Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
Saat Liburan tiba biasanya kami melihat para pelancong dari Indonesia yang datang ke Singapura. Kebanyakan dari mereka yang kami temui ditempat-tempat wisata adalah satu rombongan keluarga. Ya, bila diperhatikan secara seksama, memang banyak orang-orang Indonesia yang menghabiskan masa liburan di negeri Uncle Lee ini. Pergi melancong, itu hal yang boleh saja dilakukan, tapi harus diingat, pergi ke negara orang, maka kitapun harus bertata krama di negara tersebut.
Pergi melancong/ berwisata adalah hak masing-masing setiap orang. Meskipun begitu, kita harus selalu ingat ketika kita memasuki negara lain maka dengan serta-merta kita membawa nama negara dari mana kita berasal. Secara tidak langsung hal ini akan mempresentasikan/ mencerminkan negara kita melalui sikap dan tindak tanduk kita. maka kita harus berhati-hati dalam bersikap karena melancong atau berwisata ke negara lain tidak hanya akan memberikan manfaat serta menambah pengalaman baru untuk diri sendiri, namun akan memperlihatkan juga bagaimana rupa negara dimana kita berasal.
“Dimana bumi dipijak, disitulah langit dijunjung”, tentu itu adalah sebuah pribahasa yang biasa kita dengar, bukan? Saya yakin dan pasti kawan sekalian sudah mengerti maknanya, intinya dimanapun kita berada maka kitapun harus mengikuti tata aturan dimana kita berada. Begitupun ketika memutuskan untuk berlibur ke Singapura. Di Singapura, meski dekat dengan Indonesia wilayahnya, namun bukan berarti bisa seenaknya sendiri disini (Singapura). Bila ada yang berpendapat, Singapura memiliki budaya yang agak sama dengan Indonesia, maka saya katakan itu tidak tepat untuk disama-samakan sekalipun berdekatan. Oleh karenanya, bila hendak atau berencana melancong ke Singapura, ada baiknya untuk mengenali (walau sedikit) bagaimana budaya di Singapura.
Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya diperhatikan untuk kawan sekalian yang akan atau berencana berlibur ke Singapura:
1. Antri
Budaya antri adalah salah satu kebiasaan yang telah melekat bagi warga Singapura. Budaya ini bisa dibawa dimana saja, baik mengantri untuk membeli makanan di hawker (warung makan), mengantri di kasir, mengantri untuk menaiki bis dan kereta, dan lain-lain. Maka sebaiknya kita pun bila sedang berada di Singapura, ikutilah budaya untuk mengantri ini.
Tahun lalu, kami pergi ke Singapore Zoo. Saat itu Singapore Zoo sangat penuh sekali. Tak terkecuali antrian taksi, sampai berlapis-lapis antriannya. Ditengah-tengah antrian yang mengular seperti permainan ular tangga itu, tiba-tiba ada satu keluarga yang saya identifikasi berasal dari Indonesia, mereka menyerobot taksi yang baru saja menurunkan penumpang. Awalnya sudah diingatkan petugas untuk mengantri, lalu mereka berjalan menjauh. Setelah itu masih juga melakukan tindakan yang sama mengambil taksi yang baru saja menurunkan penumpang dan akhirnya melenggang pergi dengan taksi tersebut tanpa mempedulikan orang-orang sekitarnya. Jujur, saya sebagai orang yang berasal dari Indonesia sangat malu sekali melihat tindakan mereka ini, sangat-sangat malu. Tidak kah mereka melihat semua orang berpeluh-peluh mengantri taksi. Ya, pasti semua orang ingin segera pulang, tapi antrilah seperti yang lainnya. Hargailah orang lain yang sudah berdiri bermenit-menit, mungkin satu jam baru mendapatkan taksi untuk pulang.
Mengantri taksi ini juga berlaku dimana saja. Misalnya, kita hendak bepergian dengan taksi namun setiba ditepi jalan terlihat sudah ada orang yang sedang menunggu taksi juga. Bila tidak yakin orang tersebut sedang menunggu taksi maka tanyakan saja pada orang tersebut, apakah sedang menunggu taksi atau tidak. Nah, bila ada taksi datang, berikanlah taksi itu pada orang yang terlebih dahulu menunggu taksi, setelah itu giliran kita.
Budaya antri juga berlaku ketika menaiki eskalator. Ya, dimanapun kita berada ketika menaiki eskalator berjajarlah rapi kesebelah kiri. Sebelah kanan biasanya digunakan untuk mereka yang memburu waktu, atau mereka yang tidak mau berdiam diri. Memang hal ini tidak ada aturan tertulis, tidak ada papan pemberitahuannya, namun budaya antri dan tertib di eskalator ini adalah sebuah kebiasaan warga Singapura.
2. Jangan Berbicara Keras-keras
Harap hal ini harus diperhatikan dengan seksama. Bila berada dirumah biasa dengan volume suara tinggi untuk bercakap/ berbincang, mungkin rumah tetangga sebelah sampai bisa mendengar percakapan dirumah. Tetapi, kebiasaan berisik ini janganlah dibawa bila sedang melancong ke Singapura. Ada baiknya untuk mengecilkan volume suara. Memang benar, tidak akan ada orang yang melarangnya karena berbicara adalah hak kita. Namun bersopan satunlah sedikit di negeri orang. Jika berbicara pelan saja sudah terdengar, kenapa harus mengeluarkan energi banyak untuk berbicara keras.
Hal ini sangat saya perhatikan betul. Karena sudah sering kami melihat yang demikian, didalam bis bercerita-cerita sampai suaranya terdengar oleh orang seisi bis. Bila ditempat makan, ya sama saja, sikap berisiknya (bercerita-cerita dengan suara keras) dibawa juga. Dan yang paling tidak saya suka, sudah berbicara keras dan berisik, tapi yang dibicarakan adalah tentang orang lain. Hello…kalau hobi ngerumpi jangan dibawa-bawa ya…kami ini yang mendengarnya malu lhoo…
3. Tertiblah berkendara umum
Di Singapura ada dua jenis kendaraan umum yang biasa dinikmati warga, yaitu bis dan kereta. Bagi kawan sekalian yang sedang melancong ke Singapura, tentu pilihan transportasi ini sangatlah menguntungkan karena murah dibandingkan dengan menaiki taksi. Tapi harus diingat, tertiblah dan berusaha untuk memahami dan mengikuti aturan-aturan yang mungkin saja tak tertulis.
Beberapa waktu lalu kami berada dalam bis yang sama dengan pelancong-pelancong dari Indonesia. Salah satunya adalah satu keluarga, terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Karena kondisi bis yang penuh sesak, maka mereka berdiri, berdiri tidak hanya didekat pintu keluar bis, tapi bersandar kepintu keluar bis, dan juga duduk-duduk disitu. Jikalau, pak sopir mengerem mendadak, dan tiba-tiba pintu keluar bis terbuka, atau tiba-tiba pintu keluar bis terbuka karena sesuatu hal, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi pada keluarga tersebut, ayah, ibu, dan anak akan terjatuh keluar bis. Bila ini terjadi siapa yang salah? Tentu kesalahan ada pada diri sendiri.
Maka, bila menaiki bis di Singapura, jika masih ada tempat duduk, ya duduklah. Jika sudah penuh tidak ada tempat duduk, berdirilah secara tertib, penuhi ruang/ sela-sela yang kosong. bila memang terpaksa harus berdiri didepan pintu keluar, maka berdirilah menghadap kepintu, tapi jangan memenuhi space yang digunakan untuk membuka dan menutup pintu karena berbahaya.
4. Perhatikan dan awasi anak-anak dengan baik
Hal ini adalah salah satu hal yang mesti diperhatikan oleh kawan sekalian yang hendak membawa anak berwisata ke Singapura. Bila sedang menaiki bis, berusahalah untuk mengingatkan sang anak agar tidak berisik selama dalam perjalanan. Bila begitu adanya, si orangtua juga harus tenang selama perjalanan,bukan? Berbicaralah seperlunya, dengan volume suara normal, tidak perlu sampai keras sampai didengar oleh orang seisi bis. Mungkin jika sesekali si anak menanyakan sesuatu hal itu masih wajar.
Selain itu awasi anak dengan baik selama menaiki kendaraan umum di Singapura (bis atau kereta), jangan biarkan mereka meloncat-loncat, atau banyak bertingkah hingga mengganggu penumpang lainnya. Perhatikan dengan baik tingkah polah si anak, berilah peringatan agar berprilaku tenang dan sopan.
5. Jangan merokok didalam kamar hotel
Bagi kawan sekalian pecinta rokok, perlu untuk diketahui, Singapura adalah negara yang tidak bersahabat dengan rokok. Harga satu pack rokok di Singapura antara Rp. 100.000; sampai Rp. 150.000; jika dirupiahkan. Tak sampai disitu, dendapun akan dikenakan bagi mereka yang ketahuan merokok disembarang tempat maupun sembarangan membuang puntung rokok.
Di Singapura, orang merokok silahkan saja, asalkan tahu diri. Dalam artian, bila hendak merokok, menjauhlah dari keramaian orang, apalagi bila disekitar ada anak-anak dan balita. Pergilah kepojok taman, atau ditempat yang tidak ada keramaian orang akan lebih baik. Banyak orang menghindari rokok agar hidupnya sehat, maka hargai dan jangan cemari paru-paru orang-orang tersebut dengan paparan asap rokok.
Merokok didalam kamar hotel adalah sebuah kebiasaan yang buruk serta memalukan menurut saya. Pernah sekali waktu saya membaca sebuah tulisan seseorang yang baru saja bepergian ke Singapura. Tanpa malu dan merasa bersalah sedikitpun, orang tersebut menceritakan bagaimana dia mengelabui pihak hotel dengan merokok dikamar hotel (toilet). Apakah tindakan seperti itu adalah sebuah kebanggaan? Tentu saja bukan.
Hentikanlah perilaku buruk ini, ingat bahwa berkunjung kenegara lain maka kita membawa identitas negara dari mana kita berasal. Memang benar, kegiatan berwisata adalah hal personal/ pribadi, namun kita adalah cermin dari sebuah negara. Bila prilaku kita buruk, dan dinilai buruk, maka nama negara akan ikut buruk juga. Bagaimana tidak, coba bayangkan bila pelancong Indonesia diberi “label” sebagai pelancong yang tidak tertib, dan melanggar aturan, yaitu merokok didalam kamar hotel. Maka, hentikanlah prilaku buruk ini bila mengunjungi Singapura.
6. Jangan berkata rasis
Cerita ini sudah beberapa tahun lalu, namun terus teringat dalam memori. Ceritanya, waktu itu setelah berbelanja, saya menata barang belanjaan didekat pintu masuk swalayan setempat. Melintaslah seorang ibu warga etnis India beserta anaknya yang menangis keras. Tak lama telinga saya mendengar, dengan sangat jelas sekali, “Itu anak dah item, nangisan gitu, bla..bla…”. Saya terkejut mendengarnya, sekilas saya lihat dua orang ibu-ibu orang Indonesia yang memang terlihat kulitnya bersih, dan membawa anak balita. Sangat tidak sopan sekali, bukan? Berhati-hatilah dalam berbicara, seperti contoh diatas, Itu adalah salah satu perbuatan yang dianggap rasis. Sekalipun berbicara dalam bahasa Indonesia, namun jangan salah, banyak warga Singapura yang bisa berbahasa melayu meskipun berwajah Cina misalnya. Maka ketika kita berbicara dalam bahasa Indonesia dengan serta merta warga setempat bisa memahami apa yang kita bicarakan.
Di Singapura ada tiga etnis, yaitu etnis Cina, etnis India, dan etnis Melayu. Hargailah dan hormatilah mereka dengan tidak berkata rasis ketika berwisata/ berkunjung ke Singapura. Janganlah membeda-bedakan orang berdasarkan warna kulit, ras, maupun golongan. Karena justru dari keberagaman itu, kebersamaan hadir dan bersatu, ini bisa dilihat dari acara-acara yang pernah kami ikuti, seperti Harmony Day, dan Moon cake Festival.
Itulah beberapa hal yang perlu diperhatian ketika hendak/ berencana pergi berwisata ke Singapura. Mungkin hal-hal diatas bisa saja dianggap hal kecil untuk kawan sekalian, namun percayalah, dari hal kecil inilah yang pada akhirnya menunjukkan seperti apa bangsa kita dimata negara lain, yang dicerminkan melalui prilaku dan sikap kita ketika berada dinegeri orang. Bawalah diri dengan baik ketika berkunjung ke negeri orang, karena kita tidak hanya membawa diri sendiri melainkan membawa nama negara dimana kita berasal.
Kunjungi juga artikel yang berkaitan yaitu oleh-oleh apa yang bisa dibeli di Singapura disini link-nya https://acikmdy-journey.blogspot.com/2019/11/melancong-ke-singapura-ini-oleh-oleh.html
Note:
- Written by Acik Mardhiyanti
- Photographed by Acik Mardhiyanti / Acik Mdy
- Do not copy this article without permissions
- Do not reuse this photographed anywhere else without permission