Menyelesaikan S1 Dalam Waktu 3,5 Tahun Dengan Nilai Bagus? Bagaimana Caranya?

Penulis teringin sekali menuliskan topik ini sejak lama karena saya gregetan melihat banyak sekali anak-anak mahasiswa dari jaman penulis sekolah S1 sampai saat ini karakternya sama yaitu tidak punya rasa tanggujawab pada study-nya. Tidak bertanggugjawab? Iya banyak mahasiswa tidak bertanggungjawab untuk sekolah dengan baik dan benar, alih-alih malah selesai strata 1 atau S1 lebih dari 4 tahun. Padahal kalau sekolah dengan baik dan benar bisa saja mahasiswa-mahasiswa menyelesaikan strata 1 atau S1 dalam waktu 3,5 tahun, plus dengan nilai bagus. Semudah itukah, bukannya sekolah di universitas itu sulit kata banyak orang? Jika mau berusaha keras pasti bisa! Bagimana caranya?

Bukan merasa sombong, tapi penulis menyelesaikan strata 1 atau S1 dalam waktu 3,5 dengan IPK bagus saat wisuda, dan itu terjadi kurang lebih 14 tahun lalu. Mungkin banyak orang bilang, "lah situ kan otaknya encer bla bla...jadi wajar bisa selesai S1 dalam waktu 3,5 tahun.." Mungkin juga ada yang berkata, "lah situ kan ekonomi jurusannya, saya mah jurusan eksak jadi lebih susah bla bla.." Boleh percaya, boleh tidak, bila kita membicarakan masalah otak encer atau pintar, ambil study eksak atau bukan, percayalah satu angkatan dengan penulis banyak yang jauh lebih cerdas dari saya tapi lulus strata 1 bisa lebih dari 5 tahun bahkan 7 tahun baru lulus S1. Padahal fasilitas untuk kuliah mereka top dari pada saya. Bagaimana tidak top, mereka komputer punya, hape untuk bisa internet punya, uang bulanan lebih dari cukup untuk beli buku-buku kuliah, makan enak terus tiap hari biar otak lebih bagus, tinggal ditempat kost nyaman biar bisa belajar nyaman. Lah saya? komputer untuk kuliah saja tidak punya, waktu itu selalunya pergi kerental komputer untuk mengerjakan tugas kuliah, pergi ke warnet untuk mencari sumber/ bahan paper, kalau ada uang cukup beli buku kalau tidak ya saya foto copy buku (teman yang beli bukunya), makan nasi kucing sampai ada yang mem-bully saya dengan mengatakan, "makan nasi kucing tiap hari bagaimana bisa pintar?", tinggal dikost-kost-an biasa tidak punya fasilitas apa-apa. Hal yang menarik, ada yang cuma biasa dikelas justru malah bisa selesai S1 dalam waktu 3,5 tahun. Jelek-jelek ya wisuda 4 tahun. Kok bisa ya? Itulah kenyataan yang terjadi dalam dunia universitas, dan maaf saya harus bilang dunia nyata sekolah universitas di Indonesia. Mungkin ada orang akan bilang, "tidak semua begitu", maka jawaban saya itulah kenyataan yang terjadi baik di universitas ternama maupun universitas kecil, saya lihat sama fenomena-nya. Kenapa hal ini bisa terjadi?

Bapak penulis pernah berkata, "kamu nanti kuliah, sekolah universitas, ambil management, bekerja dibidang marketing.." Padahal saat itu penulis masih kecil, mungkin kelas 3 Sekolah Dasar atau malah lebih kecil lagi dan saya belum bisa memahami akan menggeluti bidang apa. Tapi nampaknya bapak penulis sudah bisa melihat masa depan bahwa saya akan menggeluti bidang ekonomi. Kata-kata itu ter- setup diotak saya. Kelas 5 Sekolah Dasar, penulis sudah memutuskan dan memikirkan untuk masuk perguruan tinggi/ bangku universitas nantinya dan ambil ekonomi. Masuk bangku Sekolah Menengah Pertama, penulis bercita-cita ingin menjadi insinyur ekonomi, dan bapak saya bilang jadi dokter alias Dra. Ekonomi. Ya, maklum dimasa bapak penulis, gelar Dra dan Drs itu dipakai untuk strata 1 bidang apa saja. Kemudian dibangku kelas 2 Sekolah Menengah Atas, penulis sudah mulai punya impian sekolah keluar negeri. Padahal saya cuma anak kampung dan sekolah dikampung tapi impiannya sekolah keluar negeri? Karena saya berbeda dari kebanyakan anak kampung dan punya impian untuk sekolah setinggi-tinggnya itu saya banyak di-bully sanak saudara dan orang-orang sekitar. Bisa dibaca artikel yang berkaitan disini linknya https://ichi-journey.blogspot.com/2019/06/berasal-dari-desa-gaji-bapak-saya-rp.html  Ketika lulus Sekolah Menengah Atas, saya langsung berangkat untuk sekolah ke universitas dikota Yogyakarta. Sebenarnya, saya inginnnya sekolah strata 1 atau S1 di Jakarta karena menurut saya disana informasi untuk sekolah keluar negeri bakal banyak. Kalau bisa sih langsung sekolah keluar negeri dinegara Eropa. Tapi saya tidak memaksakan kehendak dan memikirkan diri saya sendiri untuk masuk universitas di Jakarta, apalagi minta dikirim ke Eropa, karena bapak saya hanya mampu membiayai dikota Yogyakarta. Dikirim sekolah ke Yogyakarta saja saya dah bersyukur, setelah itu saya akan terus melanjutkan perjalanan saya mencapai cita-cita dengan kaki-tangan sendiri. Penting untuk digarisbawahi bahwa penulis sudah menjadwal dan sudah mentargetkan untuk lulus strata 1 atau S1 ekonomi dalam waktu 3,5 tahun sejak jauh hari sebelum saya berangkat kekota Jogja. Kalau tidak salah ketika masuk dibangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas, saya sudah bersiap-siap untuk menyelesaikan S1 ekonomi nanti dalam waktu 3,5 tahun dengan nilai baik pastinya kalau bisa terbaik. Jadi, penulis sudah punya impian masuk universitas sejak jaman Sekolah Dasar dan sudah merencanakan untuk lulus Strata 1 atau S1 Ekonomi dalam waktu 3,5 tahun saat masih duduk dibangku kelas 3 Sekolah Menengah Atas. Jadi, bila hendak ditengok kebelakang, persiapan untuk bisa sukses menyelesaikan strata 1 atau S1 dalam waktu hanya 3,5 tahun, ya saya/ penulis sudah ancang-ancang sejak masih Sekolah Dasar. Dini sekali ya, padahal anak-anak lain masih main keluyuran haha hihi saya malah sudah mengencangkan ikat pinggang untuk bisa meraih masa depan sebaik-baiknya.  

Inilah hal-hal yang harus diketahui untuk bisa menyelesaikan strata 1 atau S1 dalam waktu hanya 3,5 tahun, plus dengan nilai bagus, jelek-jelek ya IPK 3,00 Catat dan ingat baik-baik sebelum membaca lebih lanjut artikel ini bahwa disini tidak ada trik, tidak ada magic abakadabra agar bisa cepat lulus kuliah, semua diawali dengan niat sungguh-sungguh. Niat sungguh-sungguh ini HARUS di-support oleh beberapa faktor, apa saja itu?

1. Tentukan sejak dini ingin study apa

Apa sih ini maksudnya? Apa pentingnya sih menentukan sejak dini bidang apa yang hendak kita masuki/ geluti nantinya? Tanyalah pada anak-anak yang sekarang duduk dibangku Sekolah Menengah Atas, ada berapa anak yang bisa menjawab ingin masuk universitas jurusan A karena ingin berkarya dibidang A. Jangankan yang sudah dibangku SMA, yang sudah berstatus mahasiswa saja belum tahu mau berkarya dibidang apa setelah wisuda. Kebanyakan yang terjadi, saat diuniversitas sekolah jurusan A, saat berkarya jurusan Z. 

Tentukan sejak dini ingin berkarya apa dimasa depan. Kalau belum tahu dan tidak terpikirkan mau berkarya dibidang apa, maka segeralah bagi adik-adik sekalian yang sekarang duduk dibangku Sekolah Menengah Atas untuk memutuskan mau sekolah universitas jurusan apa dan tentu saja jurusan sesuai dengan bidang yang hendak kita geluti nantinya, plus...memang punya passion dibidang tersebut. Misal ingin berkarya dibidang perbankan, ya sekolahlah ekonomi.

Buat apa sih ini? Dari pengalaman penulis, menentukan bidang apa yang hendak digeluti dimasa depan itu sangat penting. Boleh percaya, boleh tidak, penulis dulu sewaktu di Sekolah Menengah Umum, saya sampai harus berhadapan dulu dengan guru bimbingan konseling 2 kali atau berapa saya sudah lupa hanya karena saya ingin masuk kejurusan IPS saat kelas 3. Sampai ada guru bersikap sinis pada penulis hanya karena pilihan saya dan berkata, "hey, Acik, kamu itu kok malah mau masuk ke IPS, kamu tempatnya di IPA, sapa nanti yang masuk IPA? Itu si D (menyebut salah satu kawan kelas penulis yang nilainya dibelakang)?." Penulis tidak menanggapi, karena saya sudah menentukan akan masuk jurusan Ekonomi di universitas. Manfaatnya apa? Saya sudah punya pondasi atau dasar saat masuk jurusan Ekonomi/ Management ditingkat Universitas. Contohnya mata kuliah Matematika Ekonomi, Teori Ekonomi, ini saya sudah tahu dan sudah pernah dipelajari serta saya dapatkan materinya ketika masuk jurusan IPS sewaktu SMA itu. Dan ini membantu serta mempercepat penulis untuk memahami materi perkuliahan. Karena pada intinya, dibangku universitas itu saya tinggal memperdalam materi Matematika Ekonomi. Banyak/ sebagian besar kawan kelas bahkan kakak tingkat atas mengulang matakuliah ini karena sulit katanya, ditambah dosen galak, saya malah diberi nilai A oleh dosen saya. Lah seandainya tidak masuk jurusan IPS saat SMA, saya pasti punya tingkat kesulitan tersendiri. Nah kalau begini tentu saja perjalanan perkuliahan akan lebih smooth... Artinya apa? Kita bisa cepat lulus sesuai target 3,5 tahun!

2. Rencanakan dengan baik study kita

Dulu pernah ada saudara yang berkata pada penulis, "alah kebanyakan rencana tapi tidak ada tujuan bla bla...!" Dalam kenyataannya dengan perencanaan-perencanaan yang saya buat itulah yang membimbing saya hingga bisa hidup seperti sekarang ini. Dan kehidupan saya sekarang ini membuat banyak orang iri baik saudara sendiri, juga kawan saya banyak yang iri. Seseorang bila sudah merencakan sesuatu tentu saja ada goal yang hendak dicapai. Buat saya, perencanaan itu penting sekali karena dengan begitu akan membimbing serta membantu untuk tetap pada jalur impian yang hendak diraih dimasa depan. Lah, sebuah perusahaan besar saja butuh perencanaan jangka pendek dan jangka panjang, apalagi kehidupan kita, benar tidak?

Kalau sudah memutuskan untuk sekolah universitas ambil strata 1 atau S1, maka cepat-cepatlah sebelum daftar untuk merencakan study dengan target 3,5 tahun sudah lulus, jelek-jelek 4 tahun! Kalau tidak bisa tahu dengan pasti akan lulus Strata 1 atau S1 dalam waktu 3,5 tahun atau jelek-jelek 4 tahun, maka TIDAK usah masuk universitas! Penulis tegas dalam hal ini, kenapa? Karena kasian bapak kalian yang membiayai universitas bila kalian sekolah tidak jelas. Yup, sejak jaman Sekolah Dasar kelas 5 itu dalam otak saya sudah ter-set up untuk melanjutkan sekolah S1 bukan Diploma (D1, D2, D3). Kalau bisa lulus S1 atau strata 1 dalam waktu 3,5 tahun, kenapa saya harus sekolah Diploma yang selesainya 3 tahun? Buat penulis sayang waktunya terbuang karena dalam waktu yang hampir bersamaan sudah bisa mengenggam degree yaitu S1. Itulah saya, dalam urusan sekolah tidak akan pernah main-main. Dari pengalaman penulis sendiri, ketika sudah punya target 3,5 tahun wisuda, saya cepat-cepat membuat agenda sejak semester satu. Apa agenda-nya? Agenda saya waktu itu adalah merencanakan mata kuliah-mata kuliah semester atas yang bisa saya ambil disemester saya, misal saat semester 2, saya bisa mengambil mata kuliah yang ada disemester 4, kemudian ambil semester pendek saat liburan semester panjang mengambil mata kuliah semester atas. Yup, ketika libur semester panjang tiba saya malah tetap kekampus masuk kelas mengambil mata kuliah semester atas, atau kalau hendak memperbaiki nilai ya saya ambil semester pendek ini. Padahal mahasiswa lain ada yang pulang/ mudik kedaerahnya, atau tidak mudik tapi malah santai-santai main keluyuran sana-sini. Boleh percaya, boleh tidak, disemester 4 penulis sudah menemukan topik skripsi apa yang akan saya ambil dan sudah menentukan judul skripsi, dan saya sudah tahu harus melakukan apa saja. Jadi sejak semester 4 penulis sudah mulai research, dan mencari-cari bahan untuk skripsi, beli buku-buku, bahkan harus keluar-masuk perpustakaan beberapa universitas lain. Banyak orang tidak percaya bahwa saya skripsi cuma 2 bulan selesai. Dan skripsi saya itu benar-benar original, karena apa? Karena banyak mahasiswa yang skripsi-nya beli, bahkan ada mahasiswa yang  skripsi-nya fiktif (data fiktif, perusahaan yang dipakai-pun fiktif). Kok saya tahu? Iya saya tahu karena dulu saya punya kenalan orang rental komputer yang menerima jasa pembuatan skripsi, kalau tidak salah dulu biayanya 2 juta untuk satu skripsi, mungkin ada yang lebih mahal, dan ada kawan satu angkatan yang juga skripsi fiktif (data fiktif, perusahaan-pun fiktif). Wow kan dunia universitas di Indonesia? Maka dari itu, untuk adik-adik mahasiswa diluar sana, rencanakan study kalian dengan baik bila sudah memutuskan untuk sekolah universitas, rencanakan semester 4 sudah harus mulai mencari topik untuk skripsi. Jadilah seorang mahasiswa yang baik dan benar. Jangan pernah terpikirkan untuk membuat skripsi fiktif atau beli/ pesan skripsi. Sekalipun nilai skripsi kita hanya di beri B sementara mahasiswa lain yang membuat skripsi fiktif diberi A, jangan pernah merasa marah dan kecewa karena hal itu. Karena apa? Karena pembuktian akan kemampuan kita itu ada diluar sana. Dari pengalaman penulis sendiri, karena terbiasa membuat paper original, juga skripsi saya dulu original, manfaatnya saya rasakan ketika mengikuti study di Universitas Luar, misal saat saya mengikuti study di Curtin University, saya tidak kaget ketika harus research untuk paper. Penting untuk diketahui bahwa sekolah diluar itu ketat, membuat paper fiktif, hasil research fiktif, dibuatkan oranglain/  pesanan, atau copy paste konsekuensinya luar biasa, nilai kita dinolkan (tidak peduli meski ujian sebelumnya nilai bagus), plus sudah pasti masuk dalam daftar hitam university. "Time is priceless." Maka rencanakan study dengan baik.

3. Belajarlah dengan baik dan benar

Bagaimana caranya? Caranya ya harus rajin masuk kelas, rajin mencatat, kalau tidak tahu ya tanya (tanya dosen atau kawan kelas yang lebih memahami). Biasanya dosen-dosen akan merekomendasikan buku yang dipakainya, maka carilah buku-buku itu untuk belajar dirumah atau dikost (bagi yang nge-kost) sebelum kelas dimulai, artinya misal besok ada jadwal mata kuliah A ya malam harinya kita sudah harus membaca-baca buku matakuliah tersebut. Tak cukup sampai disitu, setiap paper dan tugas kuliah lainnya harus dikerjakan dan dikumpulkan. Hasilnya apa? Hasilnya nilai kita akan bagus, tidak perlu harus mendapat nilai terbaik misal 90, paling tidak minimal 75. That's good enough you know...

Banyak mahasiswa berkata, "jadi mahasiswa kerjanya jangan cuma masuk kelas, pulang kost, hanya berkutat dikamar kost, tapi carilah pengalaman bla bla...biar bisa ngomong didepan publik dll..." Tapi untuk saya, pandangan saya jauh berbeda dari kebanyakan mahasiswa karena tugas seorang pelajar ya belajar itu nomer satu. Mau cari pengalaman dan kegiatan ya cari yang bermanfaat yang bisa men-support cita-cita kita, itu pandangan penulis.  Boleh percaya, boleh tidak, saat menempuh Strata 1 atau S1 ekonomi dulu, setiap penulis presentasi (jurusan Ekonomi Management sering presentasi) didepan kelas tidak ada yang berani berdebat dengan saya entah dikelas seangkatan maupun dikelas angkatan atas. Padahal penulis tidak ikut organisasi-organisasi kampus, seperti himpunan mahasiswa-lah ini-lah itu-lah, tapi saya bisa berbicara lantang saat presentasi dan tidak ada yang berani berdebat dengan penulis. Oleh karenanya, disinilah pentingnya kita belajar, belajar, dan belajar, karena pada akhirnya ilmu pengetahuan-lah yang berbicara. Malah saran saya, kalau waktu bisa diatur, kerja-kerja-lah part time. Dan saat itu penulis sempat kerja dibidang marketing selama 6 bulan. Mahasiswa-mahasiswa lain sibuk ikut rapat organisasi sampai harus ponteng kelas, banyak yang sibuk pacaran seusai kelas bubar, banyak juga yang keluyuran tidak jelas ke mall-mall, saya malah sibuk belajar dan ikut rapat koordinasi dengan atasan-atasan saya diakhir pekan tanpa harus ponteng kelas. Yup, bahkan saya sudah pernah ketemu pendiri perusahaan yang merupakan orang luar. Mungkin ada yang bilang, "alah cuma marketing sama aja jualan bla bla..." Dalam artikel ini saya beritahu, diluar negeri yaitu di Univeristas di Belgia (Universitas yang saya pilih untuk study), marketing disana itu ada departemen research-nya. Dan itu ada namanya Professor Doctor Marketing. Kok penulis tahu? Lah saya memang mau masuk kedunia riset marketing itu. Oleh karenanya pengalaman kerja marketing yang saya dapat juga bisa berguna, dimana waktu itu saat kawan lain sibuk kesana kemari mencari perusahaan untuk bisa dijadikan paper, saya malah sudah selesai paper-nya. Dan siapa yang menyangka akan berguna jauh kedepan karena saya memang akan masuk research dunia marketing nantinya. Dan waktu itu terpaksa saya hentikan pekerjaan itu karena harus fokus skripsi. Tetap tidak bisa diganggu-gugat, prioritas nomer satu adalah belajar dan menyelesaikan sekolah. Selain berkegiatan mencoba terjun kedunia kerja, penulis-pun sambil kursus, seperti kursus komputer dan bahasa Mandarin. Yup, kawan-kawan saya tidak ada yang minat untuk ikutan kursus, saya pun tak segan untuk pergi kursus sendiri. Maklum kawan saya punya komputer jadi menurutnya tidak penting ikutan kursus begini karena sudah biasa pegang komputer tiap hari. Apalagi kursus bahasa Mandarin, menurut kawan saya waktu itu tidak ada gunanya. Tapi saya tidak peduli apa kata kawan saya, tetap saya berusaha dengan baik dan benar serta belajar banyak hal yaitu hal-hal baru diluar bidang saya.  Buat apa sih belajar hal lain/ hal baru? Buat saya jelas untuk menambah pengetahuan, serta menguji kemampuan saya untuk beradaptasi diluar zona nyaman lingkungan saya, apa itu zona nyaman lingkungan saya waktu itu? Yaitu zona lingkungan universitas serta lingkungan program study Ekonomi tempat menempuh study S1 Ekonomi. Belajar ditempat kursus itu saya bisa ketemu teman baru atau teman lain, berbagi pengalaman positif. Contohnya apa berbagi pengalaman positif? Salah satu kawan kursus saya waktu itu beberapa ada yang punya cita-cita tinggi misal ada yang ingin belajar banyak bahasa tidak hanya Mandarin tapi ia juga belajar bahasa Jepang, nampaknya ia ingin melanjutkan sekolah kenegara tersebut. Kalau saja waktu itu penulis punya biaya cukup, saya pun ingin mengikuti banyak kegiatan kursus lainnya, karena ada kawan yang mengajak saya kursus analis keuangan, TOEFL, dll... Tapi sayang sekali saya tidak punya biaya sebanyak mereka.

Jadi, waktu itu ketika banyak kawan/ mahasiswa lain sibuk main ketempat-tempat wisata, keluar-masuk mall, makan-makan, belanja-belanja dll... penulis saat itu malah sibuk belajar, mencari pengetahuan dan belajar hal baru dengan ikut kursus komputer juga kursus bahasa Mandarin, serta mencari pengalaman baru dengan coba masuk dunia kerja nyata dibidang marketing. Percayalah, hasil belajar kita itu akan menghasilkan sesuatu yang bermanfaat dikemudian hari. Siapa yang menyangka karena dulu pernah kursus komputer membuat penulis makin suka menulis hingga detik ini. Siapa yang menyangka juga ternyata penulis berdomisili di Singapura yang sebagian warga-nya berbahasa Mandarin? Dan ternyata hingga detik ini penulis-pun  masih akan terus bergelut dibidang marketing. Maka belajarlah dengan baik dan benar, belajarlah tentang hal-hal yang bisa men-support  masa depan kita.

4. Kerja Keras

"Oh, jadi simple ya biar dapet nilai bagus tiap mata kuliah ya harus belajar, mengerjakan tugas, dan jangan ponteng kelas, beli buku yang direkomendasikan dosen..." Yup, simple dan sesederhana itu, tapi...ada tapinya, sebagai seorang mahasiswa kita harus bekerja keras untuk mewujudkannya. Dan...tidaklah gampang! Disinilah banyak para mahasiswa menyepelekannya karena dianggap perkara gampang. Bukan rahasia umum lagi dimana banyak mahasiswa diawal-awal semester nyantai-nyantai, karena awal semester bisa dapat IPK 3, sekian... tapi kemudian kelabakan sendiri diakhir semester karena menggampangkan serta menyepelekan study. Masuk sebuah universitas bukanlah sebuah "games." Ketika masuk universitas itulah sikap dan rasa tanggungjawab kita akan dibuktikan dengan kerja keras. Perkara hal sepele misal bangun pagi untuk kemudian siap-siap masuk kelas itu saja sudah membutuhkan sebuah komitmen. Untuk bisa mendapat nilai bagus dan lulus sesuai target ya juga butuh komitmen yang pastinya disertai dengan kerja keras selama study. Contohnya, tiap pulang ke-kost (saya dulu nge-kost) ya langsung belajar kalau sudah bersih-bersih dan makan, bukan malah keluyuran haha hihi main kepantai, kemall, nongkrong-nongkrong dan lain sebagainya. Hello... sekolah universitas itu bukan acara makan-makan dan holiday! Punya tugas langsung dikerjakan, maklum penulis dulu anak ekonomi jurusan management, jurusan management tiap minggu-nya saya punya tugas paper dua sampai tiga dimana paper itu harus dipresentasikan dikelas. Jadi, tidak hanya persiapan persentasi dan menguasai topik paper, tapi juga harus belajar matakuliah lainnya. 

Penulis tahu hal ini tidaklah gampang, karena butuh komitmen tinggi dan kerja keras. Saya sangat paham akan hal ini, karena saya sendiri mengalaminya dimana kadang-kadang baru menyelesaikan tugas lewat tengah malam, masih belajar tengah malam itu biasa. Kadang-kadang kawan lain sudah bersantai karena tidak ada kelas lagi, saya malah masih harus masuk kelas sampai jam 5 sore, kawan lain main sana-sini setelah jam kelas selesai lah saya waktu itu lebih memilih pulang kost kemudian belajar lagi. Study, study, and study... itulah kewajiban dan tugas saya. Capek? Percayalah capek sekali karena harus mati-matian kerja keras agar bisa lulus 3,5 tahun. Apalagi saat semester 7 skripsi, setiap hari keluar kost jam 8.30 pagi, pulang kost jam 9 malam, itu terus begitu setiap hari sampai skripsi saya selesai yaitu 2 bulan. Kok bisa begitu pergi kemana saja saya sepanjang hari? Dari jam 8.30 pagi sampai jam 9 malam itu saya pergi research, keluar masuk perpustakaan universitas lain, ngetik skripsi dirental, konsultasi dan ketemu dengan dosen pembimbing. Padahal saya sudah mulai reseacrh dan mulai mencari bahan skripsi sejak semester 4, tapi tetap masih harus kerja keras. Tapi hasilnya luar biasa, Karena saya sangat bahagia ketika melihat bapak saya tersenyum lebar dan bertepuk tangan ketika diumumkan bahwa sayalah pemegang nilai tertinggi saat wisuda. Maka bekerja keras-lah untuk mencapai achievement! Untuk apa? Agar bapak kita yang membiayai sekolah itu bangga! Pernah ada saudara yang berkata, "alah saya gak ada bangga-bangga-nya sama kamu bla bla..." Apa jawaban penulis? "Carilah kebanggaanmu sendiri, capailah achievement dari hasil kerja kerasmu sendiri agar bapakmu bangga padamu, buat apa membanggakan pencapaian orang lain..." Seperti yang sudah penulis katakan diatas, karena saya punya cita-cita tinggi itu saya banyak di-bully saudara, tapi ketika penulis menggenggam achievement mereka iri karena mereka tidak pernah mencapai pencapaian yang saya raih.

5. Jangan Mengeluh

Banyak ya mahasiswa-mahasiswa yang suka mengeluh dan suka banyak alasan inilah itulah, apalagi kalau ditanya orangtuanya, "kapan lulus?" Saya, bapak saya tidak perlu bertanya tapi saya sudah memberitahu sejak sebelum daftar S1, "saya akan selesai 3,5 tahun, don't worry!" Bahkan tanpa bapak saya menanyakan, setiap mudik (setahun sekali mudik), penulis selalu membawa kertas hasil study, Yup saya tunjukkan hasil belajar saya, jadi bapak saya tahu IPK penulis setiap semester. Kira-kira ada berapa mahasiswa yang melakukan ini? 

Jadi ketika sudah memutuskan untuk masuk universitas, janganlah banyak mengeluh, atau banyak excuses. Namanya sekolah ya berat, kalau tidak mau berat tugas, kewajiban, serta tanggungjawab yang akan dijalani ya gak usah sekolah tapi...tapi konsekuensi ditanggung sendiri. Mental dipersiapkan karena akan banyak halangan dan rintangan. Alih-alih mengeluh ya kita harus bekerja keras. Karena ada ya mahasiswa tidak selesai-selesai skripsi hanya karena alasan dosen-nya ribet, atau dosen-nya banyak minta revisi-revisi dan lain-lain... Percayalah saat skripsi S1 itu penulis banyak revisi, tiap bimbingan skripsi ketemu dosen pasti diminta revisi, dan saya langsung hari itu juga mengerjakan revisi dan ketemu dosen lagi. Dosen bimbingan skripsi tidak ada ditempat saya telpon kapan datang kekampus, dan benar-benar saya tunggu meskipun sampai sore jelang malam. Saat itu salah satu kawan penulis juga bekerja keras untuk menyelesaikan skripsi, dimana kawan saya ini sampai harus ketemu dosen-nya jam 9 malam dikantor yang lain (dosen pembimbing skripsi kawan saya ini juga bekerja dikantor lain selain mengajar dikampus). Kami tidak mengeluh, justru kami bersemangat untuk menyelesaikan skripsi secepat mungkin sesuai target. Ada banyak juga mahasiswa yang mengeluh tidak bisa dapat nilai bagus karena dosen galak-lah pelit nilai-lah susah-lah dll... Dan mengeluh ini bisa beragam, ada mahasiswa yang mengeluh karena tinggal dikost-kost-an biasa, ada yang mengeluh tidak punya fasilitas agar bisa cepat lulus dan sebagainya, banyak sekali excuses! Mau sekolah universitas, siapkan mental, jangan banyak mengeluh tapi bekerja keraslah. Stop complaining, do your best!

6. Fokus

Ada berapa mahasiswa yang malah keluyuran ke mall, keluar masuk store, makan-makan ketempat-tempat mahal kesan-kemari main ketempat-tempat wisata setelah kelas bubar? Jawababnya banyak! Ada berapa mahasiswa yang belajar setelah kelas bubar dan selalu belajar rutin dimalam hari? Jawabannya satu-dua saja. Seperti yang sudah penulis ungkap diatas, sekolah universitas itu bukan holiday! Tapi kebanyakan mahasiswa terlena serasa holiday setiap hari apalagi yang kuliah nge-kost jauh dari orangtua. "Mumpung di Jogja!", itu kata mahasiswa yang sekolah di Jogja. Tapi tahu kah mereka, saat masih menjadi mahasiswa bila sekolah dengan baik dan benar, tiba waktunya suatu saat bukan lagi holiday ke Jogja, tapi holiday ke Eropa. Who's know? Jadi, sekolah ya sekolah, harus fokus, biarkan saja teman lain begitu, jangan ikut-ikut arus, "Go Against the grain!" Ada waktunya dimana kita akan menikmati hasil kerja keras selama study. Pengalaman saya pribadi, dulu waktu menempuh study S1 dikota Jogja, penulis tidak pernah hidup serasa holiday, main ketempat-tempat wisata serta nyoba-nyoba kuliner sana-sini apalagi belanja-belanja, big no!. Dan sekarang puji syukur, kapan saja ingin liburan ke kota Yogyakarta saya bisa dan sangat mampu. Bahkan banyak kawan saya iri karena bisa saja saya bolak-balik berkunjung ke Jogja dalam setahun. Bukan merasa sombong kalau hanya holiday ke Thailand, Vietnam, Myanmar, Hongkong, China dll saya mampu... Tapi sayangnya penulis tidak suka pergi holiday kenegara-negara tersebut. Yup saya itu cuma tertarik ke Jepang karena kawan baik saya disana, selain Jepang tentu saja Eropa. Percayalah, ada waktunya dimana kita akan menikmati hasil kerja keras selama sekolah. 

Ada lagi hal yang membuat mahasiswa tidak fokus, apa itu? Punya pacar. Lho memang tidak boleh  punya pacar? Boleh saja selagi tetap fokus pada sekolah, berprestasi dan nilai bagus. Tapi kalau punya pacar malah membuat seorang mahasiswa jadi tidak fokus sekolah dan malah minta nikah padahal belum wisuda, maka lebih baik tidak usah punya pacar, atau kalau punya pacar tapi membuat urusan sekolah kacau ya tinggalkan saja si pacar. Ingat fokus seorang pelajar adalah study maka selesaikan sekolah dulu. Percayalah, bahwa seorang pasangan hidup yang baik adalah mereka yang memahami akan cita-cita yang hendak kita raih, dan ia justru akan men-support cita-cita dan impian kita bukan malah merusak sekolah juga cita-cita kita. Ada salah satu kawan penulis dimana baru semester 4 sudah minta nikah, what the hell? Padahal bapaknya punya harapan tinggi agar anaknya ini lulus tepat waktu kemudian akan dikirim sekolah S2 ke Jakarta dan berkarya sebaik-baiknya, bapak kawan saya ini ingin anaknya keluar dari daerahnya dan menjadi orang terpelajar. Tapi nampaknya buat kawan saya ini nikah lebih penting dari pada menyelesaikan S1-nya.  Karena tidak dinikahkan akhirnya kawan saya ini tetap kuliah tapi 6 tahun baru wisuda (padahal cerdas), itupun setelah ditanya-tanya bapaknya kapan wisuda. Selesai wisuda pulang kerumah orangtua, kerja minta tolong orangtua, setahun kerja nikah, dan kemudian pada akhirnya masih tergantung orangtua. Suatu ketika kawan saya ini mengirim pesan pada penulis karena ia tahu bahwa saya berdomisili di Singapura, "Hei Acik, aku iri sama kamu, kamu bisa ambil kelas ini itu bla bla...." Penulis tidak menaggapi karena buat apa iri dengan saya, kan dulu sama-sama sekolahnya. Yup, sesal itu datang dikemudian hari alias belakangan, benar tidak? Lha coba seandainya ia fokus sekolah wisuda tepat waktu, ke Jakarta sekolah S2 seperti keinginan bapaknya, bukan tidak mungkin ia bisa berkarya diluar negeri, jadi orang mandiri dan yang pasti bapaknya bangga dengannya. Look guys.. liat-lah orangtuamu, bapakmu yang membiayai kuliahmu itu, lihatlah bagaimana tingginya harapan bapakmu padamu, don't you see that! Hidup ini bukanlah sebuah permainan, jadi fokuslah sekolah dan selesaikan sekolah Strata 1 atau S1 kalian itu tepat waktu maksimal 4 tahun, kalau bisa 3,5 tahun saja. 

7. Tanggungjawab

Kalau sudah memutuskan untuk masuk bangku universitas, maka fokuslah untuk sekolah dan menyelesaikannya. Karena...karena banyak sekali mahasiswa yang menganggap sekolah universitas itu bebas. Bebas tidak ada yang mengawasi proses belajar karena dosen tidak peduli kalian masuk kelas atau tidak bukan urusan mereka, mau ponteng alias meninggalkan kelas hingga satu semester-pun tidak akan ada dosen yang mencari kalian, tidak mengumpulkan paper hingga date line-pun dosen tidak akan memarahi kalian, skripsi tidak kalian kerjakan sampai 7 tahun pun kampus tidak akan mengejar-ngejar kalian untuk cepat selesai, 7 tahun tidak selesai tinggal di DO oleh kampus, itulah bebasnya sekolah universitas tidak akan ada yang mengawasi. Buat penulis justru kebalikan, sekolah universitas itu bukan berarti kita bebas, tapi disinilah tanggungjawab sebagai seorang mahasiswa diuji dan dipertanyakan. Justru tanggungjawab besar-lah yang dipikul untuk bisa study dengan baik dan benar. Dibandingkan dengan kata "bebas" penulis lebih mengacu pada kata "tanggungjawab" untuk menggambarkan sekolah diuniversitas. 

Diawal-awal paragraf sudah penulis sebutkan, jadilah mahasiswa yang punya rasa tanggungjawab akan study kita itu. Dan harus diingat ketika sudah memutuskan untuk masuk universitas tanggungjawab kita besar. Karena disinilah kita belajar menjadi manusia dewasa dan mandiri, artinya bila tidak bertanggungjawab ada konsekuensi yang diterima.  Contohnya apa? Belajar yang rajin, semangat sekolah! Sesimple itu kah? Iya, sesederhana itu dan karena begitu sederhananya kebanyakan mahasiswa lupa akan tanggungjawabnya. Kalau dikirim sekolah S1 ya selesaikan tepat waktu tidak perlu molor-molor, target 3,5 tahun, jelek-jelek 4 tahun. Gimana caranya biar bisa mencapai target? Caranya seperti yang sudah penulis ulas diatas, dari mulai nomer 1 diatas. 

Bagi yang nge-kost, ya belajarnya mengelola keuangan yang diberi tiap bulan oleh bapak kalian itu. Kelola-lah dengan baik. Karena saya punya cerita, pernah ada seorang mahasiswa tiap bulan minta uang tambahan pada bapaknya. Masih bagus uang bulanan habis karena untuk beli buku-buku perkuliahan yang mahal, lha ini habis karena tiap hari belanja baju-lah, sepatu-lah, makan dimall-lah ini lah itulah... kemudian bapaknya mengirim uang bulanan tambahan, apa yang terjadi? Hari ini bapaknya kirim uang tambahan bulanan detik itu juga uang itu langsung dihabiskan untuk membeli lensa kontak dan pakaian, dan uang tambahan itu langsung habis. Terus minta kiriman uang bulanan tamabahan lagi, Are you kidding me? Itulah gambaran dari kebanyakan mahasiswa. Masih berstatus mahasiswa, uang masih dari orangtua ya tidak perlu banyak gaya dan gengsi. Kalau bapaknya orang kaya punya perusahaan ya silahkan saja, tapi kalau kita asalnya cuma orang biasa ya jangan banyak gaya. Dalam urusan pengelolaan keuangan ini dulu waktu menempuh Strata 1 atau S1 di kota Jogja, boleh percaya, boleh tidak, penulis harus menabung minimal sebesar 50ribu per bulan. Itu harus saya lakukan padahal uang bulanan saya waktu itu hanya 500ribu per bulan. Buat apa saya harus menabung tiap bulan? Uang itu bisa digunakan untuk membeli buku disemester selanjutnya, atau untuk membayar kursus, atau keperluan lain, misal sakit harus keklinik. 

Yup, itulah kira-kira beberapa faktor agar seorang mahasiswa bisa selesai Strata 1 atau S1 dalam waktu 3,5 tahun dengan nilai baik. Bukan karena cerdas atau tidak cerdas otaknya, kalau sudah masuk bangku universitas itu tergantung dari niat dan keinginan dari seorang mahasiswa itu sendiri dalam menyelesaikan sekolah S1-nya tepat waktu maksimal 4 tahun, kalau bisa ya 3,5 tahun. Pintar tidak jaminan bisa lulus 3,5 tahun, kebanyakan yang pintar bisa molor sampai 7 tahun baru selesai Strata 1-nya. Tapi mahasiswa biasa tapi rajin dan ulet justru malah bisa lulus S1 dalam waktu 3,5 tahun, jelek-jelek 4 tahun. 

Maka kalau punya/ diberi kesempatan bisa sekolah S1 masuk universitas, maka rajin belajarlah dan semangat sekolah! Jangan sia-siakan kesempatan itu karena menyesal akan datang belakangan. Doing the best at this moment puts you in the best place for the next moment" - Oprah Winfrey. Percayalah hasil kerja keras serta usaha keras kita selama study akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa dikemudian hari. Saya percaya, pendidikan itu sangat penting untuk meraih masa depan yang gemilang. Maka semangatlah selalu untuk belajar, belajar, dan belajar!...👍👍

Note:
  • Written by Acik Mardhiyanti 
  • Do not copy this article without permissions







 




No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...