradaptasilah dengan situasi, adaptasi kebiasaan kita selama masa krisis ini". Dalam masa-masa krisis seperti sekarang bagus lagi kalau bisa membantu yang lain, jadi volunteer atau membantu secara pribadi.
Tetap semangat menjalani hidup untuk kawan-kawan sekalian baik yang di Singapura maupun diluar Singapura. Jangan pernah hilang harapan kemudian banyak protes banyak ngomong complain dan complain... Hidup itu tidak selalu ada pelangi setiap hari, ada kalanya badai datang. Nah, kita jangan lupa untuk tetap selalu bersyukur. "huh...gimana bersyukur wong ada coronavirus jadi gak ada pendapatan atau hilang pekerjaan...", stop jangan banyak mengeluh. Percayalah banyak orang struggle dan suffer dalam masa-masa sekarang, tapi orang-orang itu tidak banyak mengeluh tetapi justru mereka berusaha survive bahkan menemukan opportunity yang lain dimasa pandemi. Stay safe, stay vigilant, and stay strong, there is a light after the storm!
Note:
- Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Do not copy this article without permissions