Taman Sari Yogyakarta: Cagar Budaya No. 19 di Dunia

1358377482667216256 
13583777061431065406
Hari ke-3 di Yogyakarta, tepatnya rabu, 16 januari 2013, kami (saya dan suami) telah merencanakan untuk mengunjungi  Keraton Yogyakarta, dan Taman Cagar Budaya Taman Sari.  Setelah sehari sebelumnya telah mengunjungi Candi Prambanan dan Situs Ratu Boko. Keraton Yogya, memang harus kami kunjungi  ketika pergi ke Yogyakarta. Dan untuk kali ini saya hanya akan membahas tentang Taman Cagar Budaya Taman Sari. Ya..untuk keraton Yogyakarta-nya mungkin akan saya tulis dilain kesempatan.
Setelah sekitar dua jam-an puas berkeliling di Keraton Yogyakarta, kami (saya dan suami), langsung menuju Taman Sari. Setelah sebelumnya beristirahat sebentar membeli jamu, kunyit asem (untuk saya), dan beras kencur (untuk suami), dihalaman pintu masuk Keraton Yogyakarta, atau tepatnya tempat pembelian tiket masuk Keraton Yogyakarta.
Agak bingung dimana letak persisi Cagar Budaya itu (Taman Sari), kami bertanya pada abdi dalaem yang kebetulan sedang berada di luar lingkungan istana. Setelah bertanya, kami memilih untuk berjalan kaki saja dari pada naik becak. Ya..kebiasaan di Singapura jalan kaki kemana-kemana, terbawa juga ketika berada di Yogyakarta. Sebenarnya naik becak tarifnya hanya Rp 15.000; , sudah diantar sampai ke wisata Taman Sari. Selain karena sudah biasa jalan kaki, juga agar bisa menikmati suasana Yogyakarta. Toh juga banyak bule-bule yang pada jalan kaki ke Taman Sari.
Dari Keraton Yogyakarta ke Taman sari, butuh waktu kurang lebih hanya lima belas menit saja, jalan kaki. Arahnya, dari pintu masuk keraton (tempat pemebelian tiket), belok kekiri kearah tempat-tempat penjual cinderamata. Dari sana lurus saja sampai pertigaaan pasar Ngasem, belok kekiri lagi. Setelah itu lurus saja sampai perempatan, lalu belok kanan. Dari sini sudah ada papan petunjuk yang akan menuntun kita menuju Taman Sari. Setelah belok kanan dari perempatan, lurus saja mengikuti papan petunjuk, dan belok kekanan, maka sampailah di Taman Cagar Budaya Taman Sari.
Untuk masuk Taman Sari ini, tiketnya tidak mahal, hanya Rp 3.000; perorang. Jadi, berdua dengan suami, kami hanya membayar tiket masuk Rp 6.000; saja. Murah bukan?? Dengan hanya membayar tiket yang terbilang murah, maka kita akan mendapatkan sebuah tempat yang begitu indah dan megah, yang takkan pernah mengecewakan, PASTI! Sebuah tempat peninggalan budaya masa lampau, yang takkan lekang oleh jaman kemegahaannya.
Begitu memasuki pintu gerbang, ada orang yang memeriksa tiket kami. Tadinya saya pikir, itu adalah petugas pemeriksaan tiket. Ternyata saya salah! Orang yang memeriksa tiket itu adalah orang yang akan memandu kami menjelajahi kompleks Taman Sari yang pastinya sangat luas sekali, bila melihat peta yang ada di dekat pintu masuk kompleks Taman Sari. Sebenarnya kami tidak meminta pemandu (guide) tetapi nyatanya kami terbantu dengan adanya pemandu ini, karena memang saya dan suami “buta” dengan kompleks Taman Sari ini. Ya..kami senang dan sangat berterimakasih dengan adanya pemandu ini.
Memasuki gerbang, kami menuruni tangga. Dari pemandu kami, kami tahu, bahwa sebenarnya pintu gerbang yang kami lewati itu sebenarnya bukanlah pintu gerbang depan, melainkan pintu gerbang belakang. Lantas mengapa pintu gerbang belakang dibalik menjadi pintu depn wisata Taman Sari?? Ini karena gerbang pintu depan Taman Sari yang sesungguhnya, telah tertutup dengan pemukiman penduduk. Oleh karenanya, pintu gerbang belakang Taman Sari digunakan sebagai pintu gerbang depan kompleks wisata Taman Sari. Masih menurut pemandu kami, pertimbangannya karena butuh tempat parkir bagi pengunjung, dan pintu gerbang belakang itu, tempatnya masih kosong.
Inilah cagar budaya no. 19 didunia yang harus dilindungi dan dilestarikan. Taman Sari ini dibangun pada pertengahan abad 18, sekitar tahun 1700. Kemudian hancur tak terpakai setelah pasukan Inggris menyerang ditahun 1800-an. Dan baru dibuka kembali ditahun 1970-an.
Dari pemandu, kami tahu, bahwa gerbang masuk kompleks Taman Sari itu di sebut dengan gedong panggung. Gedong panggung ini adalah tempat para penjaga berjaga, dimana didalamnya disisi kanan, dan kiri, terdapat ruangan, yang berfungsi untuk tempat ritual/ semedi bagi para penjaga dimasanya. Kamipun bisa melihat ruangan itu, dengan cara menunduk dipintu-pintu yang memang dibuat pendek. Pintu-pintu ini dibuat pendek tentu ada tujuannya. Tujuan dan maksudnya agar kita selalu menunduk bila memasuki ruangan itu. Artinya, menunduk, adalah sebuah sikap serta sifat rendah hati dan tidak merasa sombong diri. Begitulah penjelasan dari pemandu kami.
1358377972175118420113583781911745418733
Konon, kata pemandu kami, perekat antar batu bata yang ada dibangunan itu, adalah putih telur. Tetapi pemandu menjelaskan , putih telur dipakai saat ritual peletakan batu pertama , tetapi oleh masyarakat dipercaya bahwa putih telurlah sebagai perekat antar batu bata dibangunan itu. Wow..berapa putih telur kah yang digunakan untuk membangun bangunan sebesar itu?? Tidak pernah ada yang tahu, apakah benar-benar menggunakan putih telur atu tidak. Karena dalam kenyataannya, terlihat hanya batu bata, pasir, dan batu kapur.
Dari semua bangunan, semua budaya sudah mencampur, yaitu budaya Hindu, budaya Budha, budaya Tiongkok, budaya Eropa. Maka tak heran bila kita akan menemui atap bangunan yang seperti atap bangunan klenteng, atau kita juga bisa menjumpai jendela  perpaduan dengan eropa (Belanda). Dan ada juga lambang dipintu gerbang masuk ketempat pemandian, yang terpengaruh oleh budaya hindu, dan sebagai penolak balak.
Dari pemandu jugalah kami bisa mengetahui, bahwa cat tembok yang digunakan adalah cat tembok alami. Yaitu batu bata ditumbuk, yang dicampur dengan batu kapur. Jadilah warna klasik indah. Saya sendiri berkali-kali menggosok-gosokkan tangan ketembok bangunan, rasa-rasanya apa iya pakai cat batu bata dengan batu kapur?? Sungguh peninggalan masa lampau yang luar biasa, dan mengagumkan.
Masuk sebentar terdapat banyak gedung-gedung kecil yang terpisah-pisah. Itulah yang disebut denga Gedong Sekawan. Gedong Sekawan itu sebagai tempat bermain ataupun beristirahat putri-putri raja beserta selir-selir raja secara berkelompok. Biasanya para putri raja akan melakukan aktifitasnya, seperti mengecat kuku, didalam Gedong Sekawan itu. Untuk mengecat kuku, putri-putri raja ini akan mengunakan jeruk kikit. Dimana pohon-pohon jeruk ini tumbuh disekitar Gedong Sekawan tersebut. Pohon jeruknya tumbuh pendek dengan daun kecil-kecil, mirip seperti daun pacar kayu yang digunakan untuk cat kuku. Buah jeruknya, yang dipakai untuk mengecat kuku, bentuknya bulat kecil-kecil berwarna merah bila sudah matang, dan berwarna hijau bila masih muda. Bentuknya sangat kecil sekali. Sementara daun jeruk kikit, bisa digunakan sebagai obat batuk.  Selain ada pohon jeruk kikit yang tumbuh disekitar Gedong Sekawan, ada juga tumbuh yang namanya pohon kepel. Dimana buahnya ada dibatang-batang pohonnya, mirip seperti buah sawo, baik besarnya maupun warnanya. Berbuah hanya setahun sekali. Buah kepel ini biasanya dimakan oleh para putri-putri raja, sebagai penghilang bau badan serta memperlancar haid. Sementara wanita hamil dilarang untuk memakan buah kepel, karena bisa mengakibatkan keguguran. Sementara daun buah kepel bisa sebagai obat untuk asam urat. Begitu penjelasan guide kami.
13583784381207045406
Gedong Sekawan, pohon kepel dan pohon jeruk kikit.
13583785781718851963
Jeruk Kikit
Selanjutnya, kami menuju tempat pemandian, dengan menuruni tangga terlebih dahulu. Memasuki tempat pemandian ini ada tiga tempat pemandian. Yang paling utara adalah tempat pemandian para putri-putri raja, yang di sebut Umbul Muncar. Dimana terdapat ruang ganti bagi putri-putri raja. Tempat ganti ini sekilas seperti gerbang.
Kemudian selanjutnya adalah tempat pemandian para selir raja, yang disebut Umbul Kuras. Seperti kata pemandu kami, tadinya tempat pemandian ini tadinya untuk menguras air. Dimana air-air akan masuk melalui kepala naga yang ada dipemandian tersebut. Namun selanjutnya kepala naga itu difungsikan untuk mengalirkan air kedalam, bukan untuk menguras air. Makanya, disebut dengan Umbul Kuras.
Selanjutnya adalah tempat pemandian raja. Dimana untuk memasukinya kita harus melewati gerbang yang bermenara, bertingkat dua. Menara atas ini digunakan oleh raja untuk mengintip para selirnya ketika mandi di Umbul Kuras tadi.  Sedangkan yang lantai dasar gerbang menara ini, ketika masuk, sebelah kiri kita adalah ruang ganti. Dimana didalamnya terdapat loker-loker baju, serta kaca paes. Kaca paes ini berupa seperti pot bunga yang diisi dengan air. Sebagai cermin itulah fungsinya. Karena jaman dulu belum ada cermin, maka airlah sebagai cermin. Dan disebelah kanan kita masuk, ada ruang sauna, bagi raja dan selir terpilih untuk mandi bersama raja. Ya..jaman dahulu kala telah mengenal yang namanya sauna. Bentuknya seperti tempat tidur, dengan beberapa lubang dibawah tempat tidur itu, yang berfungsi sebagai tempat pembakaran.
Dari pemandu kami tahu, raja ketika mandi juga ada yang menemani. Siapakah yang akan menemani sang raja mandi?? Ketika memilih salah satu selir diantara banyak selir yang akan menemani sang raja mandi, raja akan melempar bunga, bagi selir yang yang mendapatkan bunga tersebut, maka selir itulah yang berkesempatan dan beruntung,  menemani sang raja mandi di pemandian khusus raja, yang disebut Umbul Binangun. Disinilah tempat raja serta selir yang mendapatkan bunga, akan mandi. Karena sang raja tidak mempunyai sifat pilih-pilih selir. Semua diperlakukan sama. Maka dari itu, biar adil dalam memilih siapa selir yang berkesempatan menemani raja mandi, dilakukanlah lempar bunga. Di pojok kanan kiri pemandian raja ini ada bangunan serupa kandang ayam. Fungsinya tentu bukan untuk memelihara ayam, melainkan untuk tempat pembakaran aroma terapi. Jadi sebelum sang raja memasuki Umbul Binangun, para abdi dalem telah mempersiapkan pembakaran aroma terapi tersebut. Jadi, ketika sang raja masuk kepemandian, tempat itu sudah wangi semerbak aroma terapi.
13583788101522137597
Tempat  Mandi Anak Raja
1358379016453141532
Tempat Sauna

1358379158881414386
Ruang Ganti Baju
13583792891087296261
Paesan (tempat / cermin berkaca)
Tempat pemandian ini dahulu kala dikelilingi oleh air, yang merupakan danau buatan. Ketika itu raja bila akan datang ke tempat pemandian ini bisa menggunakan dua jalur, bisa jalur air, menggunakan perahu dari istana, atau melalui jalur darat, dan masuk melalui pintu gerbang depan kompleks Taman Sari (yang sekarang adalah pintu belakang kompleks taman sari). Dan saat ini danau buatan ini yang mengelilingi tempat pemandian sudah berubah menjadi rumah-rumah penduduk, yang masih keturunan para abdi dalem Keraton Yogyakarta. Keberadaan danau ini diketahui dari catatan-catatan yang tersimpan di Leiden (Belanda).
Dari tiga pemandian tersebut, kami melangkah keluar kompleks pemandian, dengan menaiki tangga. Maka terlihatlah sebuah gerbang, yang dulunya adalah gerbang depan menuju Taman sari. Yang sekarang menjadi gerbang belakang Taman Sari. Dihalaman ini kami menemukan show room lukisan batik. Melihat-lihat sebentar saya terkagum melihat semua lukisan itu. Keluar dari show room lukisan batik, kami melihat proses pembuatan wayang kulit yang sedang dipahat. Kulit bahan dasar wayang tersebut adalah kulit kerbau.
Selanjutnya kami dipandu untuk menuju Gedong Carik, Untuk Gedong Carik ini kami hanya melewatinya saja, untuk kemudian masuk ke Gedong Madaran. Disini kami melihat dapur bersih dan dapur kotor. Ya..jaman dahulu kala, sudah dibedakan antara dapur bersih dan dapur kotor. Dapur ini difungsikan sama seperti halnya dapur bersih dan dapur kotor saat ini. Untuk dapur bersihnya, terdapat ruang untuk menata makanan yang telah siap. Sementara dapur kotornya, tentu difungsikan sebagai tempat bumbu-bumbu masakan, meracik sayur, kemudian dicuci dan di masak didalam tungku besar.
13583794361522832797

13583795641201908942
Berikutnya, kami menuju tempat penginapan raja. Ada kalanya sang raja menginap bila datang ke Taman Sari. Tempat penginapan raja ini terdiri dari empat ruang. Memasukinya, dikanan kiri, kita akan menjumpai ruang tempat tidur, untuk dua selir raja. Ya.. ketika menginap, raja ditemani dua orang selir. Dengan maksud untuk mempersiapkan kebutuhan raja selama menginap. Melangkah sedikit kedalam terdapat lagi dua tempat tidur. Tempat tidur sebelah kanan kami masuk, adalah tempat tidur sang raja, sementara sebelah kiri kami masuk adalah tempat tidur yang digunakan untuk raja bersemedi/ ritual. Konon, ketika bersemedi inilah, raja bertemu dengan ratu penguasa laut selatan. Oleh karenanya, sampai sekarang ketika malam jumat kliwon dan selasa kliwon masih banyak orang yang datang ketempat ini untuk bersemedi melakukan ritual. Selain kamar tidur, ditempat penginapan raja ini ada kamar mandi dalam juga. Satu untuk kamar mandi raja, satu lagi untuk kamar mandi selirnya.
13583797361008453561
Penginapan Raja
1358379944734187667
Toilet Raja dalam Penginapan

Keluar dari tempat penginapan raja, kami dituntun pemandu menuju masjid bundar yang letaknya dibawah tanah. Selama perjalanan menuju masjid bundar, kami bisa melihat banyak hal unik dan menarik. Mampir sebentar ke show room lukisan batik, saya tertarik membeli kartu ucapan, dengan hiasan batik (benar-benar selembar kain batik seukuran kurang lebih 10cm, yang ditempel ke kartu ucapan). Harga perkartu Rp 30.000;. Disini juga, kami diberitahu juga oleh pemandu kami, kalau ada seorang seniman, kata pemandu kami orang setengah baya itu adalah seniman. Yang kebetulan menyanyi di show room lukisan tempat saya membeli kartu. Jangan tanya tentang suaranya, namanya seniman Yogya, pasti bagus suaranya. Selanjutnya, kami melihat sebentar proses pembatikkan. Karena memang disekitar situ ada kampung batik. Kami juga melewati kampung cyber, tempat berinternetan.
Akhirnya sampai juga kami ke masjid bundar bawah tanah. Untuk memasukinya kami harus menuruni tangga kebawah. Masuk kedalam, maka akan terlihat bundarnya masjid bawah tanah ini. Masjid ini ada dua lantai, lantai bawah untuk jama’ah perempuan, lantai atas untuk jama’ah laki-laki, dengan masing-masing satu imam. Ya…lantai bawah punya imam sendiri, lantai dua punya imam sendiri juga. Kemudian, persis ditengah-tengah masjid ini ada tangga untuk naik kelantai dua. Dan dibawah tangga itu ada sebentuk kolam berisi air untuk berwudhu diwaktu itu. Jumlah tangganya sendiri ada lima buah, yang menandakan lima rukun Islam. Sementara anak tangganya berjumlah Sembilan buah dimasing-masing dari lima tangga itu, dimana Sembilan untuk menandakan Sembilan orang jumlah wali songo. Dari tempat wudhu ini bila kita mendongak keatas, maka diatas tidak beratap. Dan kita akan melihat jendela-jendela dilantai dua tempat jema’ah laki-laki yang berjumlah empat dan delapan. Maksudnya, empat dan delapan itu menunjukan penjuru mata angin. Selain itu, masjid ini adalah banteng pertahanan, untuk tempat bersembunyi, bilamana isatana dalam keadaan bahaya.
1358380175191508312
Ruang dalam Masjid Bundar

1358380343185867230
Tangga yg dibawahnya tempat air wudhu

Dari masjid bundar bawah tanah, kami menuju water castle. Kata pemandu kami, dulunya tempat itu dikelilingi oleh air. Dahulu kala water castle itu tempat karantina para selir raja, supaya mereka tidak bisa melarikan diri. Tempat ini adalah titik nol dari gunung Merapi ke pantai selatan. Dari water castle ini kita bisa melihat kota Yogyakarta. Memasuki water castle, ada ruang disebelah kanan kiri kami, ruang ini adalah tempat makan raja, setelah sebelumnya disambut oleh tari-tarian terlebih dahulu, diruang tengah antara ruang makan tadi.
13583807681418160797
1358380903535652332
Ruang makan Raja di dalam Water Castle

Akhirnya..kamipun menuruni tangga untuk kemudian masuk kedalam ruang bawah tanah. Dimana ruang bawah tanah ini adalah jalan yang dilalui oleh para putri raja ketika mereka akan mandi di pemandian tadi.  Keluar dari ruang bawah tanah, kami melewati rumah-rumah penduduk, dan dari sinilah kami akan keluar dari kompleks Taman Cagar Budaya Taman Sari.
Inilah sedikit cerita jalan-jalan kami yang begitu mengesankan. Dan tidak semua penjelasan dari pemandu, dapat  saya ingat dengan baik. Begitu banyak penjelasan dan detail sekali guide kami memandu setiap langkah kami. Oleh karena itu, bila ada kawan sekalian yang ingin menambahkan silahkan saja. Terima kasih untuk guide kami, Mas Gondrong begitu dia menyebut namanya ketika saya tanya namanya. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment

After 2 Years of Stepping Down, Where is Ichikraft Now?

About two years ago, I made the decision that the Ichikraft Etsy shop closed temporarily. However, even until this day, I am still with the ...