Meminimalisasi Penyebaran Virus Zika, Mulailah Dari Rumah Kita

Minggu terakhir dibulan Agustus lalu, Singapura dikagetkan dengan adanya virus Zika yang menjangkiti seorang resident. Tanpa menunggu waktu lama, virus Zika ini menyebar kebeberapa tempat lain. Panik? Iya, pastinya warga Singapura panik dan takut. Seperti saya sendiripun merasa agak takut, tapi jangan panik dulu. Mari kita lakukan langkah-langkah pencegahan penyebaran virus Zika ini, yang dimulai dari rumah kita.

Penulis yakin pasti sudah pada tahu semua, bahwa Virus Zika ini ditularkan/ disebarkan oleh nyamuk, yaitu nyamuk Aedes. Nyamuk Aedes ini juga pembawa virus Dengue (di Indonesia kita menyebutnya Demam berdarah) dan virus Chikungunya. Dibandingkan dengan Dengue (Demam berdarah), Zika tidak begitu berbahaya, karena kadar trombosit seseorang yang terinfeksi virus Zika tetap normal.

Meskipun tidak seberbahaya dengan Dengue (Demam berdarah), tetapi kitapun harus tetap waspada bila mengalami gejala-gejala, seperti demam, ada ruam-ruam dikulit, mata merah, serta nyeri-nyeri disendi, atau otot. Untuk wanita hamil tentu sangat takut dan khawatir, karena bila ibu hamil terjangkiti virus Zika, maka akan berdampak pada calon bayi, yang bisa terlahir dengan ukuran kepala lebih kecil. Bagi ibu hamil yang memiliki gejala-gejala Zika, atau mereka yang memiliki pasangan positif Zika, dianjurkan untuk melakukan test. Yang saya lihat dalam berita, test Zika ini berkisar sekitar S$ 60. Dan ini penting untuk diketahui bagi wanita hamil, jikalau si ibu positif terjangkiti virus Zika, itu bukan berarti Zika menginfeksi foetus (janin), dengan tingkat resiko 1% dan 13%.  Itulah yang penulis baca (baik ditelevisi, berita, maupun situs resmi pemerintah Singapura).

Sejak ditemukannya kasus Zika pertama, pemerintah Singapura langsung merespon dengan cepat. Dirumah kamipun sudah beberapa lembar surat edaran datang dari Town Council, agar kita sebagai residents tahu apa itu virus Zika, dan waspada. Jadi, tidak hanya pemerintah setempat saja yang bekerja, wargapun diharapkan dapat bekerja dengan melakukan beberapa hal untuk meminimalisasi kasus Zika.

Sebenarnya di Singapura, fogging (pengasapan) sudah menjadi agenda rutin dari pemerintah. Baik pengasapan disaluran air, lingkungan sekitar residents, juga tempat pembuangan sampah. Tapi peran serta residents sangat diperlukan, bukan? Kita sebagai warga tentu punya kewajiban untuk menjaga kebersihan rumah  dan lingkunga sekitar. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan menjaganya?

Apa saja yang bisa kita lakukan agar nyamuk tak berkembangbiak dirumah kita?

Pertama, mengganti air dalam vas bunga. Seperti kebanyakan warga Singapura, penulispun memiliki vas bunga yang diisi dengan bunga potong, yang sudah tentu ada airnya. Setiap harinya air-air dalam vas itu harus diganti. Tidak hanya air dalam vas bunga, air minum binatang peliharaan juga harus diganti setiap harinya. Kalau penulis sendiri, bisa dua sampai tiga kali mengganti air minum binatang peliharaan kami.

Kedua, membuang air dalam piring-piring pot. Ya, kebanyakan warga Singapura memiliki tanaman baik diletakkan dalam rumah maupun di koridor. Penulispun berkebun di koridor. Nah, biasanya untuk menghindari air kemana-kemana saat menyiram, banyak warga yang meletakkan piring-piring pot dibawah pot tanaman. Piring-piring itulah yang harus dibersihkan dari air. Penulis sendiri tidak menggunakan piring pot, karena tidak punya banyak waktu untuk membersihkan/ mengeringkan piring-piring pot itu dari air.

Ketiga, menggunakan obat nyamuk. Bisa dalam bentuk plester yang bisa ditempel dibadan, atau dalam bentuk gelang tangan. Atau menggunakan obat nyamuk semprot yang bisa disemprotkan kedalam rumah. Untuk yang satu ini, kami belum memakainya. Karena memang didalam rumah kami ini tidak ada nyamuk. Yakin? Lha iya, kan saya sendiri yang selalu bersih-bersih rumah. Mungkin bila hendak pergi mengunjungi taman, maka wajib untuk memakai obat anti nyamuk (dalam bentuk plester atau gelang), serta memakai pakaian panjang.

Keempat, Di Singapura disetiap flat ada bamboo pole (tempat untuk meletakkan bambu untuk menjemur pakaian), nah kita dianjurkan untuk menutupnya bila sedang tidak dipakai.

Kelima, Meletakkan BTI Insectiside kesaluran-saluran air yang ada diatap rumah. Itulah langkah-langkah yang kita lakukan agar nyamuk tak berkembangbiak.

Selain beberapa hal diatas, ada beberapa hal lagi yang menurut penulis harus kita perhatikan, yaitu tentang kebersihan rumah itu sendiri. Bila tadinya sudah sering membersihkan rumah, maka kali ini lebih sering lagi, agar nyamuk tak bersarang dalam rumah kita. Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan:

pertama, jangan suka menggantung-gantung pakaian karena nyamuk suka bersembunyi disitu. Hal ini sudah umum kita temukan dirumah-rumah, biasanya mengantung pakaian ato sesuatu dibalik pintu kamar. Saya (penulis) kurang suka dengan kebiasaan ini. Kadang kita sayang dengan jaket, atau pakaian yang baru sebentar dipakai. Karena sayang ini biasanya digantung saja (mungkin) besok dipakai lagi. Hindarilah hal ini, atau setidaknya minimalkan aksi ini.

kedua, Jangan suka menumpuk cucian kotor. Segera cucilah pakaian kotor, jangan dibiarkan menumpuk beberapa hari baru dicuci, nanti bisa jadi sarang nyamuk bila tak segera dicuci.  Seperti kami, dirumah cuma ada dua orang, saya (penulis) dan suami, tapi setiap hari cucian kotor harus dicuci. Lho kan paling cuma 4 potong setiap harinya, kan hanya berdua?… Dalam kenyataannya cucian saya (penulis) banyak setiap harinya.

Ketiga, bersihkan rumah sesering mungkin, termasuk kekolong-kolong dan sudut-sudut rumah. Hal yang dilakukan kalau penulis, mem-vacuum seluruh ruangan rumah, rutin biasanya seminggu sekali, tapi bisa tiga kali dalam seminggu, selebihnya sapu manual. Selain itu dipel, dan tata ulang barang-barang yang ada. Dengan begitu kita bisa tahu apakah ada nyamuk dirumah kita.

Keempat, cuci tirai jendela secara rutin. Bila jendela rumahnya bertirai, maka seringlah dicuci, karena disana tempat bersarang debu, (mungkin) bakteri dan virus, serta tempat sembunyi nyamuk juga. Dulu waktu rumah kami memiliki jendela dengan tirai, seminggu sekali saya (penulis) bisa mencuci tirai dengan cara bergantian. Mungkin minggu ini mencuci tirai jendela ruang tamu, minggu berikutnya tirai dapur, dan seterusnya.

Kelima, Buang barang-barang yang tidak perlu. Seperti misalnya kardus. Kadang kita suka menyimpan kardus, dengan alasan mungkin suatu waktu membutuhkan. Atau menyimpan barang-barang lain, koran misalnya, atau pakaian. Sekiranya kita sudah tak memakainya, atau membacanya, kita bisa menyumbangkannya ke orang lain. Dengan begitu rumah kita lebih rapi tak banyak barang menumpuk yang pada akhirnya hanya dipakai nyamuk bersarang.

Keenam, Buanglah sampah didalam rumah segera. Sehabis masak, tentu kotak sampah dapur penuh, maka segera buang. Begitupun dengan kotak sampah lainnya yang ada didalam rumah. Jangan biasakan membuang nanti-nanti, apalagi bila ada sampah dari sisa makanan, kulit buah-buahan semisal kulit mangga, pisang, atau yang lainnya. Karena bisa mengundang kecoa, mungkin lalat, bisa juga nyamuk.

Ketujuh, makanlah makanan yang sehat. Saya percaya, bila kita makan makanan sehat, maka tubuh kita akan memiliki daya tahan tubuh yang kuat. Penulis sendiri mendoktrin diri sendiri untuk selalu makan sayur dan buah setiap hari.  Seperti bayam dan kangkung, kedua jenis sayuran ini menjadi menu hidangan sehari-hari kami, selain diselingi dengan beragam sayuran berwarna lainnya. Buahpun sama, makan buah setiap hari menjadi sebuah kebiasaan.

Setelah ada banyak hal yang harus kita perhatikan, bagaimana dengan tanaman, apa yang harus kita lakukan untuk menghindarkannya agar tak menjadi sarang nyamuk? Pastikan air tak menggenang lama didalam pot. Artinya setelah penyiraman, air langsung mengalir keluar dari dalam pot. Bila memungkinkan tanamlah tanaman yang tak disukai nyamuk diantara tanaman yang sudah ada, seperti Marigold, Rosemary, Mint, Lemongrass (serai), dan lainnya.

Itulah beberapa hal yang menjadi perhatian saya untuk menghindari nyamuk bersarang didalam rumah, selain yang telah dianjurkan oleh pemerintah setempat (Singapura). Dan alangkah baiknya, hal ini menjadi kebiasaan hidup sehari-hari. Jadi, ada atau tidaknya kasus Zika, kita selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar.

Untuk penulis sendiri, membersihkan setiap sudut rumah adalah suatu kewajiban, dan sudah menjadi kebiasaan untuk selalu menjaga kebersihan rumah. Capek? Sudah pasti iya. Tapi dampaknya kita akan menikmati hari-hari dengan baik tanpa gangguan nyamuk, yang bisa saja salah satu dari nyamuk yang bersarang dirumah kita adalah nyamuk Aedes pembawa virus Zika. Mari berperang bersama-sama melawan virus Zika. Saya percaya kita pasti bisa!!

Catatan:

  • Written by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy – Penulis Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
  • Do not copy this article without permissions – Dilarang untuk meng-copy-paste tulisan/ artikel ini tanpa seijin penulis

No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...